Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Angka Baby Blues Semakin Tinggi, Ada Apa dengan Kesehatan Mental Ibu?

TintaSiyasi.com -- Baby blues merupakan kondisi mental ibu yang belum stabil setelah melahirkan sang buah hati, dimana baby blues ini dapat membuat ibu merasakan gangguan perubahan perasaan yang cukup ekstrem seperti ibu bisa tiba-tiba sedih sekali tanpa sebab, menangis sendiri, merasakan cemas yang berlebihan, insomnia, sampai uring-uringan. Pada kondisi ini ibu sangatlah membutuhkan dukungan suami serta lingkungan terdekatnya agar ibu bisa melewati kondisi baby bluesnya.

Ada banyak sekali ibu yang menderita baby blues bahkan di lansir dari Republika (28/5/2023) Indonesia sendiri berada di urutan ketiga terbanyak mengalami baby blues pasca melahirkan di Asia. Dalam penelitian Adrianti yang telah dilakukan pada tahun 2020 tercatat ibu hamil mengalami depresi sebanyak 30% dan 27% ibu hamil mengalami depresi post tantrum atau pasca persalinan (detikhealth, 26/5/2023). 

Tingginya kasus baby blues di Indonesia, menggambarkan kondisi kesehatan mental ibu. Banyak factor yang menyebabkan baby blues ini bisa terjadi mulai dari faktor internal hormone ibu, hubungan rumah tangga termasuk kesiapan untuk menjadi orang tua yang baik. Orang tua saat ini baik sang ayah ataupun ibu terkadang masih belum memiliki kesiapan dalam ilmu parenting sehingga orang tua kadang ingin punya anak namun ketika sang anak sudah lahir banyak hal yang membuat orang tua merasa terbebani.

Sayangnya ilmu parenting ini tidak pernah ada dalam kurikulum Pendidikan sehingga tidak ada pembelajaran dan kesiapan untuk menjadi orang tua, padahal ilmu parenting merupakan salah satu kompetensi penting yang wajib di ajarkan. Namun, seperti yang diketahui bahwa Pendidikan Indonesia masih belum ada pembelajaran tentang parenting dan juga Pendidikan saat ini juga msaih jauh  dari nilai-nilai agama yang sangat dibutuhkan untuk pegangan hidup apalagi hidup sebagai orang tua.

Termasuk tuntutan gaya hidup saat ini, tekanan dari masyarakat bahkan negara juga dapat mempengaruhi kesehatan mental terutama ibu. Tekanan hidup di era sistem kapitalisme ini juga berperan dalam mengurangi supporting system yang sangat dibutuhkan oleh ibu baru. Suami yang bertugas menjadi supporting system akan sibuk untuk mencari uang sebanyak-banyaknya, karena menurut pandangan hidup saat ini semakin banyaknya materi maka hidup akan bahagia sehingga suami jarang sekali yang paham dan mendukung istrinya ketika menjadi ibu baru. Masyarakat sekitar juga berperan dalam memsupport ibu, tapi masyarakat saat ini hanya mementingkan dirinya sendiri atau individual sehingga sang ibu merasa sendiri ketika melewati masa-masa yang cukup berat baginya.

Permasalahan ini bisa diatasi jika kurikulum Pendidikan tidak mengacu pada kapitalisme yang hanya menghasilkan output materilialistis. Selama pendidikan masih berbasis kapitalisme yang sekuler memisahkan agama dari kehidupan maka kondisi akan tetap seperti ini. Namun berbeda dengan Pendididan Islam. Dalam Kurikulum Pendidikan islam, seluruh aturan atau kebiajakan akan diambil dari akidah islam. Tujuan kurikulum ini disesuaikan dengan hasil yang ingin diraih dalam Pendidikan islam yaitu membangun kepribadian Islam warga negara. Kurikulum Pendidikan Islam sangat komprehensif sesuai dengan fitrah manusia sehingga mampu menyiapkan setiap individu mengemban peran mulia sebagai orang tua termasuk madrasah pertama bagi anak-anaknya. Pendidikan kurikulum Islam akan melahirkan individu-individu yang taat kepada Allah termasuk akan membentuk orang tua yang siap secara mental dan ilmu untuk mendidik anak-anaknya. Dalam peradaban Islam, akan menciptakan lingkungan yang support untuk keluarga, masyarakat bahkan negara.



Oleh: Fernanda Reisma Saputri
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments