TintaSiyasi.com -- Beberapa waktu lalu, ramai lagi di media sosial video yang memperlihatkan pria WNA tengah meludahi pria di dalam masjid. Sebagaimana dilansir dari Akun @fakta_bandung, turut membagikan unggahan video tersebut (CNN.com, 29/04/2023).
Kejadian seperti ini termasuk penistaan agama. Dan kasus penistaan agama Islam sudah berulang kali terjadi seperti tidak menemukan titik terang untuk usai. Kita bisa melihat dari kasus-kasus yang selama ini telah terjadi, memang tidak ada sanksi yang bisa memberikan efek jera terhadap para pelaku.
Sebagaimana yang telah terjadi hanya memberikan kesan bahwa penistaan agama Islam boleh saja dilakukan yang penting bersedia bertandatangan di atas materai dan meminta maaf kepada publik.
Dari maraknya kasus penistaan agama Islam ini, sekaligus memberikan gambaran kepada kita bahwa negara yang seharusnya menjadi garda terdepan menjamin perdamaian antar masyarakat dan mewujudkan rasa tentram, telah gagal untuk memberikan jaminan tersebut. Sehingga slogan kebebasan beragama hanya sekedar jargon belaka.
Kehidupan sekuler saat ini yang ditopang oleh kebebasan berpendapat seolah menjadi hak istimewa bagi sebagian orang yang memiliki kebencian terhadap Islam untuk menistakan agama Islam. Di saat kaum muslimin terus disakiti dan dihina, di sisi lain kaum muslim juga dituntut untuk menjadi toleran dan moderat.
Namun defenisi toleran dan moderat yang mereka fahami juga berbeda dengan definisi yang harusnya dipahami oleh kaum muslim. Menurut mereka toleran itu pluralisme yakni paham yang mengaggap semua agama benar. Sedangkan moderat dipahami sebagai Islam masa kini yang harus sesuai jaman dan pandangan masyarakat mayoritas meskipun menyelisihi ajaran Islam itu sendiri. Dan ini adalah serangan pemikiran yang mengerikan.
Kondisi seperti tidak boleh terus kita biarkan. Kita tidak boleh membiarkan Islam terus dihinakan. Kita tentu memahami bahwa Islam itu mulia, Rasullullah mulia, dan Allah Maha Mulia. Di sisi lain, kita juga dituntun untuk mencintai Islam, Rasullullah Saw dan Allah SWT. Bukti cinta kita adalah membelanya ketika dihina. Oleh karena itu umat Islam wajib membela Islam ketika ada yang menistakannya.
Firman Allah SWT dalam QS Al-Ahzab : 57, yang artinya:
“Sungguh orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya itu, Allah melaknati mereka di dunia dan di akhirat. Allah pun menyediakan bagi mereka siksaan yang menghinakan.”
Umat Islam tidak boleh diam ketika Islam dan ajarannya dinistakan. Kita harus bersuara dan menghentikannya dengan melakukan nahi mungkar. Jangan terlena dengan pujian Islam toleran dan moderat, tapi menghinakan kita diakhirat. Jangan pula takut dengan label Islam radikal dan Islam ekstrim tapi itu memuliakan kita di akhirat. Karena Pada hakikatnya pembelaan kita adalah bukti cinta kita.
Sabda Rasulullah saw., “Ada tiga perkara yang bila seseorang memilikinya, niscaya akan merasakan manisnya iman, yaitu kecintaannya pada Allah dan Rasul-Nya lebih dari cintanya kepada selain keduanya.” (HR Bukhari).
Gambaran penistaan terhadap Islam yang marak saat ini tidak akan kita jumpai pada sistem Islam (khilafah). Khilafah akan tegas terhadap pihak yang menistakan Islam.
Sebagaimana yang perna dicontohkan oleh Khilafah Utsmaniyah terhadap para penghina Islam. Khilafah Utsmaniyah sanggup menghentikan rencana pementasan drama karya Voltaire yang akan menistakan kemuliaan Nabi saw.
Khalifah Abdul Hamid II langsung mengultimatum Kerajaan Inggris agar menghentikan pementasan drama tersebut. Khalifah menegaskan, “Saya akan mengeluarkan perintah kepada umat Islam dengan mengatakan bahwa Inggris sedang menyerang dan menghina Rasul kita! Saya akan mengobarkan jihad akbar!” Inggris pun membatalkan pementasan drama tersebut.
Inilah yang terjadi saat Khilafah tegak, para penista agama akan kapok karena mendapatkan sanksi yang tegas. Mereka akan jera dan tidak mengulangi lagi perbuatannya. Wallahualam.
Oleh: Juwita Rasnur, S.T.
(Relawan Media)
0 Comments