TintaSiyasi.com -- Pakaian merupakan kebutuhan pokok manusia, namun apa jadinya bila pakaian juga menjadi perantara untuk mempermainkan agama terutama agama Islam. Pasalnya Brand fesyen asal Australia menuai kecaman akibat brend yang bernama NATO Mans Dream menggunakan kata allah dalam bahasa arab dalam desaignnya. Lafal allah yang memiliki arti “Allah berjalan bersamaku”, tetapi pakaian tersebut terlihat tipis dan berjalan berlenggak-lenggok di MFF (Malbourne Fashian Festival).
Seorang model Mona Khalifa menganggap label itu bentuk penghinaan terhadap Islam, ia mengungkapakan “lihat bagaiman ia berpakaian, dia benar-benar telanjang dan ada allah disekujur tubuhnya”. Namun kejinya sang pelaku hanya meminta maaf atas tidakan tidak terpujinya itu (CNBC Indonesia,17/03/23)
Kasus serupa bukanlah satu-satunya di dunia brend fasyen asal Singapura menggunakan tulisan allah dalam bikini (pakaian dalam) serta dengan peragaan modelnya. Sontak ini mejadi viral di akun tik tok yang diunggah oleh toz.tube seorang muslim asal Amerika. Ia mengungkapkan tindakan ini merupakan penghinaan terhadap Islam yang akan memunculkan gelombang islamophobia, dan ia meminta Singapura bertanggung jawab atas kejadian ini untuk menghentikan pembuatan bikini yang bertuliskan ayat Al-Quran.
Namun sayang, sebagian besar tindakan tersebut malah mendapatkan respon negatif dan menghilangkan rasa simpatik warga Singapura karena dianggap menjelekkan negaranya. Salah satu komentar menuliskan “saya warga singapura dan saya muslim. Bahkan saya tidak tau kejadian ini. Apakah saya ikut bertanggung jawab?” (Suaramerdeka.com 30/06/22).
Kenapa Kamu Diam Saja Ketika Allah Dipermainkan?
Kejadian seperti ini sudah berulang kali terjadi, para penista agama malah semikin candu memperolok-olok Islam atas nama ketidaktahuannya atas simbol Islam yang akan menyinggung milyaran hati umat Muslim. Lalu dengan mudahnya perbuatan keji itu ditutupi dengan kata maaf seolah kesalahan itu selesai sampai disana. Akibatnya gelombang Islamophobia semakin kuat, ujaran kebencian semakin menjadi, dan memperolok allah dianggap biasa.
Hal ini terjadi akibat kuatnya arus liberalisasi sekularisme yang dihebuskan barat. Kafir barat tidak akan tinggal diam melancarkan aksi menjauhkan agama dari kehidupan. Berbagai cara mereka lakukan termasuk mencitra burukkan Islam dalam berbagai kesempatan. Akibatnya agama hanya diterapkan oleh individu saja dan tidak melekat secara sempurna. Akhirnya terbentuklah masyarakat jauh dari agama bahkan tidak mengenal agama sama sekali walaupun ia muslim. Karena pada dirinya sudah tidak ada perasaan akan pembelaan terhadap Islam apabila Islam direndahkan.
Negara yang harusnya menjadi penanggung jawab masyarakat malah diam membisu tak tau menahu akan urusan umat. Umat Islam dipandang sebagai anak tiri yang bukan menjadi prioritas mereka. Sehingga para penista agama dari berbagai negara dengan lancang mempermainkan Islam bahkan ketika teriakan kebencian itu semakin lancang disuarakan dianggap sebagai kebebasan dalam berpendapat. Tetapi ketika rakyat mengkritik mengkritik pemerintah dianggap pelanggaran. Maka tampaklah ketidak peduliaan pemerintah yang diharapkan menjadi pelindung malah berlepas tangan.
Di sisi lain para penista agama tidak ditindak secara tegas, mereka bebas berkeliaran kemana saja untuk meneriakkan kebencian. Misalnya Islam radikal, menggunakan kata Allah untuk desain baju seksi, teroris. Pemecahan masalah ini hanya dengan kata maaf atau dengan hukum yang berbelit-belit dulu memperoleh hukuman.
Terlihatlah bahwa sistem liberalisme sekulerisme memfasilitasi penista agama menyuarakan aspirasi mereka. Umat Islam sedunia hanya bisa mengecam-ngacam tanpa ada hasilnya, yang ada penista semakin subur dan menjamur.
Manusia yang Mempermainkan Allah Harus Dihapuskan Di muka Bumi
Orang-orang yang mempermainkan Islam selama ini tidak pernah mendapatkan tindakan tegas. Maka satu-satunya cara untuk menghentikan aksi tidak terpuji itu adalah dengan menumpasnya dengan hukuman mati, karena telah mencelakan allah. Sebagaimana hal serupa juga pernah terjadi pada masa khalifah abu bakar shidiq, yakni musailamah Al-kadzdzab yang mengaku menjadi nabi setelah Nabi Muhammad SAW dan juga berusaha menyaingi ayat-ayat allah dengan menciptakan sendiri al-Quran.
Tentu mendengar kabar ini Khalifah Abu Bakar murka dan tidak tinggal diam. Khalifah menerjunkan pasukannya untuk menumpas nabi palsu tersebut dan akhirnya mati. Dengan demikian hukuman yang tegas akan memberikan efek jera bagi pelaku dan menimbulkan rasa takut bagi yang lain.
Sebagai umat Muslim melihat fenomena ini kita tidak boleh tinggal diam dan merasa tidak peduli. Rasulullah sendiri mengibaratkan umat muslim itu adalah satu tubuh, apabila yang satu sakit maka yang lain juga merasakan sakitnya. Maka untuk melawan isu ini umat Islam harus gencar menyuarakan Islam ke penjuru dunia agar Islam kembali tegak di muka bumi. Dalam pemerintahan Islam pemimpin adalah pengurus umat yang akan menjaga agama sekaligus pembela agama apabila kafir memburuk-burukkan Islam. Wallahu a’lam bishshawab.[]
Oleh: Putri Cahaya Illahi
(Aktivis Muslimah)
0 Comments