TintaSiyasi.com -- Orang tua dulu sering sekali menyemangati anak-anaknya untuk semangat menuntut ilmu. Meski banyak rintangan dan kekurangan, selalu diusahakan untuk tetap bisa berangkat sekolah. Bahkan sering didengar nasihat, "Belajarlah supaya jadi anak pintar dan sukses, jangan seperti bapak ibu yang cuma sibuk di sawah".
Meski zaman sudah berbeda, orang tua selalu menginginkan yang terbaik untuk anaknya, terutama dalam hal sekolahnya. Bahkan menjadi rahasia umum pembicaraan bahwa anak-anak harus bisa sekolah sampai tingkat tinggi supaya bisa jadi orang yang pintar dan sukses.
Masyarakat berpikir dengan pendidikan lah, anak-anak itu mampu meningkatkan taraf kehidupannya. Setidaknya, ada pemikiran yang bisa dikembangkan dan menjadi kekuatannya dalam mengarungi kehidupan. Taraf berpikir yang tinggi dapat menjadi pembeda antara yang benar dan salah. Tentu ini adalah bekal yang harus dipersiapkan.
Kedudukan ilmu dalam Islam begitu mulia, orang yang berilmu pasti diberi kebaikan dan kemudahan dalam menjalankan kehidupan di dunia dan di akhirat. Para ulama pun berlomba-lomba untuk menuntut ilmu. Tak ada yang malu dengan usianya, yang terpenting adalah mereka dapat mengikuti apa yang diamanahkan Rasulullah. Yakni menuntut ilmu sampai ke liang lahat.
Akan tetapi, meski ilmu selalu berkembang dan sudah banyak yang mempelajarinya, ternyata tidak dibarengi dengan ilmu agama. Seolah mempelajari ilmu agama adalah hal kolot yang tidak menarik untuk dipelajari.
Alhasil, banyak dari umat yang tidak paham akan ilmu yang dimilikinya dan siapa yang memberi kecerdasan dalam mendalami ilmunya. Inilah yang terjadi jika pemikiran sudah tercampur dengan pemikiran-pemikiran liberal ala Barat. Tidak sadar kalau mereka sudah mensekulerkan ilmu yang dipelajari.
Di beberapa kondisi, ada masyarakat yang mengetahui Islam sampai ke akar-akarnya, tetapi untuk mendakwahkan atau menerapkan dalam kehidupan sehari-harinya sangatlah sulit. Contohnya saja hukum riba, mereka paham kalau riba adalah haram, tetapi masih saja mereka menerima praktik-praktik ribawi di sekitar mereka dan mungkin saja mereka juga terkena jeratnya.
Ilmu tidak hanya dibiarkan begitu saja, melainkan harus diamalkan dalam kehidupan sehari-hari, bahkan didakwahkan kepada yang lainnya. Ada aktivitas amar ma'ruf nahi munkar dalam setiap aktivitas, apalagi dalam perkara yang membahayakan umat, harus segera dicegah.
Dalam mencari ilmu juga harus dengan niat yang ikhlas karena mengharap ridho Allah swt serta meminta perlindungan-Nya. Karena kesombongan dan berpuas diri kadangkala menghampiri para ahli ilmu.
Karena itu, teruslah belajar dan jangan pernah ragu. Selama ilmu itu adalah ilmu yang dapat membantu perjuangan Islam, galilah hingga peradaban Islam tegak kembali.Wallahu 'alam bishshawab.[]
Oleh: Serlina
Aktivis Muslimah Jembrana-Bali
0 Comments