Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Sifilis Merebak Dalam Sistem yang Rusak

TintaSiyasi.com -- Apa yang tebersit di benak Anda kala mendengar sifilis? Penyakit seksual. Menular. Kebanyakan dari masyarakat pasti mengaitkannya dengan penyakit seksual yang menular dan berbahaya. Secara umum, masyarakat memahaminya sebagai akibat dari aktivitas seksual yang tidak aman.

Penyakit yang juga dikenal dengan sebutan Raja Singa ini mengalami peningkatan kasus di Kota bandung. Berdasarkan data, pada tahun 2020 ditemukan 300 orang positif sifilis dari 11.430 orang yang diperiksa. Pada tahun berikutnya, kasus sifilis naik menjadi 332 setelah melakuka pemeriksaan pada 12.228 orang.

Kemudian pada 2022, ditemukan 881 kasus sifilis dari 30.311 orang yang diperiksa. Data didapatkan dari laporan rumah sakit, puskesmas, dan klinik yang menyelenggarakan layanan IMS (Infeksi Menular Seksual). Selain tingginya angka pemeriksaan, kenaikan kasus juga dikarenakan perilaku seks masyarakat di perkotaan, dan hubungan seksusal yang dilakukan secara tidak aman (CNNIndonesia.com, 17/6/2023).

Diyakini bahwa peningkatan kasus sifilis bukan hanya terjadi di Bandung, tetapi juga di daerah lain. Maraknya pergaulan bebas di tengah masyarakat kita saat ini menghasilkan permasalahan seperti merebaknya kasus sifilis.

Sifilis Berbahaya

Sifilis merupakan infeksi menular seksual (IMS) yang disebabkan oleh bakteri bernama Treponema pallidum. Penyakit ini dimulai sebagai luka yang tidak nyeri yang terdapat pada alat kelamin, rektum atau mulut. Sifilis menular melalui kontak kulit atau selaput lendir dari luka. Bila tidak diobati secara baik, sifilis bisa merusak jantung, otak atau organ lain. Bahkan sifilis bisa mengancam jiwa.

Sifilis juga bisa menimpa anak. Yakni dari ibu pengidap sifilis yang menularkannya saat kehamilan, saat melahirkan, dan saat menyusui. Ibu hamil yang mengidap sifilis akan membawa risiko pada bayi dalam kandungannya. Risiko tersebut bisa bayi mengalami abortus atau keguguran, bayi lahir dalam keadaan mati, atau lahir dengan membawa sifilis (sifilis kongenital/bawaan).

Upaya Penanganan

Sejumlah upaya dilakukan pemerintah untuk mengatasi penyakit sifilis. Yakni dengan memperkuat sistem pelacakan kasus penyakit sifilis hingga ke fasilitas kesehatan terjauh. Layanan skrining HIV, sifilis, dan hepatitis B atau program triple eliminasi pada ibu hamil ditingkatkan supaya bisa dilakukan penanganan segera pada kasus. Obat-obatan yang dibutuhkan juga tersedia di fasilitas kesehatan dengan stok yang aman. 

Pelatihan intensif untuk IMS kepada para tenaga kesehatan. Sifilis merupakan great imitator dengan gejala yang berubah-ubah mirip gejala penyakit lain sehingga butuh peningkatan pengetahuan dan pencegahan secara dini. 

Edukasi dan pencegahan dengan kondom juga digalakkan oleh Kemenkes. Ada imbauan bagi pasangan yang sudah menikah agar setia dengan pasangannya untuk menghindari seks yang berisiko. Sementara bagi yang belum menikah agar menggunakan pengaman untuk menghindari hal-hal yang dapat mengganggu kesehatan dan pertumbuhan mental. Namun, tepatkah upaya ini?

Akibat Perilaku Bebas

Pada dasarnya, penyakit sifilis bermula dari perilaku seksual berisiko seperti bergonta-ganti pasangan. Melakukan hubungan seksual tanpa pengaman/kondom, laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki/gay, orang yang mengidap HIV/AIDS, dan orang yang memiliki pasangan dengan sifilis juga merupakan kondisi yang berisiko terhadap sifilis.

Perilaku berisiko atau dengan kata lain perilaku bebas dalam pergaulan merupakan penyebab awal munculnya penyakit sifilis. Gaya hidup bebas yang tidak sesuai dengan aturan agama telah melahirkan permasalahan. Salah satunya adalah adanya penyakit seksual menular seperti sifilis. Inilah hasil dari kehidupan bebas yang dijalani masyarakat di alam sekuler. 

Butuh Obat yang Ampuh

Obat-obatan yang diberikan untuk pengidap sifilis mungkin bisa menyembuhkan secara fisik. Namun, butuh obat ampuh yang benar-benar mampu mematikan penyakit dari sumbernya. 

Harus dipahami bahwa sifilis bukan sekadar penyakit yang disebabkan organisme yang sangat kecil dan kemudian menggerogoti organ manusia. Namun, sifilis merupakan penyakit yang lahir dari sistem yang sakit. Bukan hanya menyerang raga, tetapi juga pemikiran manusia sehingga terjerumus pada perilaku yang menyalahi aturan-Nya.

Sistem kehidupan sekularisme kapitalisme menjauhkan manusia dari aturan terbaik dari Sang Pencipta. Akibatnya, manusia menjalani kehidupan menurut aturannya sendiri. Mereka merasa bebas melakukan apa saja yang disukai. Perilaku seks bebas dan seks menyimpang menjadi hal yang lumrah di tengah masyarakat sekuler liberal. Tak menyadari akan konsekuensi dari segala perbuatannya tersebut. Bukan hanya bahaya penyakit, tetapi juga dosa dan siksa yang menanti.

Selama aturan yang rusak ini diterapkan di tengah masyarakat, maka selama itu pula penyakit ini tidak akan mau beranjak. Inilah penyebab utama munculnya sifilis.
Jadi, bukan hanya obat-obatan medis yang dibutuhkan, tetapi juga harus ada upaya untuk menghilangkan penyebab penyakit dari akarnya. Aturan sesat yang menjadikan masyarakat sakit, berperilaku menyimpang, dan meninggalkan agama itulah yang harus dihentikan agar kondisi tidak makin buruk. 

Syariat adalah Obat

Obat itu ada dalam Islam. Sebab, Islam punya segalanya. Islam mampu menjadi penuntun, pengatur, dan pemecah masalah kehidupan. Islam adalah akidah yang terpancar darinya seperangkat aturan hidup. Tidak hanya mengatur segala tingkah manusia, tetapi Islam juga menuntun manusia dalam menghadapi problema kehidupan.

Dari sisi pergaulan, Islam memerintahkan pria dan wanita untuk menutup aurat, menjaga pandangan, dan tidak tabaruj. Tidak diperkenankan ada campur baur dan khalwat yang bisa memicu pada pergaulan bebas. 

Untuk menumbuhkan ketaatan pada aturan syariat itu bisa ditempuh dengan penerapan sistem pendidikan berbasis akidah Islam. Dengan kurikulum Islam, generasi ditempa hingga memiliki pemikiran dan sikap yang islami. Tidak hanya cerdas dan menguasai iptek, tetapi generasi muslim juga memiliki ketakwaan pada Sang Pencipta. Mereka paham makna kehidupan dan bagaimana menjalaninya. Mereka juga akan senantiasa berhati-hati dalam bertindak karena menyadari bahwa setiap perbuatan ada konsekuensinya. Mereka akan menjauhi segala yang dilarang oleh Allah dan hanya mengerjakan apa yang membuat Allah rida.

Dalam diri setiap muslim akan muncul kesadaran untuk taat kepada syariat kapan saja dan di mana saja. Bahwa aturan yang harus diikuti adalah syariat-Nya semata. Ini dilandasi keyakinan pasti bahwa hanya aturan-Nya sajalah yang membawa kebaikan di dunia dan akhirat.

Dalam Islam juga diterapkan sistem sanksi yang tegas sehingga mampu memberikan efek jera. Orang akan takut melanggar karena adanya hukuman yang berat. Penegak hukum akan menerapkan hukuman sesuai dengan ketentuan tanpa pandang bulu. Orang akan menghindari perbuatan zina atau pergaulan bebas lainnya karena sanksi atasnya tidaklah main-main. Dengan begitu, akibat dari gaul bebas seperti penyakit sifilis bisa dihindarkan dan dihentikan.

Semua itu menjadi tugas penting bagi negara. Sebagai pelayan rakyat, negara tidak hanya wajib memperhatikan kesehatan fisik, tetapi juga kesehatan batin dan pemikiran sebagaimana perintah syariat. 

Penerapan Islam secara kaffah dalam kehidupan akan mengarahkan manusia selalu pada kebaikan sekaligus mencegah dari hal-hal buruk. Meninggalkanya hanya akan memberikan sakit dan penderitaan yang tak berujung, sebagaimana peringatan Allah dalam surah Thaha ayat 124: “Siapa saja yang berpaling dari peringatan-Ku (Al-Qur’an), maka sungguh bagi dia penghidupan yang sempit.”
Wallahu a’lam bishshawwab.[]

Oleh: Nurcahyani
(Penulis)


Baca Juga

Post a Comment

0 Comments