Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Keamanan Pangan dan Kesehatan Anak, di Mana Peran Negara?

TintaSiyasi.com -- Dunia sudah sejak beberapa waktu lalu dihantam arus globalisasi di berbagai lini kehidupan salah satunya di bidang makanan. Junk food atau makanan siap saji banyak bermunculan, dengan berbagai varian rasa juga bentuk. Masyarakat, terkhusus anak-anak banyak sekali tergoda untuk mengonsumsinya seolah menjadi makanan wajib.

Junk food memiliki dampak negatif terhadap kesehatan tubuh, apalagi di konsumsi berulang. Selaras yang diungkap Ketua Umum IDAI, Piprim Basarah Yanuarso, bahwa jika anak-anak diberi makanan berupa snack-snack junk food, gula darah mereka cepat naik kemudian turun drastis. Mereka cenderung cepat lapar dan ingin makan lagi makanan yang seperti itu sehingga insulinnya akan diproduksi secara terus-terusan (www.voaindonesia.com, 01/02/2023).

Hal ini jelas menjadi salah satu faktor peningkatan jumlah penderita diabetes pada anak hingga 70 kali lipat. Di negeri ini bahkan sudah 1.650 anak yang mengidap diabetes mellitus tipe satu. Diabetes mellitus merupakan suatu penyakit akibat gangguan metabolisme karbohidrat yang ditandai dengan peningkatan kadar gula darah dalam waktu yang kronis.

Dengan menukiknya angka anak penderita diabetes, pemerintah diminta segera menerbitkan regulasi yang dapat membatasi masyarakat dari konsumsi gula. Bagaimana tidak, masyarakat pada umumnya dan anak khususnya sudah telah mengadopsi pola hidup tidak sehat. Pun kebijakan pemerintah sejauh ini menurut Diah Saminarsih, CEO CISDI, belum cukup melindungi.

Hal ini lantaran pemerintah menyerahkan keputusan konsumsi gula kepada masyarakat berdasarkan informasi kandungan gula yang tertera pada label makanan dan minuman. Padahal masyarakat minim literasi terkait ini. Jelas, peran negara amat penting terkait keamanan pangan serta kesehatan masyarakat terkhusus anak.

Selain itu, pemerintah juga dengan tangan terbuka "meresmikan" gerai-gerai pangan manis, dengan sekadar menyampaikan informasi kandungan gula, garam dan lemak. Tentu gerai-gerai tersebut tumbuh subur bak jamur di musim hujan. Ditambah masyarakat dengan pola makan tidak sehat, gerai pangan manis tentu meraih banyak peminat.

Masalah keamanan pangan dan kesehatan anak mesti butuh peran negara. Negara dengan titahnya, pasti bisa mengikat masyarakat agar patuh. Namun apabila negara abai, ditambah orang tua membebaskan anaknya untuk jajan pangan manis, juga masyarakat mencakup industri dan pedagang memilih bertindak untung rugi, jelas keamanan pangan dan kesehatan anak hanyalah mimpi di siang bolong. Ya, begitu pentingnya peran negara juga elemen lainnya agar pangan aman juga kesehatan tercapai.

Apabila kita menyelisik lebih jauh, kita dapati bahwa kehidupan sekuler yang memarginalkan agama dari kehidupan itu yang mengantar kita pada kondisi hari ini. Negara tidak paham betul tugasnya, semata duduk di kursi kekuasaan demi keuntungan pribadi dan golongan. Individu, industri juga pedagang tidak paham betul makanan apa yang layak dikonsumsi 

Hal ini berbeda dengan Islam. Islam menentukan bahwa makanan yang dikonsumsi harus halal dan tayib, tidak hanya salah satunya. Oleh karena itu, negara Islam memberikan jaminan perlindungan atas keamanan pangan, mesti halal dan tayib bagi rakyatnya. Apalagi tugas negara adalah memberikan pelayanan maksimal untuk rakyat.

Jaminan perlindungan makanan halal dan tayib mutlak diatur dalam Islam. Allah Ta'ala berfirman, “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik (tayib) dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan; karena sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu.” (QS Al-Baqarah 2 :168) Wallahu a'lam bishshawab.[]

Oleh : Khaulah
Aktivis Back to Muslim Identity
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments