TintaSiyasi.com -- Alhamdulillah, Allah SWT masih memberi kita kesempatan sehingga bisa bertemu dengan bulan Dzulhijjah. Bulan dirayakannya Idul Adha atau kemenangan besar. Sesuai namanya, di bulan ini terdapat kemenangan besar seorang hamba dalam ketaatannya kepada Sang Pencipta.
Di antaranya adalah dapat berkesempatan memenuhi panggilan-Nya menunaikan ibadah haji ke Baitullah juga melaksanakan kurban bagi yang mampu. Ibadah haji merupakan ibadah paling afdal yang ditunaikan pada sepuluh hari pertama Dzulhijjah, sepadan dengan besarnya pengorbanan dalam melaksanakannya, baik harta, tenaga, waktu, dan keikhlasan. Karena ibadah haji adalah bentuk ketaatan, kesamaan/kesetaraan, ukhuwah, serta persatuan dan kekuatan.
Adapun kurban, meskipun hukumnya adalah sunah muakadah dan tidak termasuk ke dalam rukun Islam, tetapi memiliki banyak keutamaan dalam pelaksanaannya. Antara lain sebagai bentuk syukur nikmat, kesabaran dan ketaatan sebagaimana yang terdapat pada kisah Nabi Ibrahim as dan Nabi Ismail as, serta belajar berkorban dan peduli kepada sesama.
Lantas bagaimana kalau tidak mampu? Padahal kita ingin meraih pahala atas amalan tersebut. Tenang, jangan meragukan keadilan Allah SWT Islam tidak memberatkan, kok. Yang diharuskan melakukan amalan ibadah tersebut, kan bagi yang mampu. Jika kita belum mampu dengan sebenar-benarnya ketidakmampuan sesuai hukum syarak, maka kita belum diharuskan melakukan amalan ibadah tersebut.
Yakin kepada Allah SWT bahwa ini yang terbaik untuk kita saat ini. Tidak mungkin Allah SWT salah dalam memberi rejeki. Jangan menjadikan kita berburuk sangka kepada Allah SWT. Ibnu Mas’ud ra menjelaskan, "Al Yaqin (yakin kepada Allah) adalah engkau tidak mencari ridha manusia dengan kemurkaan Allah, engkau tidak memuji seseorang demi mendapatkan rezeki yang berasal dari Allah, dan tidak mencela seseorang atas sesuatu yang tidak diberikan Allah kepadamu. Sesungguhnya rezeki tidak akan diperoleh dengan ketamakan seseorang dan tidak akan tertolak karena kebencian seseorang. Sesungguhnya Allah ta’ala – dengan keadilan, ilmu, dan hikmah-Nya - menjadikan ketenangan dan kelapangan ada di dalam rasa yakin dan ridha kepada-Nya serta menjadikan kegelisahan dan kesedihan ada di dalam keraguan dan kebencian." (Ibnu Abid Dunya, Al Yaqin dan Al Baihaqi, Syu’abul Iman).
Kita masih memiliki harta yang luar biasa, yang tidak dapat diukur dengan nominal uang sebanyak apapun nol yang berjejer menyertai angka lain setelahnya. Tidak pula dapat digantikan dengan bongkahan emas sebesar gunung manapun yang ada di dunia. Apakah Itu?
Imam Abu Hazim Az Zahid pernah ditanya, "Apa hartamu?" Beliau menjawab, “Saya memiliki dua harta dan dengan keduanya saya tidak takut miskin. Keduanya adalah ats tsiqqatu billah (yakin kepada Allah) dan tidak mengharapkan harta yang dimiliki oleh orang lain." (Ad Dainuri dalam Al Mujalasah; Abu Nu’aim dalam Al Hilyah).
Bukan berarti pula dengan ketidakmampuan lantas membuat kita berleha-leha dalam beramal. Masih banyak ibadah yang dapat kita lakukan di bulan ini, hanya bermodalkan sabar dan ikhlas. Di antaranya adalah melaksanakan puasa sunah dari 1—9 Dzulhijjah. Rasulullah SAW senantiasa mendorong kita untuk memperbanyak amalan saleh pada tanggal tersebut, dan puasa adalah sebaik-baiknya amalan saleh. Apalagi bagi orang yang tidak berhaji, dianjurkan untuk menunaikan Puasa Arafah, yaitu pada 9 Dzulhijjah. Hal ini berdasarkan hadis Abu Qatadah bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Puasa Arafah dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang." (HR. Muslim).
Amalan selanjutnya yang dapat kita lakukan adalah berzikir (takbir, tahlil, tasbih, tahmid) dan memperbanyak doa, terutama di hari Arafah, yaitu tanggal 9 Dzulhijjah karena termasuk waktu mustajabnya doa. Ayo, waktunya mengadukan semua keluh kesah kita kepada Allah SWT. Perbanyaklah berdua-duan dengan-Nya. Lebih mantap lagi jika dilakukannya di masjid, kemudian dilanjutkan dengan bertakbir dengan mengeraskan suara kita untuk menyambut Idul Adha.
Amalan yang tidak kalah pentingnya, yaitu memperbanyak amalan sunah, seperti shalat sunah, sedekah, membaca Al-Qur’an, dan beramar makruf nahi mungkar. Surga Allah SWT itu luas, masa kita mau mengisinya sendiri tanpa mengajak sanak saudara, tetangga, dan sahabat? Di sinilah tugas kita untuk saling mengingatkan dalam kebaikan dan kebenaran. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surah Al-Ashr. Kita tidak mau kan termasuk ke dalam golongan orang-orang yang merugi?
Dan jangan sampai kita lupakan juga, yaitu kita harus banyak-banyak bertobat dari berbagai dosa dan maksiat, serta meninggalkan tindakan zalim terhadap sesama. Tidak menutup kemungkinan Allah SWT menunda undangan kita ke Baitullah atau menahan rejeki kita untuk berkurban, karena terlalu banyaknya dosa kita. Dan selama ini kita menunda undangan Allah SWT untuk bertaubat, serta menahan diri kita atau lalai dari melaksanakan berbagai ketaatan yang telah ditetapkan-Nya. Baik ketaatan individu, bermasyarakat, dan bernegara. Makanya mumpung bulan Dzulhijjah, mari berlomba-lomba dalam kebaikan dan ketaatan.
Wallahu a'lam bishshawab. []
Oleh: Imas Royani, S.Pd.
Aktivis Muslimah
0 Comments