Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Mengerikan, Wajah Buruk Demokrasi Kian Jelas! Umat Butuh Solusi Tuntas

TintaSiyasi.com -- Pelanggaran Hak Asasi Manusia telah terjadi dari berdirinya demokrasi di tengah-tengah kehidupan manusia. Terdapat pula kasus pelanggaran HAM berat di sepanjang 2022 yaitu penyiksaan oleh Polri – TNI pada bulan Juni – Mei, kasus mutilasi 4 warga sipil di Mimika pada bulan Agustus, hingga pembunuhan atau penembakan brigadir J oleh Irjen Ferdy Sambo pada bulan Juli 2022, dan masih banyak lagi kasus lainnya (Kompas.com, 22/09/2023).

Beberapa waktu lalu, media kembali gempar dengan adanya Keputusan Presiden (Keppres) No. 4 tahun 2023 yang berisi tentang pembentukan tim Pemantauan Pelanggaran HAM (PPHAM). Dalam pembentukannya presiden Jokowi memilih Letjen TNI, Teguh Pudjo Rumekso sebagai ketuanya (WWW.dw.com, 16/3/2023).

Adapun latar belakang dibentuknya tim tersebut yaitu guna memulihkan hak korban pelanggaran berat secara bijak dan adil serta mencegah terjadinya pengulangan pelanggaran HAM sebagaimana tertera pada Instruksi Presiden (Inpres) No. 2 tahun 2023 (www.bbc.com, 17/3/2023).

Bukan tanpa alasan, Jokowi terus mengulang janji untuk merampungkan permasalahan Hak Asasi Manusia yang tidak kunjung ditemukan ujungnya. Dengan itulah selain pembentukan tim PPHAM Presiden Jokowi juga amat sangat berkomitmen untuk membentuk Rencana Aksi Nasional HAM 2020-2025 yang menjanjikan tentang perlindungan hak sipil, pilitik, ekonomi, sosial dan budaya (katadata.co.id, 10/12/2020).

Namun Apakah Benar Solusi yang Ditawarkan Dapat Menjadi Pengobat Penyakit yang Diderita Oleh Rakyat? 

Wajah Buruk Demokrasi Tidak Bisa Ditutup-tutupi. Tindakan atau perilaku adalah hasil dari sebuah pemikiran, maka tidak lain tidak bukan perilaku yang keji merupakan buah dari pemikiran yang keji pula. Maraknya kasus pembunuhan berantai, penyiksaan, kekerasan adalah buah dari pemikiran sekular yang mewadahi lahirnya demokrasi dan HAM buatan manusia yang bersifat lemah.

Melahirkan empat kebebasan yang menjadi cikal bakal dari kerusakan, salah satunya yaitu kebebasan berperilaku yang berlindung di bawah demokrasi telah menjadi payung atas perilaku keji orang- orang yang tidak bertanggung jawab. 
Masyarakat yang sudah tercuci otaknya oleh kapitalis mudah saja menumbalkan nyawa manusia untuk meraih tujuan utamanya, yakni materi.

Apalagi dalam negara mayoritas Muslim seperti Indonesia, Islam hanya sekadar menjadi  tulisan dalam Kartu Tanda Penduduk (KTP) saja atau formalitas semata. Hal tersebut karena saat sekarang banyak manusia yang beragama Islam namun cara pandang mereka akan kehidupan adalah pemahaman sekuler yang menjauhkan mereka dari agama.

Oleh karena itu, tidak heran jika banyak manusia yang bersikap apatis terhadap sesama sehingga menimbulkan tindakan keji yang cenderung “suka-suka saya”. 
Keppres dan Inpres tidak dapat menghentikan kasus pelanggaran HAM yang terjadi di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Mari sama-sama mengetahui bahwa saat ini dunia sedang dikuasai oleh sistem kufur kapitalisme. Sistem tersebut memahami jika ia meninggalkan atau menjauhkan tuhan dari kehidupan maka ia akan semakin sukses, berkembang, dan maju.

Senantiasa memisahkan agama dari kehidupan, para pemilik modal tidak segan menggunakan cara licik guna meraih kemanfaatan serta kesenangan duniawi yang konon merupakan tujuan utama hidup seorang penganut sistem kufur kapitalisme tersebut.

Islam Memiliki Sistem Uqubat Yang Menimbulkan Efek Jera 

Islam memandang bahwa sebuah hukum yaitu seperangkat aturan yang harus sesuai dengan fitrah manusia dan menentramkan jiwa manusia itu sendiri. Tidak bertentangan dengan akal ataupun menimbulkan kegelisahan sehingga yang terjadi adalah permasalahan tidak berujung karena hukum yang dipakai adalah hukum tambal sulam.

Islam memiliki hukuman baku yang bersumber pada Al Qur’an. Bersifat kontemporer yakni tidak akan berubah meskipun zaman telah berubah sepersekian juta kali. Sumber hukum yang berasal dari Sang Pencipta dan Sang Pengatur kehidupan merupakan satu-satunya sumber hukum yang kuat. 
Kemerosotan yang terjadi pada umat hari ini dikarenakan umat Islam meninggalkan aturan Allah dalam kehidupan.

Karena Allah sudah beri peringatan siapa saja yang tidak peduli akan petunjuk-Nya maka kehidupan sempit baginya. Seperti pada masa kekhalifahan utsmaniyyah, ketika umat muslim mulai mengadopsi hukum barat dalam kepemimpinannya maka saat itu juga Islam mengalami kehancuran. Islam bangkit karena Al Qur’an dan As Sunnah yang dijadikan sebagai pedoman serta petunjuk hidupnya, Islam jaya karena umatnya menjadikan syari’at sebagai kiblat pemikiran dan perilakunya.

Allah SWT berfirman: 

“Dan barangsiapa membunuh seorang yang beriman dengan sengaja, maka balasannya ialah neraka Jahanam, dia kekal di dalamnya. Allah murka kepadanya, dan melaknatnya serta menyediakan azab yang besar baginya” (QS. An-Nisa: 93).

Allah teramat membenci perbuatan keji, apalagi ketika yang direnggut adalah nyawa seorang muslim. Adapun hukuman yang berlaku di dunia berfungsi sebagai pencegahan dan penebus dosa. Maka sudah saatnya kita kembali pada sistem kepemimpinan Islam, sistem terpercaya paripurna selama 13 abad lamanya.[]

Oleh: Annisa Sukma Dwi Fitria
(Sahabat Tintasiyasi)
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments