TintaSiyasi.com -- Menjadi suatu hal yang tak asing bagi kita, bahwa negeri ini tersemat padanya beberapa julukan yang mengindikasikan betapa kayanya ia. Adalah seperti negara agraris, negara maritim, zamrud khatulistiwa, paru-paru dunia juga heaven of earth yang disematkan karena Indonesia memiliki kekayaan alam yang sangat melimpah.
Ya, sungguh membanggakan! Selain kaya budaya, tak dipungkiri Indonesia juga kaya akan sumber daya alam, seperti hutan, laut, minyak bumi, gas, batu bara hingga emas, dan lainnya. Tak tanggung-tanggung, ada kekayaan alam Indonesia yang menempati nomor urut satu terbanyak di dunia.
Kaya tetapi Miskin, Ironis
Dengan kekayaan alam yang melimpah ruah ini, menjadi suatu ironi karena kemiskinan ekstrem sering terjadi. Di tahun 2022, Indonesia bahkan tercakup dalam 73 negara miskin di dunia. Pun berbagai belahan daerah di negeri ini, tak luput dari kemiskinan ekstrem, salah satunya Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
Data BPS pada tahun 2022 menunjukkan, jumlah penduduk miskin di Provinsi berbasis kepulauan ini sebanyak 1.131.620 orang atau sekitar 20,23 persen dari jumlah penduduk. Beberapa kabupaten juga tergolong miskin ekstrem, seperti Sumba Timur, Timor Tengah Selatan, Rote Ndao, Sumba Tengah, dan Manggarai Timur.
Tak tanggung-tanggung, di Kota Kupang, Ibukota NTT sebanyak 19.615 ribu KK atau 102.616 individu masuk kategori kemiskinan ekstrem (kupang.antaranews.com, 01 Februari 2023). Mereka diungkapkan Penjabat Walikota Kupang, George Hadjoh menjadi sasaran program pengentasan kemiskinan di tahun 2023.
Guna membantu mengatasi kemiskinan ekstrem ini, dibutuhkan adanya penambahan kuota bagi penerima bantuan sosial. "Kami berharap pemerintah pusat dapat membantu dalam penanggulangan kemiskinan ekstrem dalam bentuk penambahan kuota bagi penerima bantuan sosial sebesar 50,94 persen dari data PKH di Kota Kupang," katanya.
Juga di Kabupaten Sikka, sebanyak 105 ribu warga masuk kategori penduduk miskin ekstrem. Ini tentu jumlah yang sangat besar. Karenanya pemerintah setempat kemudian berdiskusi agar kemiskinan ekstrem dapat diselesaikan secara sistematis.
Fenomena Gunung Es
Kemiskinan ekstrem yang melanda NTT tentu tak hanya di dua wilayah ini. Masih banyak wilayah yang penduduknya terkategori miskin ekstrem tetapi tak terendus media. Pun terkait jumlah penduduk miskin di dua wilayah ini, bisa jadi lebih akan lebih banyak.
Inilah fenomena gunung es kemiskinan ekstrem. Yang tertera di layar kemungkinan besar memiliki gap yang lebar dengan kenyataan yang ada. Sehingga, apabila hanya fokus ke yang terdata (apalagi tidak dengan solusi yang mengakar), maka kemiskinan ekstrem tentu tak menemui ujungnya.
Rumah Tak Layak Huni
Rumah tak layak huni juga masih menjadi PR besar provinsi ini. Kemiskinan ekstrem tentu menjadikan warga gagap dalam pemenuhan sandang, pangan serta papan. Program bedah rumah oleh Pemkot Kupang kembali dilanjutkan tahun ini, 4-5 miliar untuk bedah 750 rumah. Namun, Pemkot Kupang masih mempertimbangkan penurunan unit rumah dengan meningkatkan kualitasnya karena faktor biaya.
Mengapa Kemiskinan Ekstrem Terjadi di Negeri Kaya?
Pemerintah sebaiknya memulai fokusnya pada upaya preventif untuk mencegah kemiskinan ekstrem. Juga mesti jeli melihat faktor penyebabnya supaya bisa menyelesaikan hingga tuntas. Bukan justru memberi solusi tambal sulam yang kapan saja bisa kembali "robek". Mesti mempertanyakan "Mengapa negara yang kaya sumber daya alam justru terjerak kemiskinan ekstrem?"
Pertama dan yang terpenting, mesti ditegaskan bahwa jalan yang ditempuh negeri ini mengekor pada negeri adidaya hari ini. Mengadopsi sistem sekuler kapitalisme adalah salah satunya. Dengan nilai-nilai dari sinilah, nadi Indonesia berdetak. Sehingga, pengelolaan sumber daya alam salah selama bertahun-tahun.
Ya, pengelolaan sumber daya alam diserahkan kepada swasta baik dalam negeri maupun luar negeri. Dengan iming-iming pihak swasta menjadi satu aktor kunci untuk pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan, pemerintah kerap kali menggandeng pihak swasta.
Karenanya tak jarang terdengar "Tambang ini dikelola pihak ini", dan lain-lain. Bahkan mirisnya, rakyat akhirnya sekadar mendapat ampasnya, lebih dari itu meregang nyawa karenanya. Ya, banyak sekali tambang yang setelah dikeruk, menyisakan lubang menganga yang bisa menebas nyawa rakyat kapan saja. Pun limbah-limbah pabrik yang dibuang di tengah kehidupan rakyat.
Islam Solusinya
Dalam Islam, kepemilikan terhadap sesuatu dibagi menjadi tiga, kepemilikan individu, kepemilikan umum dan kepemilikan negara. Sumber daya alam termasuk kepemilikan umum yang mesti dikelola negara dan hasilnya diserahkan kepada rakyat, secara langsung maupun tidak langsung.
Kalaupun ada individu atau perusahaan yang terlibat dalam pencarian, produksi atau distribusinya, maka ia hanya dibayar sesuai dengan kerjanya, yang diistilahkan dengan service contract; bukan dengan pola konsesi ataupun bagi hasil yang seakan-akan kontraktor menjadi bagian dari pemilik. Pasalnya, hak kepemilikan umum tersebut tidak bisa dialihkan kepada siapapun (sumber: al-waie).
Dengan demikian, jelaslah bahwa pengaturan kekayaan alam (yang melimpah ruah seperti negeri ini) mesti selaras dengan Islam, termasuk peruntukannya. Dengan begitu tidak akan terjadi kondisi ironis seperti ini. Kemiskinan, bahkan kemiskinan ekstrem di segala penjuru negeri yang kaya raya sementara pengelolanya (pihak swasta) menjadi pihak yang paling diuntungkan.
Wallahu a'lam bishshawab. []
Oleh: Khaulah
Aktivis Back to Muslim Identity
0 Comments