TintaSiyasi.com -- Universitas Andalas dinobatkan kampus terbaik di Sumatera Barat bahkan Universitas Andalas menjadi satu-satunya kampus di Padang yang meraih peringkat 30 besar pada daftar kampus terbaik di Indonesia versi UniRank 2022. Walaupun sedang dirundung isu pelecahan seksual Unand tetap menjadi kampus yang diminati oleh mahasiswa.
Tentu ini mengundang kesinisan dari warga net, pasalnya kampus terbaik tetapi malah melahirkan out put yang tidak berakhlak. Dikutip dari laman detik.com kasus pelecehan tersebut melibatkan dua sejoli Fakultas Kedokteran. Tidak hanya pelecehan keduanya memiliki perilaku yang menyimpang. Keduanya saling bertukar foto dan video vulgar teman-temannya sendiri yang diambil secara diam-diam untuk memuaskan hasratnya (detik.com, 27/02/2023).
Kasus tidak terpuji ini tidak hanya menjerumuskan mahasiswa tetapi dosen juga ikut tersandung dalam kasus yang sama. Pelaku KC, dosen Fakultas Ilmu Budaya tidak hanya melecehkan satu mahasiswa, tetapi ada delapan mahasiswa yang menjadi korban. Pelaku menjadikan hak kuasanya sebagai dosen untuk mengancam korban dengan tidak meluluskan mahasiswa tersebut dalam mata kuliahnya. Tidak hanya dilecehkan secara fisik tetapi ada satu mahasiswa yang sampai diperk*s* oleh pelaku. Namun sayangnya pelaku hingga saat ini baru hanya dinonaktifkan dari tugasnya dan belum dipecat dari dosen (Tribun.news, 23/12/2022).
Bahkan dosen yang melakukan pelecehan tersebut membungkam mulut korban dengan sejumlah uang untuk menandatangani surat perjanjian atau pernyataan dengan maksud agar korban dan keluarga tidak menuntut apa pun kepada keluarga pelaku dan menyatakan terduga pelaku tidak bersalah (haluan.com, 06/01/2023).
Di Mana Peran Kampus yang Sesungguhnya?
Pendidikan yang seharusnya menjadi tempat membentuk generasi berakhlak mulia tetapi malah dihancurkan sendiri oleh pendidikannya. Kasus ini bagaikan gunung es, hanya puncaknya saja yang kelihatan tetapi masih banyak kasus serupa yang tidak mencuat ke permukaan. Tentu ini mengundang tanda tanya yang besar bagi kita, apa yang telah terjadi dengan pendidikan ini.
Permasalahan ini berakar dari penerapan sistem pendidikan materialistik dengan tujuan membentuk generasi pekerja dan berorientasi pada uang sehingga meninggalkan aspek agama dalam pendidikan. Maka terbentuklah generasi yang tumbuh dengan pemikiran materialistik yang menyingkirkan agama dalam kehidupan sehingga moral bukanlah bagian terpenting dalam kehidupan dan juga bukan syarat mencari pekerjaan.
Pendidikan materialistik menerapkan model triple helix yang melibatkan tiga komponen penting yaitu, universitas (kampus), pemerintah, dan perusahaan. Universitas sebagai lembaga pendidikan difungsidayakan sebagai tempat pengembangan skill mahasiswa secara teori maupun pelatihan. Di sini pengajaran agama tidak diajarkan tetapi fokus pada pengembangan skill saja. Industri atau perusahaan akan menampung kemampuan mahasiswa yang telah dikembangkan di kampus tadi, sedangkan pemerintah sebagai pembuat kebijakan untuk memastikan semua komponen ini berjalan dengan lancar.
Demikian kejam perlakuan pendidikan terhadap generasi tidak memberikan celah baginya untuk memupuk akhlak mulia melainkan hanya memacu semangat duniawi saja. Sehingga tumbuh suburlah sikap kebejatan di kampus. Maka bukan suatu hal asing lagi bila kekerasan seksual dilakukan dosen, kasus bunuh diri dan lain sebagainya terjadi di dunia kampus karena tujuan pendidikan sekarang bukanlah membentuk moral melainkan bagaimana menghasilkan uang sebanyak-banyaknya. Namun ini semua tidak akan terjadi bila penerapan pendidikan berlandaskan kepada pembentukan akidah dan akhlak mulia. Satu-satunya sistem pendidikan yang menerapkan itu semua hanya ada dalam pendidikan Islam.
Pendidikan Islam Akan Membentuk Generasi Berakhlak Mulia
Islam menjadikan akidah Islam sebagai landasan dalam merumuskan kurikulum pendidikan, bagaimana generasi bangsa memiliki pola berpikir dan pola bersikap sesuai yang telah diperintahkan oleh allah. Disini bukan berarti Islam tidak mengajarkan life skill (kedokteran, teknik, sains dan lainnya ) terhadap mahasiswanya tetapi sebelum mengenal ilmu duniawi terlebih dahulu dibentuk akidahnya agar setiap ilmu yang ia dapatkan bukan untuk mencari dunia melainkan mencari rida Allah.
Ada tiga tahapan proses pendidikan dalam Islam, pada tahap pertama anak akan dikuatkan akidahnya terlebih dahulu bahwa ia hanya seorang hamba yang harus mengabdi kepada Allah sehingga setiap perbuatannya dilandaskan kepada halal dan haram bukan gas hantam saja. Pada tahapan kedua anak-anak akan di tanamkan staqofah Islam atau ilmu Islam misalnya fikih maumallah, sejarah Islam, dan lainnya sehingga pengetahuannya tentang Islam semakin dalam bahwa Islamlah yang mengatur setiap aspek kehidupannya, sehingga setiap aspek kehidupannya tidak lepas dari Islam baik dia bermuallah, sosial dan berbudaya sekalipun. Proses selanjutnya yaitu pemantapan ilmu life skillnya misalnya ilmu tentang sains, teknik, kedokteran dan lainnya. Apabila ilmu ini dilandasi oleh Islam maka tidak akan lahir ilmu-ilmu yang bertentangan dengan Islam, tetapi mencari ilmu sebagai bentuk ketakwaan kepada Allah.
Dengan inilah lahirlah peradaban yang mana generasinya berakhlak mulia dan ilmu pengetahuannya berkembang pihak, semua itu hanya bisa dilihat ketika Islam yang memegang tampuk kepemimpinan. Misalnya pada masa kekhilafahan abbasiyah banyak sekali perkembangan ilmu pengetahuan misalnya Ibnu Sina dengan ilmu kedokterannya, Al-Khawarizmi penemu angka nol, Jabir Bin Hayyam penemuan atomnya sebelum ditemukan oleh penemuan barat.
Selain itu negara juga bertanggung jawab menentukan kualifikasi pendidik dan tenaga kependidikan yang layak dalam lembaga pendidikan. Pendidik ini harus memiliki kepribadian Islam yang menjadikan Islam sebagai landasan ia bertindak dan berpikir. Sehingga tidak memiliki keinginan untuk merusak peserta didiknya sendiri hanya demi untuk memenuhi hawa nafsunya semata. Maka dengan penerapan Islam pendidikan ini akan kembali membentuk generasi yang berakhlak mulia. []
Oleh: Putri Cahaya Illahi
Aktivis Muslimah
0 Comments