Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Generasi Makin Bengis, Butuh Solusi Sistemis


TintaSiyasi.com -- Fakta kekerasan pada generasi

Kasus terkait kekerasan yang dilakukan oleh remaja atau pelajar menjadi marak akhir-akhir ini, kasusnya berulang dan tak kunjung menemukan solusi konkret untuk menyudahi kasus tersebut atau setidaknya meminimalisir kasus terkait kekerasan yang dilakukakan oleh remaja. Dilansir dari (Kompas.id, 15/3/2023) ditemukan dalam sepekan terakhir terdapat tiga pelajar di Bogor, tewas dalam kasus kekerasan. Peristiwa pertama yaitu pengeroyokan oleh sejumlah pemuda kepada TN (15) seorang pelajar di SMP Negri 1 Parung hingga meninggal, peristiwa tersebut terjadi berawal dari sebuah pertandingan futsal antara SMP Negri 1 Parung dengan SMP Yapia dengan taruhan Rp. 200.000, karena SMP 1 Parung kalah dan tidak mau membayar taruhan tersebut serta menuduh SMP Yapia menggunakan pemain luar, hal tersebut memicu kemarahan pihak lawan hingga menghadang menggunakan senjata tajam, TN yang terjatuh lalu dibacok dengan senjata tajam tersebut. peristiwa kedua, perkelahian bersenjata antara YV (17) dan MT (18), akibat dari perkelahian itu YV tewas, sedangkan MT terluka parah dan dalam perawatan di RSUD kota Bogor dan peristiwa ketiga yaitu pembacokan kepada AS (16) saat hendak menyebrang dijalan lampu merah Pomad, pelakunya yaitu SA (18), MA (17) dan ASR (17), tindak kekerasan yang dilakukan oleh tiga pemuda tersebut berawal dari tantangan di media sosial, ketiganya berboncengan menyusuri jalan dengan senjata tajam dan menyasar secara acak pelajar yang mereka temui. 

Kasus-kasus serupa seperti diatas sangat banyak kita temui pada generasi kita akhir-akhir ini, dari sini dapat dibayangkan jika kasus seperti ini telah menjangkiti generasi, padahal telah diketahui bersama bahwa generasi adalah penerus masa depan Negri ini, generasi hari ini merupakan calon pemimpin masa depan, bagaimana jika ternyata faktanya generasi saat ini telah rusak bukan dari segi moral saja namun juga menjadi generasi yang semakin bengis, hal ini bukan lagi kenakalan remaja biasa, melainkan tindakan sadis diluar batas, karena diusia semuda itu telah berani menewaskan nyawa seseorang. Jika tidak segera dicari solusinya, maka pembunuhan dan kriminalitas dianggap hal yang biasa di Negri ini, sehingga hidup kita saat ini dan di masa mendatang akan diliputi ketidakamanan dimana-mana, hal ini sungguh mengerikan, tidak boleh dianggap remeh, maka untuk mencari solusi atas problem ini, perlu diketahui faktor-faktor penyebab kekerasan yang dilakukan oleh para pelajar dan anak saat ini.


Faktor-Faktor Penyebab Maraknya Kekerasan yang Dilakukan oleh Generasi

Kekerasan yang dilakukan oleh pelajar atau remaja tersebut tidak terjadi karena satu faktor saja, namun ada beberapa faktor yang mempengaruhinya, di antaranya yaitu: 

Pertama. Mengejar eksistensi diri dan pengakuan dari lingkungannya: Pada masa remaja, penerimaan dan pengakuan teman-teman sebaya berpengaruh besar dalam pembentukan identitasnya. Apabila nilai-nilai yang dipegang oleh teman sebaya berbeda dari nilai-nilai yang diajarkan oleh orang tua, remaja berpotensi mengikuti nilai-nilai baru dari teman-temannya demi untuk bisa menjadi bagian dari kelompok. Sosiolog kriminalitas dari Universitas Gadjah Mada, Soeprapto mengatakan aksi klitih (kekerasan) bisa muncul ketika sebuah kelompok melakukan rekrutmen anggota baru atau sebagai ajang eksistensi diri. "Harus mengetahui motivasi dari perilaku klitih itu apa. Karana itu tadi yang saya bilang, mereka ingin membuktikan diri, seperti yang dilakukan oleh para pelajar seperti tawuran antar pelajar di sekolah, hal tersebut dilakukan sebagai bentuk pembuktian kehebatan yang dimilikinya, sehingga mendapat pengakuan oleh kelompok pelajar lainnya dan di anggap hebat dengan menangnya tawuran.

Kedua. Pengaruh pertemanan: pertemanan juga merupakan hal yang tak dapat terhindarkan baik dilingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakat, ditambah dengan anak-anak zaman sekarang yang semakin tidak karuan tingkah lakunya, dikarenakan pengaruh tontonan mereka yang mungkin tidak terkontrol, dan bahkan hanya kenakalan biasa yang banyak dilakukan anak-anak atau remaja jaman sekarang, melainkan mulai berani melakukan kekerasan pada sesama teman mereka, bisa jadi karena menyaksikan perlakuan orang tuanya atau merasakan kekerasan yang dilakukan orang tuanya padanya, karena anak merupakan peniru terbaik, hal itu mereka contohkan kepada teman-temannya, sehingga dengan teman-teman yang demikian, anakpun terbiasa dengan melakukan kekerasan kepada orang lain. 

Ketiga. Faktor pola asuh yang salah dari keluarga: terkadang ada sebagian anak yang memiliki luka pengasuhan dari orang tuanya, disebabkan jika anak salah, orang tua menghukumnya terlalu keras, tidak mau mendengar pendapat anak misalnya dan menggunakan cara kasar seperti fisik untuk menghukum dan membuat jera anak. Hal itu akan menjadi memori dalam diri anak, sehingga anak bisa jadi menirukannya. 

Keempat. Motif ekononomi: masalah perekonomian juga menjadi salah satu faktornya, jika orang tua anak tidak mampu membelikan apa yang diinginkan anak, terkadang anak berfikir untuk menghalalkan segala cara untuk bisa membelinya, bisa dengan melakukan pembegalan dan pembunuhan kepada pihak lain, bisa juga karena tergiur untuk menjadi kaya secara instan, seperti pada kasus sekelompok remaja membunuh bocah untuk diambil organnya, selanjutnya organ tersebut akan dijualnya untuk mendapatkan uang dengan jumlah yang tidak sedikit. 

Kelima. merasa memiliki segalanya: ternyata tak hanya karena orang tersebut kekurangan secara finansial yang membuat mereka bertindak melakukan kejahatan, orang yang kayapun juga bisa bertindak kejahatan, misal ada yang menyinggungnya sedikit, mereka tak segan-segan melakukan kejahatan atau kekerasan, karena merasa memiliki harta yang banyak, sehingga bisa melakukan suap agar kejahatannya tidak terungkap atau diringankan. 

Keenam. Maraknya minuman keras: akibat  dari mengkonsumsi minuman keras, juga banyak kasus kekerasan terjadi, karena hilangnya kesadaran pelaku, sehingga perbuatannya tidak terkontrol yang menyebabkan dampak buruk terhadap lingkungan sekitarnya hingga bisa melukai orang sekitarnya bahkan melakukan pembunuhan.

Ketujuh.Tontonan di medsos: Tontonan juga sangat mudah diakses hari ini, dengan tontonan yang menyimpang yang seringkali dikonsumsi oleh kalangan anak hingga remaja, membuat mereka muncul rasa penasaran untuk melakukan hal serupa baik melukai diri sendiri ataupun kepada pihak lain secara acak. 

Banyaknya faktor-faktor penyebab terjadinya kekerasan tersebut menunjukkan bahwa masalah ini sangatlah kompleks maka solusi yang ditawarkan tidak bisa hanya dengan solusi parsial yang menyelesaikan satu atau dua faktor saja, namun bagaimana solusi tersebut bisa mencakup seluruh faktor-faktor penyebab kekerasan tersebut, maka untuk dapat sampai pada solusi yang hakiki maka perlu untuk mengetahui akar masalah dari kasus yang terjadi. 

Apa akar masalah dan solusi satu-satunya dari kekerasan yang dilakukan generasi? 

Anak atau remaja saat ini cenderung mudah untuk melakukan kekerasan atau tindak kejahatan, karena faktor-faktor diatas, membuat mereka menjadi generasi yang minim empati, bahkan tidak memiliki perasaan, karena sampai tega melakukan aksi pembunuhan tanpa rasa kasihan sedikitpun, demi mendapatkan pengakuan, demi memenuhi atau  memuaskan hawa nafsunya. Akar masalah sebenarnya yang membuat mereka demikian semakin bengis, karena jauhnya mereka dari Islam, mereka tidak memiliki pola pikir dan pola sikap Islam, sehingga menganggap apa-apa yang berasal dari hawa nafsunya wajib dipenuhi tanpa memikirkan aspek halal dan haram, apakah Allah ridlo atau Allah murka saat melakukan perbuatan demikian, generasi hari ini telah terjangkit penyakit krisis identitas, yang membuat mereka lupa bahwa mereka hanyalah hamba Allah, yang wajib terikat dengan hukum syarak, dan konsekuensi saat mereka tak terikat dengan hukum syarak yaitu berupa dosa yang akan menjerumuskan mereka kedalam api neraka, mereka gagal mengaitkan keterkaitan antara kehidupan sebelum dunia, saat di dunia dan setelah dunia. Padahal materi terkait akidah Islam dan tsaqofah Islam mereka butuhkan agar bahagia didunia dan akhirat. Untuk mendapatkan pola pikir dan pola sikap Islam, generasi butuh sistem pendidikan Islam, karena hanya sistem pendidikan Islamlah yang memiliki kurikulum yang berlandaskan pada akidah Islam dan tsaqofah Islam, sehingga anak sudah dibentuk syakhsiyah Islamnya sejak anak belum usia baligh. Mereka akan lebih berorientasi pada akhirat, berbeda dengan sistem pendidikan hari ini yang sekuler (pemisahan antara agama dari kehidupan) pendidikan dipandang hanya untuk belajar ilmu pengetahuan saja tanpa di kaitkan dengan akidah Islam, serta hanya berorientasi pada nilai dan untuk mendapatkan pekerjaan. 

Sistem pendidikan Islam hanya akan terwujud dengan tegaknya Daulah Islamiyah bukan di sistem saat ini yang sekuler. kasus kekerasan di usia anak hingga remaja ini sudah sangat darurat dan penyebabnya sangat kompleks, misalpun keluarga dijadikan solusi satu satnya untuk menuntaskan kasus ini, maka sampai kapanpun tidak akan pernah tersolusi, mengapa? Karena anak tak bisa lepas dari lingkungan sekolah dan lingkungan sekitarnya, sedangkan sekolahnya memisahkan pengetahuan dengan pelajaran agama, yang membuat anak menjadi sekuler. Belum lagi dengan bahan pokok yang serba naik, pekerjaan susah didapatkan, membuatkan orang tua harus bekerja siang malam untuk bisa menghidupi keluarganya, yang akhirnya membuat anak kurang kasih sayang orang tua, kurang kontroling dan kurang didikan langsung dari orang tua, juga ditambah lagi media sosial hari ini yang mudah diakses baik konten baik maupun konten buruk. Dari sini memang sangat butuh solusi dari sistem berupa negara yang menerapkan syariah Islam secara kaffah yang akan menciptakan sistem pendidikan Islam dan juga sanksi yang bersifat jera pada pelaku kekerasan, sehingga dengan tegaknya Daulah, generasi dapat terselamatkan dari sifat bengis maupun kekerasan yang menimpanya karena Daulah Islam memiliki 3 pilar yang akan menjaga generasi diantaranya yaitu: individu yang bertakwa, masyarakat yang bertakwa yang akan menjadi kontrol sosial dan saling memberi nasihat, serta Negara yang bertakwa yang akan menerapakan syariah Islam secara kaffah dalam naungan khilafah ala min hajin Nubuwwah

Wallahu a’lam bishshawab. []


Oleh: Lailatul Hidayah
Aktivis Dakwah Kampus
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments