Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Kapitalisme dan Merkantilisme


TintaSiyasi.com -- Pakar Ekonomi Islam Dwi Condro Triono, S.P.,M.Ag.,Ph.,D. menjabarkan ekonomi kapitalisme baik dalam penerapannya maupun teori yang ia dapatkan di bangku-bangku kuliah kala itu.

"Eropa beratus-ratus tahun hidup dalam kemiskinan dan penderitaan. Terhina, terhimpit dan miskin. Karena beratus-ratus tahun ekonomi mereka dikendalikan oleh negara yang berkolusi dengan pendeta," ujarnya dalam rangkaian acara Ekspo Rajab 1443 Ambruknya Kapitalisme, Tegaknya Peradaban Islam Rajab Speak Up: Penerapan Sistem Ekonomi Islam Sabtu (26/2/2022) di EkspoRajab.com

Ia menjelaskan bahwa pendeta tersebut mengatasnamakan Tuhan di dunia. Oleh karena itu, rakyat diam, membisu dan menderita, tapi tidak berani melawan. "Kalau berani melawan tidak hanya salah, berani melanggar peraturan, tetapi juga dosa. Namun ibaratnya, cacing saja diinjak menggeliat apalagi manusia, tidak mungkin manusia diinjak akan diam terus," jelasnya.

Ia memaparkan, Eropa waktu itu diinjak-injak. Sehingga akhirnya bangkit dan muncul kaum intelektual yang mencoba menyelamatkan rakyat Eropa dari penderitaan. Salah satu pelopornya, yaitu Adam Smith. Ia berusaha membangkitkan rakyat Eropa tidak dengan emosional, tidak hanya modal semangat. Namun, ia merumuskan perlawanannya dalam tulisan-tulisan yang sangat ilmiah.

"Buku yang sangat fonumental telah dilahirkan Adam Smith pada tahun 1776 dengan judul The wealth of Nation, itulah buku yang mengguncang dunia, karena perlawanannya dikemas dengan sangat ilmiah," paparnya.

Merkantilisme

Ia menerangkan bahwa mereka menyebut sistem ekonomi zaman Eropa sebagai aliran merkantilisme. Yakni,  aliran tersebut memahami bahwa ekonomi harus diatur oleh negara dan dikendalikan oleh negara. Mereka memiliki argumen yang jelas, yaitu kalau individu-individu dibiarkan menjalankan aktivitas ekonomi, maka ekonomi akan hancur.

"Karena pada dasarnya manusia itu serakah, egois, maunya mementingkan diri sendiri, maka harus dikendalikan oleh negara. Kalau dibiarkan bebas, maka berbahaya. Beratus-ratus tahun argumen merkantilisme dipertahankan tidak ada yang bisa melawan," terangnya.

Ia melanjutkan, akan tetapi teori merkantilisme dengan mudah dapat dipatahkan oleh Adam Smith. Ia mengutip perkataan Adam Smith, "Manusia jika serakah, egois, mementingkan diri sendiri itu sangat baik, bagus dan positif, biarkan mereka serakah. Serakah tersebut sangat baik kalau dibiarkan bebas, dilindungi, difasilitasi dan dijamin oleh negara. Karena hal tersebut akan memicu pertumbuhan ekonomi yang sangat tinggi."

"Kalau manusia dibiarkan serakah akan memunculkan semangat dalam berproduksi, bisnis dan berusaha. Kalau di pagi hari kita bisa sarapan pagi membeli daging di pinggir jalan, ada kios pedagang daging, itu bukan belas kasihan penjual daging, tapi karena penjual daging serakah. Kalau tidak serakah, tidak mau jualan daging, kan?" tanyanya.

Ia membeberkan bahwa Adam Smith berpesan: Jangan khawatir terjadi penindasan manusia dengan manusia lain. Karena dalam mekanisme pasar bebas manusia tidak akan menjual barang dengan harga yang melebihi keseimbangan. Karena dalam kebebasan memunculkan banyak kompetitor.

"Itulah yang disebut dengan mekanisme pasar bebas dijamin adil, asalkan tiga pilar kebebasan ekonomi itu diterapkan. Bebas kepemilikan, bebas dalam kemanfaatan kepemilikan, dan bebas dalam pengembangan kepemilikan, itu prinsip pertama," bebernya.

Kemudian prinsip kedua menurutnya, kapitalisme menjamin kesejahteraan. Fungsi sejahtera, yaitu, jika fokus hanya kepada akumulasi kapital. Ia mengutip perkataan Adam Smith, Pelaku ekonomi ada dua, yaitu rumah tangga dan perusahaan. Kalau rumah tangga mempunyai penghasilan, pesannya cuma satu, jangan sampai jika ada sisa belanja disimpan di rumah. Semua sisa uang harus diakumulasikan kepada perusahaan, fokus kepada perusahaan.

"Jika perusahaan mendapat suntikan modal, pasti perusahaan bisa meningkatkan produksinya. Jika produksi meningkat, pasti membutuhkan tenaga kerja, maka terjadi penyerapan tenaga kerja berarti pengangguran turun. Tenaga kerja naik, maka pendapatan naik dan kesejahteraan naik. Jangan khawatir karena penawaran akan menghasilkan permintaan selama tidak ada yang bocor atau ada uang yang tersimpan," ucapnya menjelaskan logika kapitalisme dalam menciptakan kesejahteraan. 

Namun, sistem ekonomi Adam Smith tersebut gagal karena munculnya lembaga perbankan. "Perbankan adalah mesin penyedot uang dari rumah tangga. Kemudian yang menikmati adalah perusahaan kapitalis. Tak cukup di situ, maka muncullah pasar modal, yaitu mesin penyedot uang yang lebih besar. Fokusnya sama, yaitu untuk memperbesar perusahaan semakin cepat," lanjutnya.

Ia mengungkapkan, keserakahan tidak berakhir sampai di sini, maka muncullah pasar sekunder. Ternyata mereka tidak hanya menjual saham di pasar primer, tetapi juga di pasar sekunder, yaitu jual beli saham second.

"Hari ini dibeli, besok bisa dijual. padahal saham itu harus menunggu deviden setahun sekali. Kalau hari ini kita beli satu juta lembar saham harga Rp10.000 lalu besok naik menjadi Rp10.100, lalu kita jual, maka dalam sehari langsung mendapat keuntungan 100 juta, itu namanya capital gain. Dan masih ada pasar derivatif. Inilah yang membuat semakin menggelembung dan puncaknya terjadi krisis ekonomi," pungkasnya.[] Nabila Zidane

Baca Juga

Post a Comment

0 Comments