Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Visi Buram untuk Membina Generasi

TintaSiyasi.com -- World Tour (Born Pink) merupakan tajuk konser Black Pink. Girlband asal Korea Selatan tersebut telah berhasil membius pecinta K-pop selama dua hari pada 11dan 12 Maret 2023 lalu di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK) Jakarta. Para penggemar tidak hanya datang dari Jakarta saja, namun banyak penggemar yang datang dari luar Jakarta (Tempo, 13 Maret 2023).


Demi sang Idola

Ribuan penggemar atau yang biasa disebut Blink tampil maksimal untuk menyambut konser sang idola, ada yang tampil nyentrik hingga menyita perhatian seperti mengenakan pakaian korea atau hanbok berwarna pink. Tidak hanya itu, menjadi wajib bagi penggemar untuk membawa berbagai atribut khas seperti light stick, poster, kipas, gantungan, bandana, bendera, sampai spanduk besar untuk menonton konser (datakata.co.id, 13 Maret 2023). 

Fandom, sebutan untuk para penggemar k-pop, rela mengeluarkan biaya yang terbilang tidak sedikit demi menunjukan kecintaan pada sang idola. Diketahui bahwa pengeluaran bernilai jutaan rupiah disanggupi untuk memenuhi kebutuhan menonton konser secara langsung selama dua hari. Harga sedemikian bukan hanya untuk harga tiket saja. Harga tiket menonton konser beragam, dibanderol mulai dari Rp1.380.000 hingga Rp3.800.000 (CNBC Indonesia, 14 Maret 2023).

Mencengangkan, semua atribut yang dibawa oleh penggemar tak dapat dipandang sebelah mata, untuk harga light stick saja lumayan mahal yaitu Rp850.000, photocard berkisar Rp 1 juta, hingga salah satu penggemar yang datang dari Yogyakarta mengungkapkan bahwa pengeluarannya mencapai Rp10 juta untuk menonton konser termasuk biaya transportasi dan kebutuhan pribadi selama dua hari (Beritasatu.com, 12 Maret 2023). 

Sedemikian fakta yang ditemukan cukup membuat tertegun di tengah peliknya kehidupan ekonomi masyarakat saat ini. Bagaimanakah mereka bisa dengan mudahnya mengeluarkan biaya yang tidak sedikit untuk kesenangan terbatas itu? Sementara, tepat ketika mereka bersorak-sorai menyanyikan lagu-lagu sang idola, saat itu pula sebagian besar penduduk negeri ini memekik mencari serpihan rupiah untuk sekadar memenuhi kebutuhan perut saja.


Support Tidak Berfaedah

Antusias penonton terhadap konser girlband asal korea ini juga tampak dari masyarakat sipil, para artis ibukota hingga para para pejabat negeri ini seperti Airlangga Hartanto yang memboyong keluarganya. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian itu tampak hadir bersama keluarga, bahkan sempat berfoto dengan para personel Blackpink. Kemudian, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno juga tampak menanggapi tingginya antusias masyarakat yang mengunjungi GBK. Beliau menyebut ini konser ini membawa berkah untuk para pegiat UMKM di sekitar kawasan GBK (idxchannel.com, 12 Maret 2023).

Totalitas terhadap artis korea tak hanya ditunjukkan oleh penggemar saja, tapi dukungan penuh juga berikan oleh pemerintah negeri ini. Tercatat sebanyak 1.022 personel gabungan TNI dan Polri dikerahkan untuk menjaga keamanan konser girlband asal korea tersebut. Personel gabungan itu terdiri dari berbagai unsur yakni 932 personel Polda Metro Jaya dan Polres Metro Jakarta Pusat,30 personel TNI, dan 60 personel dari pemerintah daerah (kompas.com, 11 Maret 2023).

Tak ayal, banyak para pemuda menghabiskan waktu muda mereka untuk mencari kesenangan dan kenikmatan duniawi yang bersifat sementara. Standar kebahagiaan yang dipatok kapitalisme saat ini adalah seberapa bisa pemuda dan masyarakat menemukan hiburan sebagai sumber kebahagiaan itu. Sehingga mereka tak ragu lagi menjadikan hiburan sebagai hal yang harusnya diperjuangkan, terutama kecintaan mereka pada sang idola. Dengan fakta bahwa lebih dari 70 ribu penonton memadati Gelora Bung Karno, di mana banyak dari mereka adalah muslimah, menunjukan keadaan yang mengkhawatirkan tentang visi hidup mereka sebagai generasi pembangun peradaban. Muslimah yang seharusnya menempa diri dengan ilmu Islam, malah terperosok dalam aktivitas hedon tanpa tujuan dan kesenangan duniawi semata.

Sejalan dengan totalitas negara memberikan fasilitas agar konser ini terlaksana dengan baik, terlihat bahwa negara tidak serius dalam membentuk generasi emas untuk masa depan. Negara melalui program-programnya berupaya mengokohkan generasi yang moderat, sekuler dan liberal. Kebijakan negara menuntut ummat muslim saat ini untuk menerima saja budaya, pemikiran, dan gaya hidup orang asing tanpa mengetahui tujuan kebijakan tersebut. Dengan diselenggarakannya konser itu, menunjukan bentuk dari pemisahan aturan agama dari aktivitas sehari-hari (sekuler). Pemuda memuja sosok yang salah hingga menjadi teladan bagi mereka. Sosok yang mengantarkan generasi pada maksiat, dengan menormalisasi ikhtilat, memperlihatkan aurat dan mengeluarkan suara yang mendayu-dayu hingga menimbulkan penyakit hati pada pendengarnya. Pada akhirnya, terbentuklah generasi yang amoral, jauh dari nilai-nilai agama, dan liberal, dimana mereka bebas melanggar batas syariat demi menuruti idola mereka.

Berdasarkan dari banyaknya fakta tentang konser Blackpink ini, seharusnya menyadarkan kita bahwa event yang telah diselenggarakan itu merusak generasi. Mirisnya, negara memang ingin terlibat dalam lancarnya konser ini. Hal itu sangat berbeda dengan sikap pemerintah yang membubarkan kajian Islam di masjid kampus, mencemooh anak-anak yang membaca alquran sepanjang jalan malioboro, dan melakukan persekusi kepada sejumlah tokoh yang alim, hingga kejinya menuduh pengajian itu sebagai sarang radikalisme dan terorisme. Padahal, kajian yang dibubarkan dan dipersekusi itulah yang akan membentuk generasi peradaban yang mempunyai visi yang mulia dan cikal bakal khairu ummah.


Islam Menjaga Generasi Mulia

Tak ada ideologi yang serius mempunyai visi menjaga potensi pemuda kecuali Islam. Islam memiliki tujuan yang jelas, yaitu mewujudkan ummat peradaban yang terbaik (khairu ummah). Sebagaimana Allah firmankan dalam Al-Qur'an surat Ali-Imran ayat 110, “Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf dan mencegah yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahlukitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Diantara mereka ada yang beriman, tetapi kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.

Dengan ayat ini, jelas bahwa Allah menyatakan ummat Islam ini adalah yang terbaik, namun bagaimana usaha kita sebagai muslim menjadikan Islam ini jalan yang terbaik untuk membina generasi. 

Tujuan Islam adalah membina generasi berkepribadian Islam atau syakhsiyah Islam, yaitu memiliki pola pikir dan pola sikap Islam. Perkara ini dimulai dari peran orang tua dalam menyiapkan generasi mulia. Orang tua wajib mengenalkan Islam sebagai mabda (ideologi) sehingga Islam tak hanya mengatur persoalan spiritual saja, namun mengambil Islam sebagai suatu sistem dan sumber aturan hidup. Dengan mengenalkan mabda Islam, akan mempersiapkan generasi yang mempunyai kaidah berpikir dan kepemimpinan berpikir untuk mengemban Islam. 

Selanjutnya, untuk mendukung peran orang tua, negara haruslah membangun sistem pendidikan yang mampu membentuk generasi yang memiliki kepribadian Islam, tsaqofah Islam dan juga menguasai ilmu sains dan teknologi. Peran nyata yang dapat dilakukan oleh negara sebagai penyelenggara pendidikan Islam yaitu menetapkan akidah Islam sebagai asas kurikulum yang sama untuk semua sekolah. Negara melakukan seleksi dan memberikan pembinaan untuk guru dengan kualitas dan kapasitas mengajarnya sesuai karakter Islam serta berpegang bahwa pemikiran untuk diamalkan. Kemudian, negara juga menerapkan kebijakan yang melindungi generasi dari serangan pemikiran asing, berbagai tayangan, kegiatan, bacaan yang mengusung gaya hidup yang tidak islami akan dilarang.

Disamping pengajaran tsaqofah, pendidikan Islam tidak meninggalkan pengajaran sains, teknologi, dan seni. Sejarah telah menuliskan bahwa Islam mampu mencetak generasi unggul yang disegani barat. Pada masa Daulah Abbasiyah telah lahir ilmuwan hebat diberbagai bidang ilmu pengetahuan, seperti seorang tokoh ahli kimia yaitu Jabir Ibn Hayyan, kemudian yang mengembangkan ilmu astronomi yang berkaitan dengan penentuan arah kiblat, penentuan awal dan akhir bulan diantaranya yaitu al-Biruni, al-fazari dan lain sebagainya. 

Pada akhirnya, generasi hebat dan mulia memang tak dapat dipisahkan dari negara Islam. Khilafah akan menjadi junnah (perisai) yang melindungi generasi dari serangan pemikiran, tsaqofah dan gaya hidup asing. Khilafah memfasilitasi generasi dalam memanfaatkan waktu untuk aktivitas produktif, sehingga tidak lagi menjadikan hiburan sebagai sumber kebahagiaan. []


Oleh: Eka Nofrianti
Penulis
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments