Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Kemiskinan, Nestapa Tiada Hentinya

TintaSiyasi.com -- Indonesia merupakan negara yang kaya akan Sumber Daya Alam. Ironisnya  di tengah - tengah kekayaan yang berlimpah, kemiskinan justru terjadi di berbagai daerah, bahkan terjadi kemiskinan ekstrem yang menambah derita. Mengutip laporan Badan Pusat Statistik (BPS), Jumat (15/7/2022), tingkat kemiskinan di Indonesia per Maret 2022 mencapai 9,54 persen, atau sekitar 26,16 juta orang. Papua dan Papua Barat masih tercatat sebagai daerah dengan tingkat kemiskinan tertinggi di Indonesia. Namun, secara sebaran yang menjadi daerah dengan penduduk miskin terbanyak adalah Jawa Timur, sebanyak 4,181 juta jiwa. Diikuti Jawa Barat sebanyak 4,070 juta jiwa, diikuti Jawa Tengah sebanyak 3,831 juta jiwa. (liputan6.Com

Selain itu, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendi di Jakarta, Jumat (27/1/2023) melalui laman waspada.id juga menuturkan bahwa berdasarkan data pemerintah tingkat kemiskinan ekstrem di Indonesia tahun 2022 adalah 2,07 persen, atau sekitar 5,4 juta jiwa. Jumlah tersebut setara juga dengan 1.400.000 keluarga, yang berada dalam miskin ekstrem. Masih tingginya angka kemiskinan ini, tentunya menjadikan target tingkat kemiskinan yang diinginkan pemerintah sekitar 7% pada 2024 dan kemiskinan ekstrem mendekati 0% pada 2024 sulit untuk bisa tercapai.

Jika dilihat dari fakta lapangan dapat kita amati bahwa kemiskinan ini terjadi bukanlah tanpa sebab. Ada banyak faktor yang mempengaruhinya, misal meningkatnya harga komoditas yang dikonsumsi seperti mahalnya harga telur, beras, bensin dan sebagainya. Banyaknya pengangguran juga menambah daftar masyarakat miskin. Meskipun pemerintah mendistribusikan bantuan kepada masyarakat tak mampu, namun pendistribusian bantuan  tersebut kerap tidak tepat sasaran. perbaikan data kemiskinan merupakan langkah awal yang harus diperhatikan sebab kemiskinan bersifat dinamis sehingga pemutakhiran data perlu dilakukan secara rutin, terintegrasi, dan berkesinambungan. Selain itu, harus adanya penetapan standarisasi siapa yang tergolong miskin sehingga penentuan target tepat sasaran dan tidak berbeda-beda antara kementerian, lembaga serta daerah.

Pengelolaan Sumber Daya Alam yang kurang tepat juga menjadi faktor uang menyebabkan kemiskinan di Indonesia tak kunjung usai. Pengelolaan Sumber Daya Alam harusnya dilakukan oleh pemerintah semaksimal mungkin yang kemudian hasilnya ditujukan untuk kesejahteraan rakyatnya. Namun pemerintah justru menyerahkan pengelolaannya kepada pihak swasta baik dalam maupun luar negeri.  Jika begini tentu saja hasil pengelolaannya tak akan bisa dirasakan oleh masyarakat apalagi mengharapkan kesejahteraan darinya. Sebaliknya hasilnya hanya di nikmati pihak swasta untuk memperkaya dirinya semata. Mereka tanpa ragu mengeruk semua SDA yang ada demi menggemukkan kantong - kantong mereka. Lagi dan lagi rakyatlah yang jadi korbannya. 

Tentu saja Islam tak akan membiarkan rakyat menderita. Dengan seperangkat aturan yang sempurna yang telah Allah siapkan untuk ummatNYA menjadikan Islam sebagai solusi hakiki atas kesemerawutan negeri ini. Sudah saatnya kita menyadari akan fitrah kita sebagai hamba yang lemah yang tak akan mampu menandingi seperangkat aturan yang sudah di rancang oleh Pencipta alam semesta. 
Wallahu a'lam bishawab.



Oleh: Linda Annisa, S.Pd.
Guru dan Aktivis Dakwah
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments