Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Pengkerdilan Makna Pengajian Berbanding Lurus dengan Kekeliruan Berpikir


TintaSiyasi.com -- Dunia media sosial dihebohkan kembali dengan ucapan seorang Ketua Dewan Badan Pembina Ideologi Pancasila (BPIP), Megawati Soekarnoputri. Pasalnya, di dalam pidatonya di salah satu seminar beberapa waktu lalu, Kamis (16/2/2023) beliau memberikan kalimat yang mengundang kontroversi. Beliau mengatakan, “Saya melihat ibu-ibu tuh ya maaf ya sekarang kan kayaknya budayanya beribu maaf, jangan lagi saya di-bully. Kenapa toh seneng banget ngikut pengajian ya? Iya lho maaf beribu maaf, saya sampai mikir gitu lho.”

Ungkapan tersebut pun mengarah pada manajemen waktu seorang ibu dalam mengurus anak. Hal itu dapat dibuktikan dari ucapan beliau yang tak ketinggalan mengatakan, “Ini pengajian iki sampai kapan tho yo? Anake arep dikapakke (anaknya mau diapakan), he, iya dong. Boleh bukan berarti ga boleh, saya pernah pengajian kok.”

Sontak hal ini mendapat banyak respon dari masyarakat. Salah satunya dari Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Dakwah dan Ukhuwah, KH Muhammad Cholil Nafis. Dikutip dari media online Republika beliau mengatakan, malah dengan ikut pengajian, ibu-ibu jadi tahu dan peduli mengurus anak. Sebab, tidak ada ceritanya ibu-ibu rajin pengajian menjadi bodoh. Kiai Cholil juga menuturkan, “Soal tidak senang ngaji, tak apalah, tapi tak usah usil dengan ibu-ibu yang rajin ngaji sampai kapan pun.”

Melihat hal di atas, apa yang terlontarkan dari benak seseorang tentu mendefinisikan apa yang ada di dalam pikiran orang tersebut. Yaitu apakah menjadikan Islam sebagai landasan berpikir atau masih tersesat dan tenggelam dalam kekeliruan berpikir.


Imbas dari Kekeliruan Berpikir

Sebagai seorang Muslim, kita membutuhkan pola pikir guna memikirkan sesuatu. Hal ini sebagai cara seseorang mengeluarkan keputusan atas segala hukum tentang sesuatu, termasuk di dalamnya juga apa yang nantinya tertuangkan pada ucapan dan sikap. Sebagaimana yang tertulis dalam buku Pilar-Pilar Pengokoh Nafsiyah, bila seseorang memikirkan sesuatu untuk mengeluarkan keputusan hukum terhadapnya dengan menyandar kepada akidah Islam, maka aqliyah-nya merupakan aqliyah islamiyah (pola pikir Islam). Jika tidak, maka aqliyah-nya merupakan aqliyah yang lain.

Pada hari ini yang mayoritas kehidupan dilandasi dari sudut pandang kapitalisme sekuler, maka akan melahirkan pemikiran dan sikap yang bertolak belakang dengan Islam. Di sistem ini, orientasi berpacu pada lingkarang meraih keuntungan materi semata. Dengan demikian, upaya menuntut ilmu seperti datang ke pengajian mendapatkan respon yang kurang baik bahkan tak sedikit yang mempertanyakan seperti fakta yang sudah disebutkan di atas.

Imbasnya, masyarakat makin jauh dari hakikat terpenting dari kehidupan, salah satunya mengkaji ilmu agama. Dengan itu pula, tentu berimbas pada makin banyaknya kaum Muslim yang keliru akan langkah hidup, salah dalam menggapai solusi dan tersesat dalam kubangan duniawi. Semua itu bisa dimulai dari hanya satu hal, yaitu pengkerdilan makna pengajian. 


Mengkaji Islam Adalah Kewajiban Seumur Hidup

Menuntut ilmu adalah suatu kewajiban bagi kita semua, bukan hanya sebatas di bangku sekolah atau kuliah lalu berhenti begitu saja, tetapi harus terus berproses seumur hidup. Karena ilmu Allah SWT begitu luas sebagaimana yang tertuliskan dalam QS. Al-Kahfi (18): 109, "Katakanlah (Muhammad), “Seandainya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, maka pasti habislah lautan itu sebelum selesai (penulisan) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak ini (pula).”

Dengan keluasan tersebut, maka tidak ada alasan bagi seorang Muslim untuk berhenti mengkaji ilmu-ilmu Islam. Bahkan ketika sudah menjadi orang tua sekalipun, menuntut ilmu akan terus menjadi kewajiban dan kebutuhan bagi umat manusia. Justru dengan ilmu itulah mampu mengantarkan seseorang pada kesadaran akan hukum Allah secara menyeluruh.

Tak ada kerugian sedikit pun yang akan diraih dari proses menuntut ilmu agama ini. Karena Islam mengatur seluruh aspek kehidupan dan menyediakan berbagai solusi pula bagi setiap permasalahan. Termasuk di dalamnya pun diajarkan mengenai mendidik anak. Jadi, tuduhan jika banyak mengikuti pengajian malah melalaikan anak adalah tuduhan tak berdasar. Justru seorang Ibu yang rajin menuntut ilmu dan mengamalkannya pasti akan terkondisikan seluruh perbuatannya di jalan Allah SWT. Karena beliau menjadi mempelajari dan mengetahui kewajibannya sebagai seorang ibu khususnya dan umumnya sebagai seorang Muslim.


Hanya Sistem Islam yang Mampu Mengarahkan

Di tengah sistem kapitalis sekuler ini, kita makin disadarkan bahwa justru ilmu agama sangat dibutuhkan di tengah gempuran kurikulum sekuler yang ada. Parahnya di sistem hari ini, ilmu agama dianggap tidak penting dan diwacanakan untuk dihapus dari kurikulum. Maka adanya pengajian-pengajian sangat dibutuhkan untuk menyadarkan masyarakat agar kembali pada landasan Islam secara menyeluruh. 

berbeda halnya dengan Islam, dalam negara Islam, mengkaji Islam secara menyeluruh adalah bagian dari program pembinaan kepribadian setiap individu. Tentunya ini akan terintegrasi di dalam kurikulum dan kebijakan negara yang lainnya. Dengan demikian, akan menghasilkan individu yang beriman, bertakwa, tinggi taraf berpikirnya dan kuat kesadaran politiknya. Bukan itu saja, di dalam negara Islam pun bisa sampai mengantarkan para ibu untuk mendidik anaknya hingga dapat menjadi Muslim berkepribadian Islam calon pemimpin masa depan.

Semua itu hanya bisa didapat dalam negara yang menerapkan sistem Islam, bukan seperti hari ini yang masih berasaskan kepentingan duniawi semata. Maka, sudah saatnya kita menguatkan diri untuk berada di dalam upaya mengembalikan kehidupan Islam secara menyeluruh. Yaitu berusaha agar kita dapat berada di dalam naungan negara yang bersistem Islam, dengan demikian kita akan terselamatkan dari berbagai problematika kehidupan termasuk dari sudut pandang dan pola pikir keliru yang mengkerdilkan nilai-nilai Islam.

Wallahu a’lam. []


Oleh: Rifdah Reza Ramadhan, S.Sos.
Aktivis Muslimah
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments