TintaSiyasi.com -- Penyakit Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang masih menghantui masyarakat. Penyakit ini bahkan menjadi penyebab kematian. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) merilis data bahwa Indonesia menempati peringkat kedua di dunia dengan jumlah kasus penyakit tuberkulosis (TBC) terbanyak di dunia.Hal ini disampaikan oleh Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes, dr Imran Pambudi pada konferensi pers daring, “Hari Tuberkulosis Sedunia 2023" yang mengangkat tema: Ayo Bersama Akhiri TBC, Indonesia Bisa”, pada Jumat (17/3/2023).Imran menyebutkan laporan tersebut berdasarkan data Global TB Report (GTR) tahun 2022 dengan perkiraan kasus TBC sebanyak 969.000 dengan incidence rate atau temuan kasus sebanyak 354 per100.000 penduduk.
Meskipun setiap tahunnya pada tanggal 24 Maret diperingati Hari Tuberkulosis sedunia namun hal ini belum memberikan titik terang pada permasalahn TBC yang kian hari melebarkan sayapnya kepada setiap jiwa manusia. Berbagai tema diusung dengan harapan angka kematian TBC mampu ditekan. Tema Hari TBC Sedunia 2023 adalah Ya! Kita bisa mengakhiri TB! Tema ini diusung untuk menginspirasi harapan dan mendorong pemerintah, meningkatkan investasi, dan menerima rekomendasi WHO yang lebih cepat, adopsi inovasi, percepatan tindakan, dan kolaborasi multisektoral untuk memerangi epidemi TBC.
Dari data di atas seharusnya sudah semestinya kita segera memberantas penyakit ini sebab ia merupakan penyakit yang begitu mudah menular melalui udara dan mematikan. Pengobatan lama membutuhkan kesabaran yang begitu besar, hingga tidak jarang pasien-pasien TBC menyerah dan engan melanjutkan pengobatan berikutnya. Pengobatan yang panjang ini terkadang menjadikan para pasien-pasien resisten terhadap obat.
Sungguh TBC ini begitu menyesakan bagi para pengidapnya, tidak jarang mereka dikucilkan dari masyarakat, sebab takut akan tertular, yang kondisi ini justru makin memperparah keadaan mereka.Kehilangan pekerjaan juga sering dialami orang para penderita TBC hal ini akan berkontribusi terhadap permasalahan pada sektor ekonomi keluarga.
Jumlah Kasus TBC di Indonesia
Kasus TBC di Indonesia paling banyak disumbangi oleh mereka yang bekerja di antaranya buruh, nelayan, wiraswasta, pegawai BUMN, dan PNS. Adapun perincianya meliputi; buruh sebanyak 54.887 kasus, petani atau peternak atau nelayan sebanyak 51.941 kasus, wiraswasta 44.299 kasus, pegawai swasta atau BUMN atau BUMD sebanyak 37.235 kasus dan PNS yaitu 4.778 kasus.
Kini berbagai elemen masyarakat akan begitu mudah terserang penyakit mematikan ini, meskipun kelompok ekonomi menengah kebawah menjadi penderita yang paling banyak. Hal ini membuktikan bahwa kasus TBC tidak mampu ditanggulangi dari tahun ketahun.
Biang Kerok Penyebab TBC
Jika kita menerawang lebih dalam ternyata penerapan sistem kapitalis dalam roda kehidupan telah berhasil menjadi dalang utama bagi penyebaran TBC. Ia tidak akan mampu mengeleminasi TBC. Berikut ini akan kita kupas satu demi satu faktor penyebabnya yang kemudian kita kaitkan dengan sistem penerapan kapitalis.
Pertama. Kurangnya asupan nutrisi dan minimnya daya beli.
Sumber makanan yang bergizi begitu dibutuhkan agar tubuh memiliki antibodi yang kuat untuk melawan berbagai penyakit begitu sulit dipenuhi oleh masyarakat saat ini. Masyarakat Indonesia saat ini didominasi oleh golongan menengah kebawah. Dengan keterbatasan pendapat memaksa mereka mampu membeli sebatas bahan pokok saja, yang sebenarnya itupun terkadang tidak mampu untuk dibeli karena kurangnya penghasilan masyarakat. Ditambah lagi harga bahan pokok yang kian hari kiang mengalami kenaikan harga dikarena harus menyesuaiakn harga pasar dunia akhirnya masyarakat hanya mampu berdiam di rumah dengan segelas air putih dan nasi putih. Hal ini tidak akan mampu mewujudkan masyarakat sehat bebas dari penyakit seab mereka tidak bisa mengkomsumsi makanan-makanan sehat dan berkualitas.
Perekonomian sistem kapitalis telah menyerahkan sepenuhnya tata kelola peredaraan barang dipasar berdasarkan keinginan mereka. Mereka tidak akan memikirkan sedikitpun apakah masyarakat mampu atau tidak membeli dengan harga yang mereka tentukan, yang ada dalam tujuan pemasaran mereka adalah keuntungan yang harus bertambah dari setiap transaksi perdagangannya. Hal ini semakin dilanggengkan oleh pemerintah dengan mengeluarkan berbagai kebijakan-kebijakan mereka yang menjadikan karpet merah bagi para pengusaha. Mereka tidak akan ditindak jika dalam praktek perdagangannya mereka terdapat kecurangan atau kezaliman.
Atas dasar harga barang yang terus melangit inilah yang menyebabkan nutrisi dan kesehatan itu menjadi mahal. Makanan yang baik itu hanya mampu dijangkau oleh masyarakat golongan atas yang berpenghasilan besar, mereka mampu membeli makanan apapun walaupun harganya mahal, dalam praktek pemenuhannya tidak jarang makanan yang mereka beli dengan harga mahal berakhir di tong sampah sebab mereka senantiasa tidak menghabiskan makanan dengan alasan diet dan lain-lain. Sementara disebalik sana masih ada sekelompok masyarakat menahan lapar dan terkadang harus meninggal akibat menhanan lapar.
Inilah kesejangan pemenuhan kebutuhan yang berhasil dipertontonkan oleh sistem kapitalis yang pasti akan berdampak pada hidup sehatnya masyarakat. Maka jika masih dunia ini bercokol dengan sistem perdagangan kapitalis maka bisa dipastikan angka TBC tidak akan berkurang atau hilang.
Kedua. Minimnya santasi lingkungan.
Bentuk perumahan dunia saat ini jauh dari kata layak dan baik. Banyak masyarakat yang memilih tinggal ditempat seadanya. Kolong jembatan, kampung sampah bahkan perumahan kumuh menjadi tempat empuk berkembangnya kuman akibat TBC ini seolah menjadi tempat yang nyaman bagi mereka. Sanitasi dan sinar matahari tidak akan menjadi prioritas. Padahal sanitasi dan sinar matahari menjadi senjata ampuh dalam pencegahan TBC.
Tata kelola kota yang padat dan sempit juga menjadi penyumbang bagi berkembangnya kuman TBC. Desain perumahan yang tidak meniti beratkan pada kesehatan telah menjamur di mana-mana. Dalam pembangunan rumah, gedung dan lain-lain kebih menonjolkan eksistensi diri dan kemewahan. Atas dasar eksistensi diri inilah masyarakat saat ini berlomba-lomba membangun bangunan mewah dengan begitu tertutup sehingga sinar matahari sulit menembus bangunan.
Sistem pembangunan kapitalis jauh dari kata layak, sebab prioritas dalam pembangunan berorientasi pada dunia yaitu keuntungan dan keindahan. Apartemen yang dibangun bertingkat menutup semua akses matahari masuk kedalam ruangan.
Ketiga. Kurangnya informasi kesehatan.
Masyarakat saat ini hadir dengan keterbatasan pengetahuan dalam setiap aspek, termasuk kesehatan, mereka begitu abai dengan ilmu-ilmu. Ditambah lagi program penanggulangan saat ini hanya mengejar target tanpa mampu menembus kondisi masyarkat yang sebenarnya. Program akan berganti program tanpa melihat keberhasilan dari setiap program penanggulangan penyakitnya. Orientasi dalam penyuluhan hanya sebatas laporan yang pada akhirnya masyarakat tidak memperoleh seutuhnya tentang informasi kesehatan. Hal inilah yang akan menjadikan masyarakat semakin abai bahkan remeh terhadap kesehatan, sebab mereka tidak mengetahui bahwa kesehatan itu menjadi tulang punggung kehidupan. Dengan informasi-informasi kesehatan masyarkat akan mampu mencegah, menanggulangi dan mengurangi berbagai macam penyakit termasuk TBC.
Inilah bentuk penaggulangan kesehatan ala kapitalis, ia akan mengutamakan keuntungan dan kemudahan dalam setiap program kesehatan. Sistem ini tidak akan memastikan apakah pada setiap programnya berhasil menekan angka kesembuhan dan kematian. Aspek kesehatan akan dikomersilkan kepada pihak-pihak investor yang nantinya pastikan akan menjual kesehatan dan informasi dengan mahal.
Keempat. Beredarnya makanan yang minim nutrisi.
Makan yang disajikan dunia saat ini adalah makanan yang minim nutrisi. Kandungan makanan yang tidak baik menjadi komposisi dalam setiap produk makanannya. Sehingga masayarakat akan mudah mengkomsumsinya. Kualitas bahan yang jauh dari kata layak menjadikan kondisi kesehatan semakin memburuk. Sistem kapitalis tidak akan pernah memperhatikan kata aspek komposisi apakah sudah layak atau tidak untuk dikomsumsi.
Kelima. Iklan makanan penyubur penyakit.
Para pengusaha akan terus mempromosikan barang dagangannya dengan menggunakan jasa komunikasi melaui media sosial, bentuk pemasaran ini begitu efektif sebab pola kehidupan masyarakat telah menempel pada jaringan sosial alhasil masayarakat akan berbondong-bondong membeli makanan walaupun sebenarnya tidak mengadung nutrisi.
Sistem kapitalis akan terus membudidayakan periklanan ini asalkan menghasilkan cuan bagi negara dan sekelompok orang.
Keenam. Masyarakat yang apatis dan minim rasa sayang.
Masyarakat yang apatis telah berhasil mewarnai kehidupan saat ini, mereka tidak akan merasa kasihan pada warga atau seorang yang sedang mengalami sakit. Masyarakat akan mengucilkan setiap penderita TBC sebab takut tertular dengan berbgai cara terkandang sampai mengusir penderita. Yang hal ini akan makin memperburuk kondisi kesehatan penderita TBC. Inilah potret buram masyarakat kapitalis yang terbingkai secara sempurna telah berhasil membentuk masyarkat yang jauh dari rasa sayang dan peduli.
Ketujuh. Tidak memehami agama dengan benar dan baik.
Masyarakat saat ini adalah masyarakat yang jauh dari keimanan dan ketakwaan, sebab dengan keimanan dan ketaqwaan mereka pastikan akan menyadari bahwa kesehatan itu penting dan memelihara kesehatan itu adalah suatu kewajiban. Dengan kesehatan setiap aktifotas ketaatan akan terlaksanakan dengan sempurna. Sakit akan mengurangi kesempurnaan dalam beribadah. Pengabaikan kata sehat ini adaah buah keberhasilan sistem kapitalis melalui turunannya yaitu sekuler yaitu pemisahan aktifitas dunia dengan akhirat. alhasil mayarakat akan terus jauh dari Rabbnya.
Ketika ia ditimpa sakit maka ia tidak akan menjadikan rasa sakit dengan bentuk penguguran dosa atau dengan kesabaran, justru akan memilih mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri. Ini bukti bahwa toxic pemikiran telah berhasil sempurna mengalir ditubuhnya.
Islam Solusi Tuntas Atasi TBC
Telah terbukti dalam coretan sejarah bahwa tata kelola Islam yang bersumber dari Allah SWT telah mampu mengimbangi setiap sendi kehidupan. Negara akan dipimpin oleh pemimpin yang ahli dan menguasai semua aspek kepemeritahan yang akan menjadikan senjata ampuh dalam atasi permaslahan termasuk kesehatan.
Pemenuhan kebutuhan hidup dengan menitik beratkan pada makanan yang tayib dan halal telah mewujudkan masyarakat sehat. Khalifah tidak akan membiarkan adanya praktek kecurangan didalam praktek perdaganan barang pokok. Seperti yang dilakukan oleh khalifah umar pada pedagang susu yang berusaha menjual susu kambing dengan jalan curang yaitu mencampurnya dengan air agar meraup keuntungan yang besar. Khalifah akan menindak tegas dengan sanksi yang bersifat zawajir dan jawabir.
Khalifah juga akan megelola tata kota yang dinamis terhadap lingkungan, khalifah akan menyerahkan urusan pengelolaannya kepada pihak-pihat yang berkompeten dalam bidang pembanguna sehingga akan mewujudkan kehindahan bangunan yang akan memperhatikan aspek kesehatan dan lain-lain.
Pemenuhan barang pokok yang senantiasa dijamin oleh khalifah telah berhasil menyehatkan masyrakat sebab khalifah akan mengarahkan setiap penanggung jawab kekeluarga untuk mendapatkan pekerjaan, jika ada anggota kluarga yang tidak memiliki kepala keluarga maka negara akan menanggung pemenuhannya.
Khalifah akan membentuk masyarakat yang peduli satu sama lain, sebab masyarakat yang islami akan memahami bahwa setiap Muslim itu bersaudara sehingga tidak ada kesusahaan dan penderitaan individu yang tidak diketahui oleh indivudu lainnya. Yang kuat akan menolong yang lemah.
Tenaga kesehatan yang ada pada sistem Islam adalah mereka yang benar-benar ahli dalam bidangnya, mereka akan bekerja atas dasar ketakwaan sehingga mereka takut jika tidak memberikan pelayanan maksimal bagi masyarakat.
Wallahu a'lam bishshawab. []
Oleh: Putri Rahmi D.E., S.ST.
Aktivis Muslimah
0 Comments