TintaSiyasi.com -- Direktur Institute of Islamic Analysis and Development (INQIYAD) Assoc. Prof. Dr. Fahmi Lukman, M.Hum. mengkhawatirkan rencana kepindahan ibu kota negara (IKN) dari Jakarta ke Penajam Paser Utara akan terseret ke dalam ideologi kapitalis liberal sekuler di satu sisi dan sosialisme komunisme ateisme pada sisi lain.
“Kepindahan IKN jangan-jangan terpengaruh atau sedang diseret satu ideologi dunia yang hari ini kemudian sangat luar bisa pengaruhnya. Apa itu? Yaitu kapitalisme liberisme sekularisme pada satu sisi atau sosialisme komunisme yang berujung ateisme pada sisi lain. Hal tersebut dimainkan oleh negara adidaya yang berupaya untuk mempengaruhi sebuah masyarakat dan bangsa,” cetusnya Sabtu (12/02/2022), dalam Focus Group Discussion (FGD) ke-28 bertajuk IKN; Analisis Kritis Multidisiplin di YouTube Forum Doktor Muslim Peduli Bangsa.
Fahmi mengatakan, ketika hendak membangun ibu kota negara yang baru, apakah nantinya akan menjadi sebuah peradaban baru. Pembangunan ibu kota dan peradaban baru itu tidak bisa dilepaskan dari persoalan ideologi yang dianut dan diyakini suatu bangsa. Karena, ideologi adalah sebuah way of life, pandangan hidup sebuah bangsa.
“Kalau dia merupakan pandangan hidup, maka dalam sebuah ideologi harus memiliki tiga aspek atau karakter. Pertama, berisi konsepsi tentang kehidupan dari sebuah bangsa dan masyarakat secara menyeluruh dan mendasar. Kedua, adanya tawaran sebuah solusi dari problematika yang dihadapi oleh manusia. Ketiga, adanya metode bagaimana ideologi itu disampaikan dan disebarkan agar masyarakat lain menganutnya,” bebernya.
Dikatakannya, ada tiga ideologi sebenarnya yang terkait dengan persoalan IKN, yaitu Islam, kapitalisme liberalisme sekularisme, dan sosialisme komunisme dan ujungnya adalah ateisme. “Ketiga ideologi itu ternyata selalu berbenturan. Makanya, kalau kita melihat bukunya The Clash Civilizations yang ditulis oleh Samuel P. Huntington, maka antara Islam, kapitalisme, dan komunisme selalu berbenturan,” paparnya.
“Ideologi itu harus menjawab pertanyaan mendasar yang ada pada sebuah masyarakat, yakni dari mana, mau apa hari ini, dan mau ke mana. Saya kira ini adalah pertanyaan mendasar. Kalau kita hendak pindah ibu kota negara, dari mana hendak ke mana, mau apa di situ, terus mau ke mana,” lugasnya.
Fahmi menutup pernyataan dengan lugas, “Berkaca dari aspek tersebut, maka kalau diturunkan pada IKN baru yang sudah direncanakan dan undang-undangnya sudah disahkan, pertanyaan mendasarnya, apakah kepindahan IKN dari Jakarta ke Kalimantan (Penajam Paser Utara) itu kemudian tergambarkan dalam konsep ideologi dari suatu bangsa.”[] Reni Tri Yuli Setiawati
0 Comments