Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Ingin Eksis, Berakhir Tragis


TintaSiyasi.com -- Kemajuan teknologi telah mendorong generasi untuk tampil eksis. Apapun akan dilakukan demi popularitas. Termasuk membuat konten yang merugikan diri. Bahkan banyak yang melakukan hal-hal beresiko dan berakhir dengan kematian. Seperti yang terjadi pada wanita yang berinisial W(21). Ia nekat membuat konten gantung diri dan berakhir tewas di kontrakan rumahnya (detiknews, 3/3/2023). 

Kejadian membuat konten yang berujung hilangnya nyawa nyatanya bukan hanya kali ini. Januari lalu seorang remaja tewas demi konten, lantaran mencoba menghentikan sebuah truk (rmol.id, 14/1/2023). Tahun 2022 silam pemuda FN (20) tewas tertindas truk setelah mengadang truk untuk membuat konten (iNews, 27/7/2022).  

Ingin dikenal memang salah satu naluri yang dimiliki manusia. Naluri ini disebut gharizah baqa’. Naluri inilah yang mendorong manusia untuk melakukan apapun demi supaya dikenal banyak orang dan akhirnya mendapat cuan. Sebagai naluri yang sudah Allah titipkan pada manusia seharusnya digunakan sesuai dengan rambu-rambu pencipta-Nya. Tapi sayangnya hari ini penyaluran gharizah baqa’ ini sejalan dengan sistem sekuler kapitalisme yang sedang dianut umat. Akhirnya penyaluran ini tidak sesuai dengan fitrahnya manusia, yang berakibat hilangnya nyawa secara sia-sia.

Sistem sekuler kapitalisme yang ada hari ini mendorong manusia untuk melakukan apa saja demi terkenal dan mendapatkan cuan. Tanpa memperhatikan lai etika, norma bahkan pandangan Islam saat melakukan sesuatu. Merasa bahwa like, subscriber, penonton itulah yang menjadi prioritas. Akhirnya perbuatan yang memalukan bahkan berbahaya akan dikejar demi mencari eksistensi, agar diakui keberadaanya. Bahkan sekarang ada istilah baru untuk gejala tersebut yaitu flexing. Sebutan untuk orang yang gila pujian dan eksistensi diri. Rela melakukan apapun demi tuntutan gaya hidup dari lingkungan agar keberadaanya diakui.

Miris memang kehidupan di sistem sekuler kapitalistik, kehidupan yang telah mengalihkan tujuan hidup manusia, yang semula ialah untuk beribadah dan taat kepada aturan Allah SWT berubah menjadi materialistik. Tujuan hidup yang hanya mencari kebahagiaan materi sebanyak-banyaknya tanpa peduli standar agama. Akhirnya taraf berpikirnya pun menurun. Dari yang seharusnya tunduk pada Allah pencipta-Nya berubah menjadi tunduk kepada hawa nafsu atas nama kebebasan.

Di kondisi pemuda yang sedemikian tragis, negara yang seharusnya berperan justru malah tidak hadir. Di saat kondisi pemudanya dirusak dengan sistem kehidupan sekuler kapitalistik. Negara justru membiarkan gaya hidup seperti itu berkembang bahkan membudaya yang berakhir dengan rusaknya generasi. Apa jadinya negara ini jika pemudanya rusak dan tanpa adanya pertolongan? Bukankah seharusnya pemuda yang bangkit dan memanfaatkan kekuatan mereka untuk membangun peradaban. Bukan justru terperdaya bahkan lalai dan mengabaikan tugasnya. Dibantu peran negara justru pemuda bisa menjadi agen perubahan dan pembangunan.

Oleh karena itu, sudah seharusnya negara menyadari tugas mereka. Membuang sistem sekuler kapitalisme yang hari ini menjerat generasi. Selanjutnya mendidik dan membina generasi muda agar menjadi generasi bertakwa, cerdas, mulia dan berkepribadian Islam. 

Menanamkan akidah Islam sejak dini agar tercipta misi dan visi kehidupan sesuai dengan fitrah penciptaan mereka yaitu untuk taat kepada aturan Allah. Negara juga menyediakan fasilitas penunjang dalam belajar agar generasi muda mampu mengembangkan diri. Sehingga terlahirlah generasi yang cerdas dan bertakwa.

Kemudian negara yang tugasnya meriayah dan melindungi umat juga berperan dalam perkembangan teknologi. Teknologi, konten dan tayangan harus disesuaikan dengan Islam. jika merusak pemikiran akan dilarang. Yang ditampilkan hanyalah konten yang edukatif dan mengajak amar makruf nahi mungkar. Terakhir, potensi generasi muda harus diberdayakan. Mereka yang fisiknya kuat dibantu dengan pemikirannya yang cemerlang, sangat dibutuhkan umat untuk berjihad di jalan Allah. Tapi semua tahapan tersebut hanya bisa dijalankan jika negara menerapkan Islam secara kaffah di semua sistem kehidupannya. []


Oleh: Mia Purnama 
Aktivis Back to Muslim Identity
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments