Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Maraknya Bullying, Buah Penerapan Kapitalisme

TintaSiyasi com. -- Kasus bullying ini menjadi masalah akut bagi generasi saat  ini. Alih-alih semakin berkurang justru tiap tahun menjadi tren peningkatan baik jumlahnya maupun kesadisannya. Seperti yang terjadi di Sukabumi, Dilansir dari Kompas.com MHD (9), bocah kelas 2 Sekolah Dasar Negeri (SDN) di Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat (Jabar), meninggal dunia akibat dikeroyok oleh kakak kelasanya pada Senin (15/5/2023).

Kakek korban, HY mengatakan, usai kejadian yang terjadi di sekolah itu, cucunya tersebut sempat mengeluh sakit. Keesokan harinya, Selasa (16/5), korban memaksa tetap masuk sekolah meski dalam keadaan sakit, namun nahas, saat itu korban kembali dikeroyok oleh kakak kelasnya. 

“Saya bilang, kalau sakit jangan dulu sekolah, istirahat dulu di rumah. Namun saat itu korban memaksa ingin sekolah. Lalu ketika saat berada di sekolah, korban kembali di keroyok oleh kakak kelasnya pada Selasa (16/5/2023),” kata HY, dikutip dari Tribun Jabar.id, Sabtu (20/5/2023). 

Maraknya kasus bullying di negeri ini khususnya yang menimpa para pelajar, semakin membuktikan bahwa pemerintah telah gagal dalam sistem pendidikan. Karena dalam sistem kapitalisme sekuler, peserta didik hanya dicetak untuk menjadi generasi pekerja bukan menjadi generasi yang mulia dengan kepribadian Islam. 

Sejatinya ada beberapa faktor yang bullying pada anak terjadi, diantaranya mulai dari kurikulum pendidikan, pola asuh di keluarga, kebiasaan di masyarakat, hingga tontonan yang sering di konsumsi oleh anak-anak. 

Kurikulum pendidikan saat ini hanya berorientasi pada pencapaian nilai akademik. Nilai-nilai agama yang seharusnya ditanamkan justru tidak diutamakan. Begitu pula dalam keluarga, orang tua tidak mendidik anak-anaknya dengan standar agama, sehingga anak tumbuh dengan jiwa antisosial pemarah, tidak mau kalah, dan miskin empati.

Negara juga mandul untuk menghadapi lingkungan sosial remaja yang hedonis. Ditambah lagi, banyaknya tontonan perilaku bullying yang disuguhkan oleh media baik media masa seperti televisi atau media sosial yang dapat mempengaruhi anak untuk mencontoh perilaku yang sama.  

Kasus bullying disebabkan oleh ide sekuler yang telah membentuk generasi yang mengambil keputusan dan menyelesaikan masalah secara instan. Tanpa melibatkan aturan agamanya. Tidak heran jika lahir generasi yang tidak takut akan dosa kepada Allah Swt dalam melakukan suatu kemaksiatan.

Berbeda dengan Islam. Islam bukan hanya hadir sebagai agama ritual tetapi juga hadir sebagai solusi atas segala problem kehidupan dibawah kontrol pemerintahan Islam, termasuk dalam mengatasi perilaku bullying. Islam menjadikan keimanan sebagai landasan dalam setiap perbuatan, sehingga menjadi benteng dari perilaku jahat dan sadis.

Dalam Islam bullying sangat dilarang karena bisa merugikan orang lain. Untuk menghilangkan bullying ini dibutuhkan kerja sama antara keluarga, masyarakat, dan peran negara. 

Islam memiliki mekanisme komprehensif dalam membangun kepribadian rakyatnya pada semua lapisan usia sehingga terwujud individu beriman, berakhlak mulia dan terampil.  

Kurikulum pendidikan harus dikembalikan pada asasnya yaitu aqidah Islam yang menjadi arah dan tujuan pendidikan.  Negara juga mengontrol dan menetapkan aturan terhadap media-media yang diakses oleh generasi muda. Memastikan bahwa media-media tersebut tidak keluar dari rambu-rambu yang sudah ditetapkan. Sehingga generasi tidak terpapar oleh konten-konten yang merusak.

Islam sebagai agama yang sempurna telah mengatur persoalan ini. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

Dari Abu Musa radhhiyallahu’anhuma berkata; 

“Mereka (para sahabat) bertanya, Wahai Rasulullah, Islam manakah yang lebih utama? Beliau menjawab, ‘Orang-orang Islam lainnya selamat dari lidah dan tangannya,” (HR. Bukhari).

Allah SWT berfirman:

”Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan janganlah pula sekumpulan wanita merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barang siapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim,” (TQS. Al-Hujarat ayat 11).

Negara Islam yang berlandaskan syariat Islam, landasan setiap perbuatan adalah keimanan dan hukum syariat. Sehingga ketika syariat mengatakan bullying adalah perbuatan dosa karena termasuk perbuatan merendahkan, berperilaku jahat, dan tindakan sadis kepada orang. Dan sudah saatnya umat menyadari bahwa hanya Islam yang mampu menyelesaikan masalah bullying ini. Wallahu a’lam bishshawab.[]

Oleh: Hamsia
(pegiat Opini)


Baca Juga

Post a Comment

0 Comments