TintaSiyasi.com -- Sungguh miris dan memprihatinkan, banyak orang tua telah kehilangan akal. Jangankan menjadi pelindung justru ia menjadi penerkam. Bukannya mencetak generasi cemerlang, justru ia yang menghancurkan masa depan. Anak-anak tak aman lagi dan selalu dihantui ancaman. Jika orang tua tak peduli maka siapa yang bisa melindungi? Apa yang terjadi hingga mereka yang tak berdosa menjadi korban rapuhnya peradaban?
Kasus pencabulan terus ditayangkan, seakan menjadi menu utama di meja pemberitaan. Banyaknya kasus kekerasan, kenakalan remaja, pergaulan bebas, bahkan tindakan asusila tak asing lagi ditelinga. Kejahatan terjadi dimana saja, dari kota hingga ke pelosok desa. Siapa saja bisa menjadi pelaku atau korban, mulai dari kalangan penguasa sampai orang biasa. Semuanya sama, karena merupakan bagian dari masyarakat yang berada dalam sistem kehidupan yang sama. Sehingga menghasilkan peradaban yang sama juga.
Padang Bermasalah
Di Padang seorang bapak berinisial AD (47), diamankan warga karena mencabuli anak kandungnya yang berusia 13 tahun. Aksinya itu dilakukan pelaku di toilet Masjid Mardatillah daerah Rimbo Tarok, Kelurahan Belimbing, Kecamatan Kuranji. Ia mengaku bahwa sudah berulang kali melakukan kejahatan ini. Tak hanya kepada anak kandungnya, namun juga kepada anak tirinya, dengan ancaman tidak akan membayarkan uang sekolah jika menolaknya (Infosumbar.net, 14/02/2023).
Kini ia dijerat dengan sejumlah pasal dalam UU perlindungan anak, dengan hukuman penjara 15 tahun ditambah satu per tiga masa hukuman. Namun apakah hukuman itu bisa memberi keadilan? Atau memberi efek jera? Faktanya hukum yang diterapkan tak mampu memberi efek jera bagi pelaku atau menciptakan ketakutan bagi masyarakat untuk melakukan hal serupa. Yang terjadi justru kasus ini seperti fenomena gunung es, yaitu faktanya jauh lebih banyak dibanding yang diberitakan.
Banyaknya kasus serupa menjadi indikasi ada yang salah. Bagaimana bisa manusia bertindak seperti hewan, padahal ia dibekali dengan akal. Namun akalnya tak mampu mengantarkan kepada ketakwaan. Ketika seseorang salah berfikir maka akan salah dalam memahami, sehingga akan menghasilkan tingkah laku yang salah juga. Akal yang dibimbing wahyu dapat mengantarkan kepada kemuliaan, tetapi akal yang dilandasi dengan nafsu maka akan mengantarkan pada kehinaan.
Apa Arti Penghargaan, Jika Eksplorasi Anak Jadi Eksploitasi
Padang dikenal sebagai kota layak anak, sejak meraih penghargaan berdasarkan Kategori Nindya pada Juli 2022 lalu. Salah satu alasan diberikannya penghargaan ini adalah karena banyaknya program pemerintah kota Padang dalam pemenuhan hak anak. Diantaranya pencarian anak berbakat melalui program Wali Kota Cilik ( Wakoci). Menurutnya program ini cukup memberi ruang bagi anak dalam mengeksplorasi diri.
Sungguh disayangkan standar kelayakan anak hanya dari keaktifan mengikuti program-program pencarian bakat. Atau bahkan hanya melihat dari banyaknya program untuk anak. Apakah benar semua program itu adalah bentuk pemenuhan hak anak?
Terkait pemenuhan hak anak, orang tua harus memahami kewajibannya. Hal terpenting yang harus diberikan kepada anak adalah penanaman akidah bukan pencarian bakat. Sejak dini anak sudah harus dikenalkan dengan nilai-nilai agama Islam. Mengenalkan terhadap Allah SWT dan apa-apa yang diciptakannya. Hingga mereka memahami bahwa segala sesuatu berasal dari Allah SWT. Selain itu anak juga harus dipahamkan terkait akhir kehidupan. Hingga akhirnya mereka mendapat bekal menghadapi kehidupan.
Memetakan tujuan kehidupan serta mengaitkan bahwa akan ada pertanggungjawaban di masa yang akan datang. Dengan demikian akan terbangun kesadaran bahwa dalam setiap amalnya senantiasa diawasi Allah SWT.
Apalah artinya anak penuh bakat tapi tidak paham agama? yang terjadi hanyalah akan terus mengulang cerita kelam, akibat kegagalan pendidikan dan hilangnya pondasi keluarga. Bukan hanya akan lahir anak-anak yang liberal, tapi juga menumbuhsuburkan orang tua yang cinta dunia, tak paham agama, dan merusak peradaban. Orang tua yang tak paham syariat dan tidak memahamkan kepada anak, akan menyumbang dan berperan dalam menghancurkan masa depan. Inilah yang disebut dosa investasi.
Rusaknya Peradaban, Akibat Keroposnya Pilar Kehidupan
Sungguh mengkhawatirkan melihat dan menyaksikan kehidupan yang semakin rusak. Beraneka kejahatan dan kemaksiatan terus terjadi disekitar kita. Kasus pergaulan bebas, pelecehan, dan kekerasan di depan mata. Ini disebabkan rapuhnya tiga pilar kehidupan, yaitu rapuhnya individu, masyarakat, dan negara.
Saat ini orang- orang disibukkan dengan dunia semata. Mengejar pundi-pundi materi atau memuaskan kebutuhan jasmani. Yang mana kebutuhan tersebut adalah keinginan tanpa batas dan naluri-naluri yang tumbuh bebas. Tujuan hidup manusia hanya untuk bahagia, yang mana kebahagiaan yang dikejarnya bersifat fana. Mereka lupa dunia hanya sebentar saja, sedangkan akhirat adalah kehidupan yang nyata. Sehingga banyak yang terlena mengejar surga dunia dan lupa surga sebenarnya.
Kini, masyarakat juga disibukkan dengan kehidupan hedonis. Gaya hidup bebas dipupuk bahkan difasilitasi dengan kemajuan teknologi. Selain itu media sosial ambil peran pertontonkam racun-racun keimanan. Mulai dari anak-anak hingga orang tua dicekoki dengan tayangan pornografi dan pornoaksi yang bisa memicu timbulnya syahwat. Maraknya konten porno juga tidak lepas dari upaya sistematis Barat untuk menghancurkan generasi.
Wajar saja, jika banyak terjadi pelecehan dan lain sebagainya, karena bebasnya tayangan-tayangan pemancing hawa nafsu. Hakikatnya setiap manusia memiliki yang disebut _gharizah nau_ (naluri untuk melestarikan keturunan). Hanya saja bagaimana seseorang menyikapi atau menyalurkan naluri ini seharusnya dengan cara yang benar. Ketika pemicu terus dimunculkan, dan seseorang tidak memiliki pondasi keimanan dan pemahaman yang benar terkait halal haram, baik buruk, terpuji atau tercela, walhasil mereka akan menyalurkan dengan cara yang salah.
Maka sangat jelas bahwa ini bukan perkara _human error_, melainkan perkara sistematis. Karena kesalah tidak terjadi pada beberapa orang saja, melainkan sangat marak dan bertebaran. Maka semua pihak, dari sisi individu bahkan sampai tataran negara turut bertanggung jawab. Sistem saat ini nyatanya tidak mampu membuat muslim merasa berdosa ketika melakukan pelanggaran syariat.
Selain itu, sistem yang tidak menjadikan syariat Islam sebagai pemecah masalah dalam kehidupan , semakin menambah kerusakan di muka bumi. Aturan-aturan yang dibuat tidak berlandaskan pada aqidah, bahkan tak jarang bertentangan dengan syariat. Ini adalah akibat penerapan sistem sekuler yang menjauhkan agama dari urusan kehidupan.
Padahal Sumatera Barat selalu bangga dengan falsafahnya “adat basandi sarak, sarak basandi kitabullah." Meski demikian, kemaksiatan juga banyak terjadi di Sumbar. Falsafah tinggal kata, meninggalkan makna sesungguhnya. Sulit juga bagi Ninik mamak, atau Bundo kanduang dalam menyelamatkan umat dalam bingkai sistem sekarang.
Berantas Kemaksiatan dengan Solusi Tuntas
Sudah terlalu banyak masalah negeri ini. Banyak juga solusi, namun tak mampu mengakhiri. Sehingga masalah-masalah ini memerlukan solusi yang mampu menjangkau ketiga komponen ini. Yaitu solusi menyeluruh bukan hanya menyelesaikan di permukaan, melainkan sampai ke akar. Solusi tersebut adalah kembali kepada aturan Sang pemilik jiwa, Al Kholiq Al Mudabbir, yang mengetahui yang tampak dan yang tersembunyi. Menjadikan Islam tak hanya sebagai agama yang mengatur masalah aqidah dan ibadah saja.
Melainkan kembali menerapkan Islam secara kaffah dan dijadikan pemecah masalah kehidupan. Tak sebatas mengatur bahkan sistem Islam memberi sanksi bagi pelanggar, dengan sanksi yang tegas. Sanksi yang diberikan bukanlah sanksi yang sia-sia, karena dapat menghapus dosa serta menimbulkan efek jera.
Penerapan sistem Islam sebagai solusi tuntas bukan perkara kampanye diatas kertas. Bukan juga suatu hal yang utopis. Karena 13 abad lamanya sistem ini diterapkan di berbagai penjuru negeri. Bahkan sampai mencapai dua per tiga dunia dibawah naungan Daulah Islam. Lantas mengapa keberhasilan sistem islam yang terbukti nyata kita acuhkan, sedangkan kerusakan sistem kapitalis sekuler masih menjadi harapan?
Dalam Al Qur’an surat Al Baqarah 208 :
"Wahai orang-orang yang beriman, masuklah kalian kepada Islam secara menyeluruh. Janganlah kalian mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh setan itu musuh yang nyata bagi kalian.“
Dengan diterapkannya Islam mabda, maka akan mencetak individu yang bertakwa. Berkepribadian mulia dengan pola pikir dan pola sikap sesuai syariat. Muslim maupun non muslim akan berpikir berulang kali untuk terus bermaksiat. Sebagaimana pada masa Rasulullah, dalam sirah diceritakan bagaimana orang Yahudi yang melecehkan seorang muslimah dengan mengaitkan jilbabnya ke punggungnya diam-diam.
Hingga tidak disadari tersingkaplah auratnya. Maka sebagai masyarakat Islam, orang muslim disana tidak diam, melainkan melakukan pembelaan. Bahkan Rasulullah memberi sanksi yang tegas dengan melakukan pengusiran terhadap Bani Qainuqa. (Taqiyuddin An Nabhani, Daulah Islam)
Maka dengan menerapkan sistem Islam, akan membuktikan bahwa umat Islam adalah umat terbaik, dikarenakan melakukan aktivitas amar ma'ruf nahi mungkar.
“Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia (selama) kamu menyuruh (berbuat) yang makruf, mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah…” (QS Ali Imran: 110)
Allah juga menjanjikan akan diberikan keberkahan ketika ada ketakwaan yaitu ketika suatu negri menjadikan Al Qur’an dan Sunnah sebagai pijakan. Sebagai mana dalam QS Al-A’raf ayat 96 :
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya."
Dengan demikian, melangsungkan kehidupan Islam bukan hanya kewajiban tetapi juga kebutuhan. Salah memilih sumber aturan sama saja menunggu kehancuran. Hanya dengan Islam kejahatan dan kemaksiatan dapat dihentikan dan hidup dalam keberkahan karena Ridho Allah SWT. Wallahu’alam bisshowab.[]
Oleh: Ai Qurotul Ain
(Aktifis Dakwah)
0 Comments