TintaSiyasi.com -- Sektor pariwisata Indonesia mulai menggeliat bangkit setelah melewati masa terpuruknya ketika Covid-19 mewabah. Terbukti tahun 2023 ini Indonesia berhasil menyabet rangking satu destinasi wisata halal dunia dalam laporan The Global Muslim Travel Index yang dikeluarkan ole CrescentRating.com.
Dalam laporan yang dirilis pada Juni 2023 ini, Indonesia menempati posisi teratas dalam kategori 20 Destinasi Favorit, Komunikasi, dan Pelayanan. Indonesia sempat menduduki posisi teratas pada tahun 2019 bersama dengan Malaysia.
Namun sempat mengalami penurunan dan tahun ini kembali bersaing sengit dengan Malaysia hingga berhasil menduduki kembali peringkat atas. (GMTI 2023, crescentrating.com)
Menanggapi pencapaian besar sektor pariwisata ini, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menkparekraf) mengakui berhasilnya Indonesia menjadi Top Muslim Friendly Destination of The Year 2023 ini luar biasa. Pasalnya, Ia menargetkan Indonesia bisa mendapuk peringkat satu ini pada tahun 2025. Namun, ternyata 2023 ini Indonesia berhasil mendapuk. Hal ini tentunya tak lepas dari kerjasama berbagai pihak (Katadata.com 3/6).
Diharapkan dengan pencapaian ini mampu mendorong pencapaian target penciptaan 4,4 juta lapangan pekerjaan di 2024. Dan mampu mencapai target 8,5 juta wisatawan tahun ini untuk mendorong pendapatan negara (Katadata.com 3/6).
Pengangguran dan tambahan devisa
meningkatnya angka pengangguran dan menyempitnya lapangan pekerjaan tahun ini tampaknya mendorong pemerintah menargetkan sektor pariwisata sebagai lahan pekerjaan baru. Untuk itu, pemerintah mengejar pengembangan pariwisata. Memperindah objek wisata lokal, menyetujui pembangunan hotel-hotel dan fasilitas pendukung wisata, serta mengeksplor potensi-potensi alam maupun budaya yang mampu dipromosikan mengundang wisatawan.
Padahal, kalau kita jeli melihat Indonesia dengan segala kelebihan dan potensinya, ada banyak sektor lain yang bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan pendapatan negara dan melebarkan lapangan pekerjaan. Indonesia yang kaya akan SDA membutuhkan keterlibatan banyak pihak untuk mengolah dan memanfaatkannya.
Contohnya, sektor pertanian. Dengan status Indonesia sebagai negara agraris mampu menampung banyak petani dan peneliti untuk terlibat menghasilkan bahan pangan berkualitas. Di sektor pertambangan, Indonesia yang kaya akan minyak bumi, emas, dan bahan alam berharga lainnya juga membutuhkan banyak tenaga untuk mengoptimalkan hasil dan menjualnya ke pasar internasional.
Dan masih banyak kekayaan SDA lainnya yang sebenarnya menjadi lahan produktif bagi banyaknya SDM yang dimiliki oleh Indonesia dan mampu menjadi pendapatan negara. Sehingga, hanya bertumpu pada sektor pariwisata untuk menaikkan devisa serta memperluas lapangan pekerjaan tampaknya kurang tepat. Sebab ada berbagai sektor lainnya yang bisa dimanfaatkan juga.
Fakta yang berlaku saat ini, sebagian besar kekayaan alam dan potensi pariwisata Indonesia dijual pada pihak swasta dan asing. Sekalipun Indonesia dinobatkan sebagai destinasi wisata halal favorit dunia, apakah berimbas pada kenaikan devisa negara secara signifikan juga? Nyatanya tidak. Karena sebagian besar objek wisata, perhotelan, dan sebagainya dikelola oleh pihak asing dan swasta.
Kita bisa melihat di kota-kota pariwisata, yang lebih berkembang adalah para kontraktor dan para pemilik tender bangunan dibandingkan UMKM lokal. Keuntungan lebih banyak mengalir pada para pemilik modal ketimbang masuk ke dalam kas negara.
Ironis sekali bahwa Indonesia yang kaya akan SDA dan menjadi Top Muslim Friendly Destination of The Year 2023 namun pemasukan kas terbesar masih bertumpu pada pajak. Indonesia yang kaya akan SDM namun angka pengangguran tinggi. Sibuk impor berbagai macam kebutuhan dan menjual kekayaan alam ke luar, alih-alih memanfaatkan untuk kesejahteraan bangsanya sendiri.
Islam Memberdayakan
Islam yang memiliki peraturan paripurna mampu mengatur segala lini kehidupan dan menjaga keseimbangan tatanan kehidupan. Islam memiliki konsep kepemilikan yang adil dan sempurna. Adapun sumber daya alam dan objek wisata besar yang ada dalam negara islam tidak bisa dikelola ataupun diberikan pada individu atau kelompok tertentu.
Melainkan dikelola oleh negara dan manfaatnya dikembalikan pada masyarakat. Karena semua kekayaan tersebut milik umat, bukan milik negara maupun individu. Selanjutnya, segala potensi pariwisata dan sumber daya alam akan dikelola sebaik mungkin oleh negara. Negara melibatkan rakyat untuk mengembangkan dan membayarkan segala kekayaan tersebut.
Dalam sektor pariwisata, negara akan mengelola objek wisata sebaik mungkin. Kemudian memberikan peluang bagi rakyat untuk mengembangkan usaha dan memberikan jasa yang berkaitan dengan wisata. Selain penduduk setempat diberdayakan dan meraup banyak keuntungan, Negara Islam juga bisa menjadi gambaran ideal dan menunjukkan keindahan Islam. Secara tidak langsung, mempresentasikan wajah Islam pada dunia.
Dengan potensi pariwisata yang besar, tidak hanya dimanfaatkan untuk mendulang cuan-cuan penambah devisa. Tapi bisa memberdayakan masyarakat dan menjadi lahan dakwah. Karena visi politik Negara Islam adalah mengurusi urusan masyarakat dan mengemban dakwah Islam menuju kancah internasional. Dengan penerapan sistem Islam yang paripurna secara kaffah, Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam dapat terwujud.[]
Oleh: Qathratun
(Member @geosantri.id)
0 Comments