TintaSiyasi.com -- Pada tanggal 18 Maret 2023, Smart With Islam Bangil sebagai komunitas peduli pemuda mengadakan acara bertajuk "Balikan atau Tetap di Pojokan?” Acara ini menghadirkan Kak Nun seorang Muslimah traveller dan Kak Fifik yang beraktivitas sebagai konselor anti ghosting. Sebagai host pada acara ini adalah Kak Putri dan Kak Ayu.
Kak Nun mengungkap fakta remaja sekarang yang menyukai K-Pop. Menurut Kak Nun, kehadiran K-Pop menjadi berhala zaman now, mengapa? Karena lagunya dihafalkan, gerakan jogetnya ditiru, fashionnya diikuti, bahasanya dipelajari, bahkan membeli aksesoris K-Pop dan tiket sampai jutaan pun mereka lakukan. Giliran begadang nonton drakor kuat, kalau shalat tahajud katanya ngantuk. Kalau disuruh nutup aurat sempurna katanya gerah, tapi niru fashion K-Pop yang terlalu feminim dan terbuka mereka bangga. Lagu-lagu K-Pop ngelotok di luar kepala, hafalan Al-Qur’annya nanti-nanti saja, Bahasa Arab yang bahasa Al-Qur’an dan bahasa surga dilirik saja tidak, tapi setiap harinya mereka 'anyongaseo-anyongaseo'-an. Sungguh miris sekali!
“Anehnya, cita-citanya masuk surga Firdaus. Halu Gaes!” kata Kak Nun.
Kak Nun menambahkan, hal tersebut bisa terjadi disebabkan gaya hidup mereka yang hedonis, di mana mereka hanya memikirkan kesenangan saja, tidak peduli apakah itu baik atau buruk bagi mereka. Parahnya lagi, kehidupan sekuler yakni memisahkan agama dari kehidupan membuat mereka tidak perlu memikirkan ini haram atau halal.
Berikutnya Kak Fifik menyebutkan bahwa Gen-Z, yakni generasi yang lahir di tahun 1997-2012 mendapat julukan generasi strawberry. Profil Gen-Z menurut Kak Fifik, mereka suka healing, mudah insecure, paling merasa menderita, dan juga suka main HP.
Hal ini bisa terjadi karena saat ini Gen-Z berada di circle yang serba bebas. Ini berbeda dengan profil generasi di masa Rasullullah. Healing para sahabat adalah ke medan perang, insecure mereka adalah ketika melihat sahabat lain taat, tetapi mereka tidak taat. Sebaliknya hari ini, Gen-Z healingnya untuk mencari ketenaran di mata manusia. Insecure-nya ketika tak bisa se-glowing artis Korea hingga timbullah rasa selalu menderita dan tidak bersyukur pada karunia Rabbnya.
Lantas bagaimana agar kita layaknya seperti para sahabat Rasullullah dulu? Pertama, mengkaji Islam secara intensif. Kedua, bergabung bersama circle yang mengajak ketaatan. Ketiga, mengamalkan apa yang sudah dikaji yakni syariat Islam secara kaffah.
Lantas tidak bolehkah kita healing? Boleh-boleh saja asalkan healing kita makin mendekatkan diri kita pada Allah, menambah ketaatan dengan mentadabburi ciptaan-Nya dan mengagungkan kebesaran-Nya serta menjadi bukti betapa lemah dan kecilnya manusia sehingga tidak layak sombong dan membangkang syariat-Nya.
Agar generasi sekarang tidak lagi menjadi generasi yang memiliki mental loyo yang hidup hanya untuk kesenangan saja, para generasi muda haruslah kembali pada identitas Muslim mereka sebagai agent of change, para duta-duta Islam yang siap berjuang menegakkan syariat Islam untuk mewujudkan kembali kejaayaan Islam. Pemuda Muslim semestinya hidup dalam aturan Islam, bukan malah memisahkannya dari kehidupan. Inilah jalan yang seharusnya ditempuh para pemuda Muslim agar mereka kelak mampu mewarisi kehebatan generasi muslim terdahulu dan mengembalikan kegemilangan peradaban Islam. []
Oleh: Lu'luil Maknunah
(Muslimah Traveller)
0 Comments