Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Perilaku Generasi Makin Sadis: Pengaruh Hidup yang Hedonis


TintaSiyasi.com -- Belakangan ini publik kembali dikejutkan dengan deretan kasus pembunuhan disertai mutilasi secara sadis. Dilansir dari media BBCNewsIndonesia.com (23/03/2023), kasus pembunuhan disertai mutilasi terjadi di Sleman, Yogyakarta. Mirisnya pelaku membunuh dan memutilasi korban menggunakan pisau dan gergaji menjadi 65 bagian.

Bukan hanya di Sleman, beberapa hari yang lalu kasus pembunuhan disertai mutilasi juga terjadi di sebuah apartemen kawasan Cisauk, Tangerang. Nahas, pelaku membunuh korban menggunakan pisau lalu memutilasi tubuh korban menggunakan gerinda. Motif dari kedua fakta pembunuhan disertai mutilasi tersebut beragam, mulai dari permasalahan ekonomi hingga hubungan asmara.

Di sisi lain, pembunuhan dan pembacokan juga terjadi pada generasi peradaban kita. Dilansir dari media Detik.com (24/03/2023), tiga remaja Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Sukabumi membacok seorang remaja SMP hingga tewas sambil ditayangkan secara langsung melalui akun Instagram. Diketahui, ketiga pelaku sengaja menayangkan aksi sadisnya itu lantaran tidak terima korban menuduhnya telah melakukan vandalisme di gedung sekolahnya. 


Gaya Hidup yang Hedonis

Generasi yang seharusnya menjadi pilar peradaban cemerlang di usia emasnya malah justru terjerembab dalam lembah kenistaan yang paling dalam (perbuatan sadis yang mengerikan hingga menjadi pelaku kejahatan). Jika ditelisik, generasi lebih dekat dengan kejahatan disebabkan gaya hidup yang hedonis. 

Hedonis (menjadikan kesenangan semu sebagai tujuan hidup) merupakan turunan dari liberal (pemuja kebebasan perilaku) yang pada akhirnya menjadikan generasi kehilangan daya pikir, logika, nalar dan analisisnya. Akibatnya peradaban kehilangan generasi yang pandai, ideal, kritis dan mampu memberi solusi atas setiap permasalahan yang timbul. 

Ketika gambaran peradaban cemerlang telah hilang dari pandangan dan ingatan generasi (akibat gaya hidup yang hedonis) kerusakan, kejahatan, kriminalitas memiliki peluang besar menguasai generasi. Terlebih lagi generasi saa ini tumbuh berkembang dalam buaian dan asuhan sistem sekuler kapitalisme di mana sikap hedonis dan liberal merupakan bagian dari ideologi tersebut. 

Sekuler kapitalisme yang tidak menjadikan agama sebagai aturan dasar setiap kanca kehidupan, alhasil mereka tumbuh menjadi generasi yang lemah iman dan takwa sehingga tidak memiliki perisai yang kuat untuk mencegah diri dari perbuatan maksiat (kejahatan). 

Lihat saja fakta yang terjadi, banyak generasi yang terjebak dalam pusaran materialistik kapitalistik. Menghalalkan segala cara untuk memenuhi tuntutan materi (gaya hidup) meski harus melakukan aksi kriminalitas. Ada juga yang terlibat kejahatan karena tuntutan ekonomi yang kini kian sulit mendapat pekerjaan layak. Tidak jarang pula ditemukan fakta generasi berbuat kriminalitas hanya karena ingin hidup mewah lalu membuang rasa kemanusiaannya terhadap sesama. 


Tangani dengan Sistem Islam 

Sistem sekuler kapitalisme adalah sumber masalah bagi generasi. Kurikulum pendidikan sekuler nyatanya gagal mewujudkan generasi berkualitas di semua sisi. Cerdas, tetapi pergaulannya bablas. Pintar, tetapi imannya ambyar. Lebih parah lagi, sudahlah tidak cerdas dan pintar, keimanan juga tidak karuan. Na’udzubillah.

Kita butuh generasi berkualitas dan mulia, yaitu generasi yang cerdas pemikirannya dan mulia akhlaknya. Generasi seperti ini mustahil lahir dari rahim kapitalisme. Fakta sudah membuktikannya, tatkala makin jauh dari Islam, generasi kian rusak dan amburadul. Makin tinggi nilai-nilai sekuler yang diterapkan, kejahatan pun kian merajalela. Artinya, peran sistem sangat mendukung dan berpengaruh besar dalam pembentukan generasi.

Islam menjawab semua itu dengan peran besar tiga pilar. Pertama, ketakwaan individu dalam pendidikan keluarga. Sekolah pertama bagi anak adalah pola didik dan asuh kedua orang tuanya. Wajib bagi setiap keluarga muslim menjadikan akidah Islam sebagai asas dalam mendidik anak. Pendidikan berbasis akidah Islam akan membentuk karakter iman dan ketaatan yang dapat mencegah seseorang berbuat maksiat.

Kedua, kontrol masyarakat melalui amar makruf nahi mungkar. Budaya saling menasihati akan mencegah individu berbuat kerusakan. Masyarakat yang terbiasa beramar makruf nahi mungkar tidak akan memberi kesempatan perbuatan mungkar menyubur. Dengan begitu, fungsi masyarakat sebagai kontrol sosial dapat berjalan dengan baik.  

Ketiga, negara menerapkan sistem Islam kafah di segala aspek kehidupan. Negara menyelenggarakan sistem pendidikan berbasis akidah Islam untuk membentuk generasi berkepribadian Islam. Negara wajib memenuhi kebutuhan pokok rakyat sehingga masyarakat terhindar dari berbagai kejahatan. 

Negara juga wajib menghilangkan segala hal yang merusak keimanan dan ketaatan setiap muslim seperti memblokir konten porno dan kekerasan; melarang produksi film atau tayangan pornografi, umbar aurat, dan konten negatif lainnya; menutup industri dan peredaran miras; juga memberantas narkoba. Negara juga menegakkan sanksi Islam sebagai penindakan atas setiap pelanggaran syariat Islam.

Ketiga pilar ini hanya akan berfungsi optimal dan berkesinambungan jika aturan Islam diterapkan dalam sebuah negara berasaskan Islam (khilafah). Khilafah telah melahirkan banyak generasi unggul cemerlang, tidak hanya dalam ilmu saintek, juga sukses menjadi ulama faqih fiddin. 

Keseimbangan ilmu ini terjadi karena Islam menjadi asas dan sistem yang mengatur kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Dengan khilafah, generasi terjaga dari setiap tindak kejahatan dan kemungkaran.

Wallahu a'lam bishshawab. []


Oleh: Sartika
(Tim Pena Ideologis Maros)
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments