TintaSiyasi.com -- Maraknya kembali geng motor akhir-akhir ini, membuat masyarakat resah dan was-was. Dilansir dari rbg.id (6 Februari 2023), memberitakan sebuah video yang terekam kamera Closed Circuit Television (CCTV), Sabtu (4/2/2023), yang beredar di sosial media tampak sekitar pukul 02.32 WIB puluhan anggota geng motor menyerang salah satu apartemen di kawasan Jakarta Selatan.
Kompas.com (9 Februari 2023), juga mengabarkan dua anggota geng motor membacok seorang mahasiswa di Jalan Pesantren, Kota Cimahi, Jawa Barat, tepatnya di Jalan Pesantren RT 03/16, Kelurahan Cibabat, Kecamatan Cimahi Utara, Kota Cimahi pada Senin (23/1/2023) sekitar pukul 02.00 WIB dini hari.
Betapa miris membayangkan kualitas masa depan generasi umat ini jika kita melihat pada fakta-fakta yang terjadi saat ini. Maraknya geng motor, tawuran, klitih, bullying sampai kejahatan yang menghilangkan nyawa mewarnai dunia generasi kita.
Begitu rusaknya generasi muda kita, dan begitu buramnya potret dunia remaja saat ini. Sebenarnya apa yang terjadi dengan generasi-generasi umat ini?
Kapitalisme Merusak Generasi
Kualitas generasi muda sangat menentukan kualitas peradaban bangsa. Generasi muda berkualitas tidak hanya ahli dalam sains dan teknologi, melainkan juga memiliki kepribadian yang khas (istimewa), perilaku saleh dan bertakwa.
Untuk mewujudkan generasi berkualitas nan saleh dibutuhkan negara visioner serta tidak memisahkan agama dari kehidupan. Karena agama menjadi penentu moral anak bangsa.
Di tengah kemerosotan moral umat, dibutuhkan generasi yang memiliki cita-cita tinggi menaklukkan dunia dengan dakwah Islam, bukan justru tersibukkan pada aktivitas receh, galau, terjebak pergaulan bebas, tawuran, geng motor, dan sebagainya.
Fakta menunjukkan maraknya geng motor ini bukanlah disebabkan oleh satu faktor saja, melainkan banyak faktor yang terlibat. Namun inti dari semuanya adalah sekularisme, liberalisme, dan kapitalisme yang diterapkan di negeri ini.
Sekularisme memisahkan agama dari kehidupan. Sistem ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, dibuat sendiri oleh manusia lepas dari agama. Sehingga tidak ada akidah yang menjadi tuntunan dan sekaligus rem bagi remaja dalam bertindak.
Liberalisme memberikan kebebasan pada remaja untuk melakukan apa saja yang disukainya. Begitu pun media massa dan media sosial bebas mengekspos hal-hal yang membahayakan moral anak seperti pornografi dan pornoaksi. Sementara masyarakat makin permisif, membiarkan individu melakukan apa saja dan mengabaikan fungsi kontrol sosial.
Kapitalisme, menjadikan ukuran dari kehidupan adalah materi sehingga mengabaikan faktor non materi seperti agama dan kasih sayang. Paham ini merusak tatanan dalam lingkup terkecil masyarakat yakni keluarga. Kesibukan orang tua termasuk ibu yang ikut bekerja mencari nafkah, membuat anak tidak terpantau dengan baik perkembangan moral dan agamanya
Selain itu negara sekuler membiarkan pendidikan dikapitalisasi, sementara kurikulumnya berorientasi pasar, berasas sekuler, moderat, dan inklusif dengan nilai-nilai Barat sebagai dalih tuntutan globalisasi.
Akibatnya, para intelektual hanya mengejar kesuksesan materi, berpaham liberal, jauh dari akhlak dan kepribadian saleh. Maraknya kasus geng motor, tawuran, klitih, bullying, pergaulan bebas, menjadi bukti bobroknya profil intelektual saat ini.
Kunci Kembalinya Generasi Terbaik
Pemuda adalah harapan masa depan umat. Berkualitas pemuda hari ini, penuh ketaatan, cerahlah masa depan suatu kaum. Buruk kondisi kaum muda hari ini, suramlah nasib bangsa tersebut di kemudian hari.
Karena itulah Nabi SAW mengingatkan kaum Muslim untuk menjaga masa muda mereka sebaik-baiknya:
اغْتَÙ†ِÙ…ْ Ø®َÙ…ْسًا Ù‚َبْÙ„َ Ø®َÙ…ْسٍ: Ø´َبَابَÙƒَ Ù‚َبْÙ„َ Ù‡َرَÙ…ِÙƒَ…
“Manfaatkanlah lima perkara sebelum lima perkara: masa mudamu sebelum masa tuamu…” (HR al-Baihaqi).
Sejarah emas Islam mencatat banyak pemuda yang harum namanya karena memuliakan Islam. Sejak generasi sahabat hingga Sultan Muhammad al-Fatih yang menaklukkan Konstantinopel, menjadi gerbang tersebarnya Islam ke Eropa. Kejayaan Islam banyak digerakkan oleh barisan kaum muda.
Para ulama salafush shalih mendidik kaum tunas muda ini agar kelak muncul generasi penerus umat. Mereka paham, menyia-nyiakan pembinaan kaum muda sama artinya dengan merencanakan kehancuran suatu bangsa.
Sejarah membuktikan bahwa Islam adalah ideologi yang dipastikan mampu menjadi tuntunan sekaligus kaidah berpikir, yang bisa mengarahkan umat untuk maju dan membangun sebuah peradaban cemerlang di masa depan.
Generasi terbaik yang kehadirannya dirindukan peradaban dunia. Hanya peradaban Islam saja yang mampu melahirkan generasi terbaik ini, yaitu generasi yang mencintai Allah dan Rasul-Nya, ber-syakhsiyah Islamiyah (kepribadian Islam).
Ketika berpikir, mereka menjadikan Al-Qur’an sebagai standar untuk memutuskan hukum segala sesuatu halal atau haram, standar perilakunya senantiasa menyesuaikan tuntunan syariat, berakhlak mulia.
Mereka juga melakukan amar makruf nahi mungkar, mendakwahkan Islam ke seluruh alam. Mereka adalah pemimpin yang memakmurkan bumi, memuliakan sesama manusia.
Mereka adalah generasi yang mampu menginspirasi dunia. Generasi pejuang penopang kebangkitan Islam sebagaimana generasi awal bersama Rasulullah SAW, hingga terwujud peradaban Islam.
Mereka juga generasi penjaga peradaban Islam sehingga peradaban Islam secara gemilang mampu memimpin dunia selama 13 abad.َّ Maka, ketika kita hari ini menginginkan kegemilangan itu diraih, kuncinya hanya satu, yakni menerapkan Al-Qur’an dengan sempurna. Hanya peradaban Islamlah yang mampu menerapkan Al-Qur’an secara sempurna.
Sejarah telah mencatat Islam memimpin peradaban dunia dengan Khilafah Islamiyah. Dalam kurun waktu yang tidak sampai satu generasi, Khilafah Islamiyah telah menjadi produsen generasi emas yang kemudian berjaya selama 13 abad.
Negara Khilafah Islamiyah bertanggung jawab menerapkan kebijakan komprehensif, mulai dari sistem politik, sistem ekonomi, pendidikan, sistem pergaulan, hingga sistem sanksi untuk melahirkan generasi terbaik.
Negara sebagai elemen terkuat pun mengerahkan perhatiannya untuk memastikan institusi keluarga dan masyarakat memainkan perannya secara optimal dan sinergis dalam membentuk generasi. Dalam Islam negara berperan sebagai penjaga moral bangsa, dengan parameter akidah Islam bagi umat Islam. Negara memastikan akidah masyarakatnya tidak terasuki paham-paham yang merusak akidahnya. Sehingga ketaatan mereka kepada Allah menjadi prioritas dalam aktivitasnya.
Generasi terbaik harus hidup dalam suasana pemikiran, perasaan, peraturan yang satu yakni Islam. Al-Qur’an dan As-Sunnah menjadi pedoman dan menjadi standar dalam perbuatan.
Jadi ideologi Islam inilah yang semestinya dihadirkan sebagai asas pembangunan generasi, termasuk sebagai asas sistem pendidikan dan asas bagi sistem-sistem lainnya hari ini. Sehingga akan lahir SDM berkepribadian Islam yang paham tujuan penciptaan, yakni sebagai hamba Allah sekaligus sebagai khalifah pemakmur bumi, bukan perusak bumi. []
Oleh: Nur Hidayah
Sahabat TintaSiyasi
0 Comments