Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

101 Tahun Ketiadaan Khilafah, Prof. Suteki Prihatin Kelompok Pejuang Khilafah Dipersekusi hingga Dikriminalisasi



TintaSiyasi.com -- Seratus satu tahun ketiadaan khilafah, Pakar Hukum dan Masyarakat, Prof. Dr. Suteki, S.H., M.Hum. mengungkapkan rasa prihatin, karena kelompok yang memperjuangkan tegaknya kembali sistem kekhalifahan justru dipersekusi hingga dikriminalisasi oleh penguasa zalim.

"Di sisi lain, kelompok yang mati-matian memperjuangkan tegaknya kembali sistem kekhalifahan justru dipersekusi, diintimidasi, hingga dikriminalisasi oleh penguasa zalim yang berkubang dalam perkawinan ideologi sesat, baik kapitalisme maupun komunisme. Ironis!" tuturnya kepada TintaSiyasi.com, Rabu (23/2/2022).

Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Diponegoro Semarang ini memandang, upaya mengembalikan khilafah pun terseok-seok lantaran umat Islam tidak memiliki visi misi sama dan menyatu.

"Banyak golongan di antara mereka yang lebih menyukai remah-remah duniawi yang menipu dan meninabobokkan semangat juang mengembalikan kecemerlangan peradaban Islam," ujarnya.

Padahal menurut Prof. Suteki, sapaan akrabnya, ideologi Islam dijamin mampu mengatasi segala permasalahan hidup manusia. Ia menyayangkan, justru ia dicampakkan oleh umat manusia itu sendiri dan memilih ideologi rapuh, baik kapitalisme maupun komunisme.

"Akhirnya sistem kekhalifahan yang notabene didasarkan pada ajaran Islam kaffah yang berdiri kokoh selama 1300 tahun, kini kita saksikan telah runtuh sejak 101 tahun yang lalu," jelasnya.

Lebih lanjut ia menyampaikan, benar memang manusia hidup membutuhkan ideologi, tetapi tidak semua ideologi mampu menuntun manusia mencapai visi hidup yakni hidup setelah mati (kampung akhirat).

"Hanya Islam sebagai ideologi (mabda) yang mampu mewujudkan visi tersebut. Oleh karena itu, ideologi yang tidak mengandung kebenaran objektif cenderung akan ditinggalkan oleh pendukungnya dan menggantinya dengan ideologi lain," cetusnya.

Ia pun menegaskan, religi adalah jawabnya. Lebih tepatnya, imbuhnya, religi Islam yang sekaligus ditempatkan sebagai ideologi paripurna. Bukan ciptaan manusia melainkan ideologi yang langsung diturunkan oleh Allah SWT kepada manusia melalui Rasul-Nya.

Prof. Suteki mengingatkan, sehebat apa pun ideologi manusia, ia tidak pernah sempurna. Ia menyitir pendapat John T. Jost, bahwa ideologi manusia itu dapat rapuh karena beberapa faktor.

Ia menyebut, pertama, ordinary citizens political attitudes lack the kind of logical consistency and internal coherence. Kedua, most people are unmoved by ideological appeals. Ketiga, there are really no substantive differences in terms of philosophical or ideological content. Keempat, there are no fundamental psychological differences between proponents of left-wing and right-wing ideologies.

Ia menambahkan, kapitalisme jika dipaksakan kedudukannya sebagai ideologi layaknya komunisme, maka kapitalisme adalah ideologi ciptaan manusia, founding father-nya adalah Adam Smith.

"Ia bisa rapuh jika empat gejala faktor keambrukan ideologi  itu melingkupi objek maupun subjek ideologi ini. Jadi, kekuatan kapitalisme akan lenyap ketika empat faktor penumbang ideologi merangsek, menggerogoti akarnya yang rapuh," tandasnya. [] Puspita Satyawati

Baca Juga

Post a Comment

0 Comments