Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Pemuda yang Makin Jauh dari Harapan Kebangkitan

TintaSiyasi.com -- Tawuran berkedok perang sarung nyaris terjadi di Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi, Sabtu dini hari (25/3/2023). Tiga titik menjadi lokasi rencana aksi ini yakni Lapang Sekarwangi, Desa Karangtengah, dan Kampung Gaya Ika (Kelurahan Cibadak).

Ketua Karang Taruna Cibadak Teguh Pramudya (38 tahun) mengatakan dirinya menerima laporan dari warga soal adanya dugaan rencana tawuran berkedok perang sarung itu pada Sabtu sekira pukul 00.00 WIB. Namun, Teguh menyebut tawuran ini cenderung menggunakan senjata tajam.

Sejumlah warga bersama aparat TNI/Polri dan Satpol PP termasuk Karang Taruna Cibadak kemudian berkoordinasi untuk penyergapan. Ini dilakukan lantaran rencana aksi tawuran berkedok perang sarung ini sudah meresahkan masyarakat setempat, terutama saat ini sedang bulan Ramadhan. (sukabumiupdate.com, 25 Maret 2023)

Kekerasan terus dilakukan oleh generasi muda termasuk para pelajar, dan sangat disayangkan jumlahya semakin hari semakin bertambah banyak dengan kasus kejahatan yang semakin beragam.

Pemuda seperti ini tentu jauh dari harapan kebangkitan. Jangankan berkorban dan mengerahkan tenaga untuk umat, untuk menghadapi tantangan diri sendiri saja sering kali mereka sangat rapuh dan mudah depresi.

Pemuda muslim harus paham dan peka akan potensinya sebagai penggerak perubahan, mereka adalah kekuatan diantara dua kelemahan. Mereka harus berupaya keluar dari kukungan sistem kufur dan kembali pada Islam kaffah.

Tak dapat dipungkiri bahwa isisi lain memang banyak kelompok pemuda yang cerdas dan unggul dalam berbagai bidang, mulai dari olah raga, sains, seni dan bahkan tak sedikit dari mereka yang berkesempatan untuk berbicara didalam forum-forum internasional, memenangkan beragam penghargaan diajang bergengsi dan menduduki kampus-kampus ternama di negara-negara barat. Namun dari sekian banyak prestasi yang mereka capai, tak satupun kepentingan Islam keluar dari lisan mereka.

Potret pemuda masa kini sangat berbeda dengan pemuda pada masa Daulah Islamiyah. Pemuda pada masa daulah senantiasa memiliki ambisi yang luar biasa dalam menolong agama Allah. 

Seperti Usamah bin Zaid di usianya uang masih 18 tahun tidak menciutkan nyalinya untuk memimpin pasukan yang anggotanya adalah para pembesar sahabat seperti Abu Bakar dan Umar untuk menghadapi pasukan terbesar dan terkuat di masa itu.

Kemudian ada Al Arqam bin Abil Arqam di usia 16 tahun. Beliau menjadikan rumahnya sebagai markas dakwah Rasul Shallallahu’alahi wasallam selama 13 tahun berturut-turut. Ada pula Muhammad Al Fatih diusia 21 tahun berhasil menaklukkan Konstantinopel ibu kota Byzantium. Dan masih banyak pemuda-pemuda lainnya dengan visi misi yang luar biasa dalam menolong agama Allah.

Namun pemuda saat ini justru banyak yang malu menunjukkan identitasnya sebagai seorang muslim. Sehingga mereka jauh dari nilai-nilai Islam dan tidak mau mengenal Islam. Inilah dampak dari penyesatan ideologi yang dilakukan melalui moderasi agama, deradikalisasi, serta pembajakan potensi intelektual dan ekonomi pemuda.

Pemuda seolah-olah sedang disandera bak tawanan perang. Dimana pemikiran mereka diperangi melalui berbagai upaya penyesatan Aqidah terutama yang paling masif melalui Food, Fun and Fashion. Kemudian adanya kebijakan politik yang menjauhkan mereka dari Islam, salah satunya peraturan yang mengharuskan sekolah-sekolah untuk menerapkan kurikulum yg jauh dari nilai-nilai Islam.

Selain itu kebijakan HAM juga sangat merusak idieologi kaum muda, padahal sejatinya Allah telah menurunkan aturan hidup berupa penerapan hukum syara’ yang spesifik dalam setiap aspek kehidupan. Dan penerapan hukum syara’ ini tidak diserahkan kepada manusia untuk menentukannya. Sebab, jika diserahkan kepada manusia untuk menentukan sendiri perbuatannya, pasti dia hanya akan melihat dari aspek yang “menguntungkan atau merugikan” bagi dirinya. Artinya, jika suatu hal itu menguntungkan akan ia anggap baik. Sebaliknya, jika suatu hal itu merugikan akan ia anggap buruk. 

Pada akhirnya para pemuda akan bertransformasi menjadi generasi yang individualistis, hedonis, pragmatis bahkan pesimis dalam segala hal. Sudah saatnya pemuda bangkit dari berbagai macam serangan pemikiran yang melumpuhkan potensinya dan melepaskan statusnya sebagai tawanan sistem.

Para pemuda dapat kuat dan bangkit hanya dengan Islam. Kunci untuk menjadi umat mulia adalah berpegang teguh pada Islam. Sebaliknya meninggalkan islam akan mengantarkan pada kehinaan. Maka penting bagi seorang pemuda untuk terus mencari tau tentang peraturan hidup dalam Islam secara kaffah dengan senantiasa mengikuti majelis2 ilmu, mencari sircle yang senantiasa menjaga dalam ketaatan, serta senantiasa ber amar makruf nahi mungkar.

Sehingga arah pemberdayaan pemuda muslim tetap berada dalam koridor “penggerak perubahan”. Kunci utamanya adalah pemuda muslim harus mau melepaskan dirinya dari kungkungan ideologi sekuler kapitalisme (liberal) dan segera melekatkan dirinya dengan ideologi Islam.

Terbukti, saat umat Islam berpegang teguh pada ideologinya, dan menjadikan Islam sebagai asas pembangunan generasinya, termasuk sebagai asas sistem pendidikan dan asas bagi sistem-sistem lainnya, lahirlah generasi cemerlang yang mampu membangun peradaban yang juga cemerlang.

Oleh: Marissa Oktavioni, S.Tr.Bns.
Aktivis Muslimah
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments