Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Ingar Bingar War Tiket Coldplay, Sindrom Generasi Takut Hilang Eksis


TintaSiyasi.com -- Coldplay, band asal London, Inggris bentukan tahun 1996 dan beranggotakan Chris Martin sebagai vokalis utama, Jonny Buckland gitaris utama, Guy Berryman sebagai bassis, dan Will Champion sebagai drummer akan menggelar konser di Stadion Utama Gelora Bung Karno atau SUGBK, Jakarta pada 15 November 2023.

Ramainya war tiket sejak pengumuman tersebut menunjukkan besarnya antusiasme dan kegembiraan para penggemar mereka. Dengan harga tiket tidak bercanda mahalnya, mulai dari Rp. 960.000,- hingga Rp. 13.200.000, - setelah ditambah pajak , tidak menyurutkan semangat para penggemar untuk melakukan "war" tiket.

War tiket konser telah menjadi fenomena yang tak terhindarkan dalam industri hiburan. Ketika penjualan tiket untuk konser favorit dibuka, pecinta musik di seluruh dunia bersiap-siap untuk melakukan pertempuran online yang seru. Dalam waktu tak lama, ribuan penggemar berusaha untuk mengakses situs web penjualan tiket secara bersamaan. Karena popularitas yang luar biasa dari band ini, permintaan tiket Coldplay konser di Jakarta pun melebihi kapasitas tempat konser yang terbatas.

Dalam upaya untuk mendapatkan tiket, ribuan penggemar berbondong-bondong untuk mengakses situs web penjualan tiket secara bersamaan pada saat penjualan dibuka. War tiket konser Coldplay menjadi persaingan antara penggemar yang berusaha secepat mungkin membeli tiket sebelum kehabisan.

Loket.com lagi-lagi mencatat rekor baru dalam penjualan tiket konser Coldplay di platform mereka. Lebih dari 3.299.000 orang disebut ikut berebut atau War Ticket pada periode 17-19 Mei 2023 di Loket.com. "Lebih dari 3,2 juta pengguna sudah berjuang ikut perang tiket di tanggal 17 & 19 Mei 2023. Terima kasih untuk @pkentertainment.iddan @temgmt yang sudah mempercayai Loket.com. Tentunya, terima kasih juga untuk antusiasmenya yang luar biasa!" tulis Loket.com melalui Instagram resmi mereka, Jumat (19/5).

Tak hanya itu, bahkan demi dapat menonton idolanya secara langsung, seorang penggemar bernama Danar (31) rela menjual barang-barang yang dimilikinya untuk membeli tiket termahal di konser Coldplay. Jual kulkas merk GEA. 1,2 nego sampe jadi. Alasan jual buat beli tiket Coldplay,” tulis Danar dalam status WhatsApp-nya pada Senin (15/5/2023) seperti dikutip dari Kompas.com.

Bahkan hype tiket konser coldplay pun menjadi mahar pernikahan. Video pembacaan ijab kabul dengan menjadikan tiket Coldplay sebagai mahar, seperti yang diunggah oleh akun Twitter sengan username @orangdalamkamu, Senin (22/5/2023).


Virus FOMO Menjangkiti Generasi Digital

Terkait fenomena sejumlah orang rela melakukan berbagai cara demi mendapatkan uang untuk membeli tiket konser band asal Inggris di atas, mulai dari menjual perabotan, kendaraan, bahkan melakukan pinjaman online, kemudian melakukan perburuan tiket.

Pengamat sosial Universitas Indonesia Devie Rahmawati mengungkapkan ada berbagai faktor yang membuat seseorang rela melakukan hal apa pun demi mendapatkan tiket konser Coldplay. 

"Pertama kita perlu sadar bahwa di era digital ini ada berbagai tipologi karakter sosial masyarakat, yang disebut salah satunya adalah experience economy dan attention economy, ungkap Devie.
"Apa maksudnya? Jadi generasi digital yang dimulai dengan generasi Y, Z, bahkan yang sekarang Alfa itu adalah generasi yang lebih mengedepankan pengalaman daripada kepemilikan. Makanya berbagai pengalaman itu akan dikejar oleh mereka," sambungnya. Menurut Devie, pengalaman menjadi hal penting karena faktor digital merupakan etalase atau sesuatu untuk memamerkan diri seseorang. Pada era yang disebut attention economy, Devie menyebut semua orang berusaha mendapatkan perhatian atau terlihat eksis.

Jika hanya dengan kepemilikan, kata Devie, itu tidak akan mampu membuat seseorang menjadi autentik dan mendapatkan perhatian sebagai upaya untuk mencapai eksistensi.

"Tapi dengan pengalaman sesuatu yang tidak bisa didapatkan dengan orang lain, kemudian dia akan tampilkan, itu menjadi sesuatu. Mata uang yang sangat penting di era attention economy ini," lanjutnya. Devie menyampaikan bahwa seseorang harus mampu menunjukkan sesuatu yang autentik atau langka agar mendapatkan perhatian. "Konser ini menjadi sesuatu experience (pengalaman) yang sangat langka, kapan lagi Coldplay ke sini? Ini didorong dengan virus FOMO (fear of missing out), rasa takut merasa tertinggal karena tidak mengikuti aktivitas tertentu, yang memang menjangkiti masyarakat digital," ujarnya. Lebih lanjut, Devie menyebut bahwa musik menjadi bagian yang tak terpisahkan dari anak-anak muda, apalagi manusia digital. Sebab, makhluk-makhluk digital, katanya, adalah makhluk-makhluk yang paling stres. Karena itu, salah satu rekreasi untuk menghilangkan stres adalah lewat musik. (Kompas.com, 18/5/2023).

Dosen psikologi dari Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta Ratna Yunita Setiyani Subardjo mengatakan, orang yang mengalami FOMO merasa takut dicap tidak gaul, tidak mengikuti tren, atau tidak kekinian. "FOMO itu sebenarnya satu istilah yang berkembang di psikologi. Bukan istilah baru," kata Ratna kepada Kompas.com, Kamis (18/5/2023). "Jadi, setiap ada tren pasti akan selalu ikut. Karena enggak mau dibilang ketinggalan zaman dan sebagainya," tambahnya.

Dalam keterkaitan dengan war tiket coldplay, Ratna membagi orang yang FOMO menjadi dua jenis, yaitu ;

Pertama, orang FOMO yang ingin eksis tidak mau disebut ketinggalan zaman, jadul, atau tidak mengikuti tren. Sehingga ada dorongan dari mereka untuk ikut-ikutan membeli tiket Coldplay walau bukan penggemar dari band ini. "Yang satu memang beneran murni ingin eksis karena enggak mau dibilang ketinggalan zaman," tutur Ratna.

Kedua, yaitu orang yang ingin mendapatkan relasi ketika sesuatu sedang ngetren. Orang yang seperti itu, kata Ratna, merasa tidak diterima suatu kelompok jika tidak mengikuti tren. Faktor tersebut dapat didorong oleh situasi ketika seseorang berada di lingkungan yang sedang menggandrungi tren. "Sebagian orang, terutama mereka yang misalnya dalam suatu kelompok kerja, 80 persen berburu tiket Coldplay. Kalau mereka enggak ikut berburu, mereka enggak ikut serunya cerita itu," jelas Ratna.


Pemuda Muslim dalam Pusaran Imma'ah

Imma'ah adalah sifat labil yang mengikuti arus, mengikuti tren atau kebanyakan orang. Imma’ah adalah sikap yang tidak punya prinsip, krisis identitas dan berjiwa pembebek.

Rasulullah SAW bersabda,

لَا تَكُونُوا إِمَّعَةً تَقُولُونَ: إِنْ أَحْسَنَ النَّاسُ أَحْسَنَّا، وَإِنْ ظَلَمُوا ظَلَمْنَا، وَلَكِنْ وَطِّنُوا أَنْفُسَكُمْ إِنْ أَحْسَنَ النَّاسُ أَنْ تُحْسِنُوا، وَإِنْ أَسَاءُوا فَلَا تَظْلِمُوا

Janganlah kalian menjadi imma’ah, (yakni) kalian berkata, ‘Jika orang-orang baik, kami pun ikut baik. Dan jika mereka zalim, kami pun ikut zalim.’ Akan tetapi, siapkan diri kalian (untuk menerima kebenaran dan kebaikan), (yakni) jika orang-orang baik, kalian harus baik; dan jika mereka rusak kalian, jangan menjadi orang zalim.” (HR Tirmidzi dan berkata, “Ini hadis hasan gharib.“).

Begitu penting peranan ilmu bagi seorang Muslim agar paham dan mampu melakukan prioritas dalam beramal. Hiburan tidak dilarang dalam Islam, Hiburan itu mubah tidak semua haram.Tapi jangan sampai yang mubah mengubah haram jadi halal.

Berkaitan dengan konser band Coldplay, hendaknya para pemuda muslim mengetahui dan memahami pedoman umum tentang nyanyian dan musik , dimana pedoman ini disusun diatas prinsip dasar, bahwa nyanyian dan musik Islami wajib bersih dari segala unsur kemaksiatan atau kemungkaran.

Setidaknya ada 4 (empat) komponen pokok yang harus diislamisasikan, hingga tersuguh sebuah nyanyian atau alunan musik yang indah (Islami):

Pertama. Musisi/Penyanyi.
a) Bertujuan menghibur dan menggairahkan perbuatan baik (khayr/ma’ruf) dan menghapus kemaksiatan, kemungkaran, dan kezhaliman. Misalnya, mengajak jihad fi sabilillah, mengajak mendirikan masyarakat Islam. Atau menentang judi, menentang pergaulan bebas, menentang pacaran, menentang kezaliman penguasa sekuler.

b) Tidak ada unsur tasyabuh bil-kuffar (meniru orang kafir dalam masalah yang bersangkut paut dengan sifat khas kekufurannya) baik dalam penampilan maupun dalam berpakaian. Misalnya, mengenakan kalung salib, berpakaian ala pastor atau bhiksu, dan sejenisnya.

c) Tidak menyalahi ketentuan syara’, seperti wanita tampil menampakkan aurat, berpakaian ketat dan transparan, bergoyang pinggul, dan sejenisnya. Atau yang laki-laki memakai pakaian dan/atau asesoris wanita, atau sebaliknya, yang wanita memakai pakaian dan/atau asesoris pria. Ini semua haram.

Kedua. Instrumen/Alat Musik.

Dengan memperhatikan instrumen atau alat musik yang digunakan para shahabat, maka di antara yang mendekati kesamaan bentuk dan sifat adalah :

a) Memberi kemaslahatan bagi pemain ataupun pendengarnya. Salah satu bentuknya seperti genderang untuk membangkitkan semangat.

b) Tidak ada unsur tasyabuh bil-kuffar dengan alat musik atau bunyi instrumen yang biasa dijadikan sarana upacara non muslim.

Dalam hal ini, instrumen yang digunakan sangat relatif tergantung maksud si pemakainya. Dan perlu diingat, hukum asal alat musik adalah mubah, kecuali ada dalil yang mengharamkannya.

Ketiga. Sya’ir , berisi ;

a) Amar ma’ruf (menuntut keadilan, perdamaian, kebenaran dan sebagainya) dan nahi munkar (menghujat kedzaliman, memberantas kemaksiatan, dan sebagainya)

b) Memuji Allah, Rasul-Nya dan ciptaan-Nya.

c) Berisi ‘ibrah dan menggugah kesadaran manusia.

d) Tidak menggunakan ungkapan yang dicela oleh agama.

e) Hal-hal mubah yang tidak bertentangan dengan aqidah dan syariah Islam.

e) Ungkapan yang tercela menurut syara’ (porno, tak tahu malu, dsb).

f) Segala hal yang bertentangan dengan aqidah dan syariah Islam.

Keempat. Waktu dan Tempat.

a) Waktu mendapatkan kebahagiaan (waqtu sururin) seperti pesta pernikahan, hari raya, kedatangan saudara, mendapatkan rizki, dan sebagainya.

b) Tidak melalaikan atau menyita waktu beribadah (yang wajib).

c) Tidak mengganggu orang lain (baik dari segi waktu maupun tempat).

d) Pria dan wanita wajib ditempatkan terpisah (infishal) tidak boleh ikhtilat (campur baur), (Hukum Bernyanyi dan Bermusik, KH Shiddiq Al.Jawi)

Berdasarkan pedoman diatas,konser band Coldplay sama sekali tidak layak dinikmati kaum Muslim. Pasti ikhtilatnya, lirik lagunya ditengarai berbau lgbt dan anti Islam, dipercaya bahwa band yang digawangi Christ Martin ini pro-LGBT, karena mereka pernah tampil di bwberapa acara-acara kerap mengibarkan Pride-flag dalam konsernya. 

Walaupun sebagian orang berpendapat menonton konser adalah sekedar hiburan , tidak lantas membuat log out dari Islam namun tidakkah kita berfikir ada sebuah propaganda yang ingin mereka sampaikan lewat karyanya, pernahkah pula kita berupaya mengenal siapa yang telah kita jadikan idola? Bagaimana kehidupan mereka? Layakkah mereka kita jadikan panutan karena keberhasilan dan kegigihannya dalam meniti karir?

Nah, semestinya seorang Muslim berusaha membentuk kepribadiannya sesuai dengan apa yang telah Allah syariatkan sehingga dia menjadi orang yang diikuti dalam kebaikan, bukan malah menjadi orang yang ikut-ikutan. Seorang muslim harus mempertimbangkan setiap perbuatannya karena setiap amalnya akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah SWT.

Imma'ah bukan tanpa sebab, sistem sekulerisme kapitalisme yang dianut negeri ini meniscayakan warganya melakukan hal-hal yang tidak sesuai syari'ah. Dalam sistem pemerintahan Islam, negara tidak akan membiarkan terjadinya aktivitas-aktivitas yang mengandung unsur keharaman didalamnya. Negara akan meriayah rakyatnya hingga terpenuhi seluruh kebutuhan dasar mereka mulai dari sandang, pangan , papan, pendidikan hingga kesehatan agar stress karena beban hidup bisa dihilangkan. Selanjutnya negara akan mengarahkan rakyatnya agar mengorientasikan hidupnya pada akhirat sehingga kesia-siaan waktu, tenaga dan uang untuk "berhura-hura" unfaedah akan ditinggalkan. 

Wallahu a'lam bishshawab. []


Oleh: Atik Kurniawati
Aktivis Muslimah
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments