Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Akhlak Masyarakat Rusak Akibat Sekuler Kapitalisme

TintaSiyasi.com -- Saat alam menjerit dengan tingkah polah manusia yang rakus. Saat alam menjerit dengan kerusakan kerusakanya yang parah. Dimana manusia kehilangan junnah sebagai perisainya. Kehilangan pemimpin pemimpin yang lalai akan kewajibanya. Dan saat itulah jiwa-jiwa manusia mengering kehilangan arah. Pondasi keimanan jiwa enyah entah kemana. Jiwa kemanusiaan termakan ego tanpa sisa. Hingga menjadikan tingkah polah manusia lebih rendah dari hewan yang tak berakal.

Dilansir dari BBC.com (23/3/23) Polisi telah menangkap pelaku yang memutilasi seorang perempuan menjadi puluhan bagian di Kaliurang, Yogyakarta. Kasus pembunuhan diikuti mutilasi ini merupakan setidaknya yang ketiga dalam beberapa bulan terakhir.

Sebelumnya, beberapa hari lalu, polisi juga menangkap pelaku pembunuhan yang memutilasi korban menjadi empat bagian di sebuah apartemen di Tangerang, Banten, lalu dibuang di beberapa lokasi berbeda.
Di penghujung tahun lalu, polisi juga mengungkap pembunuhan yang diikuti mutilasi di apartemen Taman Rasuna, Jakarta.

Motif dari ketiga mutilasi tersebut beragam, mulai dari masalah ekonomi hingga hubungan asmara.

Dua kriminolog dari Universitas Indonesia menjelaskan, tindakan mutilasi yang disebut ‘sadis dan di luar akal logika’ itu dapat terjadi, karena pelaku mengedepankan ego mereka agar tidak tertangkap dengan cara menghilangkan barang bukti.

Sudah pasti ada kesalahan yang terjadi di negeri ini. Kenapa sampai terjadi hal hal diluar nalar dan logika manusia. Kekerasan yang dilakukan dari berbagai elemen masyarakat baik dari anak anak, remaja, dewasa bahkan orang tua yang setiap hari tidak berkurang bahkan semakin marak terjadi. 

Kapitalisme-Sekulerisme Biang Kerok Kerusakan 

Tidak dapat dipungkiri biang kerusakan akhlak masyarakat hari ini karena tidak diterapkan sistem Islam secara keseluruhan. Pemisahan agama dari kehidupan atau sekulerisme menjadikan kelemahan dalam semua aspek. Aspek politik, ekonomi, sosial dan budaya. Dalam Aspek sosial khususnya, pergaulan masyarakat tidak diatur secara Islami, akan tetapi tergantung dari bagaimana cara pandang masyarakat itu sendiri. Standar baik buruknya tergantung penilaian mereka sendiri bukan standar Islam.

Sebagai contoh pacaran, dalam Islam pacaran itu dilarang karena memang kita tidak boleh mendekati zina. Akan tetapi dalam masyarakat boleh boleh saja asalkan suka sama suka. Dan dalam hal ini tidak ada yang bisa menghukumi mereka secara adil jika mereka sampai melakukan perbuatan zina. Itulah akibat dari pemisahan agama dari kehidupan. Dampaknya adalah memberikan kebebasan dalam berpikir dan berbuat tanpa norma-norma agama Islam. 

Selamatkan Masyarakat dengan Islam Kaffah 

Manusia yang diberikan akal dan hati oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala sangat tidak patut melakukan hal biadab seperti berita diatas. Bahkan setingkat hewan pun yang tidak dianugrahi akal oleh Allah tidak sampai membunuh anaknya sendiri. 

Mengenai hal ini Allah Subhanahu wa Ta'ala telah berfirman dalam surat Al A'raf ayat 179. 
“Dan sesungguhnya, Kami jadikan untuk isi neraka jahanam itu kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai qulub, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah), mereka mempunyai mata tetapi tidak dipergunakannya untuk melihat (kebenaran dan kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga tetapi tidak dipergunakan untuk rnendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (QS al-A’raf: 179).

Imam Ibnu Katsir, memaknai ayat tadi dengan menyatakan bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala menyediakan neraka jahanam bagi manusia yang melakukan perbuatan-perbuatan para penghuni jahanam. Ini dikarenakan alat indra yang sebenarnya telah dijadikan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala sebagai jalan datangnya hidayah tersebut tidak bermanfaat bagi mereka. Sebab, mereka itu buta, tuli, dan bisu dari mengikuti petunjuk dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

Dari tafsir di atas, di akhirat kelak akan mendapatkan hukuman dari Allah karena sudah menghilangkan nyawa seorang manusia. Karena Allah telah mengharamkan membunuh jiwa manusia tanpa alasan syar'i. Dan di dunia sudah pasti akan mendapatkan hukuman dari aparat penegak hukum.

Tafsir Ibnu Katsir dalam Al qur'an Surat Al A'raf telah jelas bahwa siapa saja yang tidak mempergunakan qulub-nya (akal dan hatinya) untuk mengkaji, memikirkan, dan menghayati Islam yang terdapat dalam nas-nas Al-Qur’an dan As-Sunah sebagai teks kebenaran yang diwahyukan Allah Subhanahu wa Ta'ala, niscaya ia akan seperti hewan.

Demikian pula orang yang tidak mempergunakan telinga dan matanya untuk mendengar, melihat, dan mencari kebenaran. Hewan, sekalipun diajari isi kandungan Al-Qur’an atau disuruh melihat-lihat tulisan Al-Qur’an, mereka tidak akan dapat mengerti, memahami, apalagi menghayati. Paling-paling hanya merespons dengan suaranya, “embeee…” atau “uk ‘uk…” atau barang kali “auuu…” Sementara itu perbuatannya tetap saja didasarkan pada kehendaknya. Ada makanan disikatnya tanpa memandang punya siapa, atau saat ada betina diembatnya juga tanpa mengenal aturan. 

Berbeda halnya jika Islam dijadikan sebagai sistem hidup. Dalam sistem Islam akan ada aturan yang bisa membentengi kekerasan dan kemerosotan akhlak manusia. 

Pertama, pembinaan intensif individu baik di sekolah maupun madrasah tentang pondasi dasar keimanan dan ketakwaan. Sehingga manusia mengerti akan hak dan kewajiban masing masing. Jika mereka telah mngerti akan syari'at Islam maka akan melahirkan akhlak yang baik. 
Kedua, ada peran dalam masyarakat dalam amal ma'ruf nahi mungkar, sehingga jika ada saudara seiman melakukan kemungkaran akan saling menasehati karena hal itu merupakan bentuk kasih sayang antar sesama. 

Ketiga, selain dari individu dan masyarakat dibutuhkan peran negara yang sangat menentukan dan menjamin keamanan setiap manusia yaitu seorang pemimpin negara yang menerapkan syari'at Islam secara menyeluruh. Agar hukum-hukum hudud yang membuat jera masyarakat bisa teraplikasikan sehingga para pelaku kejahatan bisa jera dan tidak mengulanginya lagi. Tidakkah kita rindu dengan sistem hidup yang menerapkan syari'at Islam secara kaffah?

Wallahu a'lam bisshowab


Oleh: Venni Hartiyah
Aktivis Muslimah
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments