Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Pemberdayaan Ekonomi Perempuan, Mampukah jadi Ketahanan Keluarga?

TintaSiyasi.com -- Perempuan berada dalam krisis, ketika sebuah kemelut terjadi. Selama pandemi misalnya, perempuan menanggung dampak lebih, seperti lebih banyak pekerja perempuan terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga yang meningkat, hingga korban praktik pernikahan anak. Begitupun ketika bencana akibat perubahan iklim terjadi, korban perempuan hampir selalu lebih banyak dari laki-laki.

Pakar ekonomi dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Gadjah Mada, Poppy Ismalina Ph D menyebut data mengonfirmasi bahwa perempuan berperan besar dalam perekonomian. Karena itu, seharusnya perempuan menjadi faktor penting dalam penyusunan dan penerapan kebijakan, terkait krisis yang terjadi.

Posisi perempuan sebagai tulang punggung ekonomi Indonesia, dikonfirmasi oleh data, dipaparkan Poppy, Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) adalah penyokong utama perekonomian Indonesia dengan peran sebesar 99,99 persen, sementara usaha besar hanya berperan 0,01. Kontribusinya UMKM bagi Product Domestic Bruto mencapai 60,5 persen, dan menjadi sektor utama penyerapan tenaga kerja. Sebanyak 60 persen UMKM dikelola oleh perempuan, kata Poppy ( VoaIndonesia.com, 16/12/2022 ).

Selain peran laki- laki, peran perempuan memang juga sangat luar biasa.  Pasti mengarah pada  Ibu rumah tangga yang memiliki profesi  beraneka ragam aktivitasnya. Dari mulai mengurus, melayani suami, anak - anak, menyediakan makanan, mengatur dalam rumah dan masih banyak lagi tugas - tugas yang diperankan oleh perempuan, belum lagi yang memiliki anak bayi atau anak yang sedang sakit rela hingga selalu bergadang malam demi si buah hati. Namun sayang, tidak sedikit yang menganggap peran wanita yang sungguh mulia itu hanya dipandang sebelah mata. Seorang ibu yang hanya mampu mengurus anak dan berkegiatan di dapur, kalah hebat dengan mereka para ibu yang bergelut dalam dunia kerja. Mereka yang bisa menghasilkan uang dianggap  sebagai ibu rumah tangga yang memiliki nilai. 

Padahal disadari ataukah tidak, bahwa banyaknya permasalahan-permasalahan remaja yang terjadi seperti kenakalan remaja tawuran, pergaulan bebas, minuman keras, bahkan narkoba, diantaranya  faktor penyebabnya adalah karena kurangnya pemahaman  orang tua dalam mendidik dan juga kelalaian orang tua dalam menjaga mereka. Terkadang orang tua atau ibu lebih fokus sibuk memikirkan pekerjaan yang lain, misalkan  yang dapat menghasilkan materi, sehingga menjadikan  mulianya sebagai pendidik generasi justru terbengkelai.

Sebenarnya peran perempuan yang mulia ini harus senantiasa dapat dipelihara dan dijaga, mengingat bahwa perannya sangat penting dalam mendidik generasi. Narasi yang mengatakan bahwa posisi perempuan sebagai tulang punggung ekonomi negara adalah narasi yang keliru yang seakan memang dukungan pemerintah besar terhadap pemberdayaan perempuan dalam ekonomi dan memang peran para ibu yang sangat mulia sedang dikikis untuk diarahkan kepada hal yang bersifat materi yakni melalui pemberdayaan perempuan arahan atau pandangan ini juga bertujuan sebagai solusi mengatasi kemiskinan keluarga, pun pemberdayaan ini  mendukung tercapainya kesetaraan antara laki - laki dan perempuan. Agar perempuan tidak lagi dipandang rendah dan tidak mudah menjadi korban kekerasan. 

Tentu pemberdayaan ekonomi perempuan melalui arus  ide kesetaraan jender sangatlah berbahaya, jika ide pemberdayaan perempuan terus digaungkan kerusakan generasi akan semakin parah. Kita semua harus menyadari bahwa kerusakan yang terjadi akibat hilangnya peran ibu dalam rumah tangga, dalam hal ini semestinya penguasa peduli, tidak malah memfasilitasi untuk pemberdayaan ekonomi kaum ibu yang sebenarnya ini adalah bentuk ekploitasi. Pemberdayaan ibu harusnya dikembalikan kepada peran utama ibu- ibu sebagai pendidik generasi calon pemimpin masa depan.   Bukankah ada laki- laki sebagai pemimpin rumah tangga yang wajib dalam mencari nafkah sebagai tulang punggung keluarga. 

Selain itu negara seharusnya mampu memberikan jaminan kepada seluruh setiap laki- laki sebagai kepala rumah tangga untuk mendapatkan pekerjaan dan gaji yang layak, sampai tidak ada lagi laki- laki atau kepala rumah tangga yang tidak memiliki pekerjaan atau pengangguran. Sehingga kebutuhan Ibu dan anak dapat terpenuhi dengan baik. Bukan malah membidik pemberdayaan perempuan, meskipun hukumnya mubah bagi perempuan untuk bekerja. Tetapi untuk melahirkan generasi- generasi yang cemerlang, membutuhkan para ibu yang fokus pada pengasuhan, pendidikan kepada anak- anak bukan ibu yang terbebani dengan pencarian materi.  

Konsep ketahanan Keluarga akan sulit terwujud ketika tidak memahami  kewajiban wanita yang sesungguhnya dalam keluarga. Tugas mulia yang harusnya diemban seorang ibu saat ini sudah mulai pudar. Ranah domestic seolah mengekang ibu untuk memiliki produktifitas. Padahal sejatinya produktifitas tidak dilihat seberapa banyak dia menghasilkan materi, melainkan seberapa besar dia memiliki kemampuan mengelola keluarga dan mendidik anaknya. 

Kerusakan akan terus terjadi jika sistem kapitalistik sekularisme terus dipertahankan sebagai ideologi di negeri ini. Jelas, sistem yang telah memisahkan peran agama dari kehidupan adalah sistem yang merusak tak layak dipertahankan. Padahal, jika kita mau memilih sistem Islam sebagai pengatur segala aspek kehidupan segala persoalan hidup akan dapat teratasi dengan sempurna. Sebab Islam tak hanya sekedar agama melainkan ideologi yang Allah turunkan untuk mengatur kehidupan manusia. Gempuran untuk merusak generasi memang akan selalu dilancarkan oleh mereka musuh-musuh Islam dengan menyusupkan ide- ide buruk termasuk pemberdayaan ekonomi perempuan. Sebagian besar kebangkitan Islam ada ditangan Ibu dan generasi, maka dijauhkanlah peran ibu yang mulia sehingga banyak generasi saat ini yang salah arah, bebas dan jauh dari aturan Islam.

Pemberdayaan sebagai ibu generasi butuh sistem pendukung yang dibangun oleh negara. Ibu bisa fokus mengemban tugasnya, tidak dibebani mencari nafkah. Sistem pendukung tersebut ialah sistem Islam yang berasal dari sang Khaliq, pencipta dan pegatur kehidupan.

Sistem kehidupan Islam terwujud dalam negara yang menerapkan politik ekonomi Islam. Dengan politik ekonomi Islam maka negara akan mampu menjamin pemenuhan kebutuhan dasar bagi setiap individu. Pemenuhan kebutuhan itu harus sampai terpenuhinya kebutuhan perempuan dalam hal makanan, pakaian, hingga tempat tinggal layak bukannya dieksploitasi untuk meningkatkan ekonomi negara. 

Sedangkan, dalam Islam bekerja bagi perempuan hanyalah pilihan bukan tuntutan keadaan. Islam menjamin kebutuhan pokok perempuan, kewajiban nafkah pada suami, ayah, atau kerabat laki- laki( bila tak ada suami atau ayah).

Jika mereka semua ada  tetapi tidak mampu mencari nafkah, mereka para pencari nafkah sudah tidak ada lagi jaminan langsung akan diberikan negara. negara memberikan santunan tiap bulan melengkapi kebutuhan para perempuan dalam kondisi tersebut.

Syekh Taqiyuddin an- nabani dalam kitab Nizham ijtima'i fil Al Islam. Allah memberikan peran bagi suami sebagai pemimpin rumah tangga, wajib memimpin, melindungi, menafkahi anggota keluarga. Peran istri sebagai ibu dan pengurus rumah tangga. Bertanggung jawab mengatur rumahnya dibawah kepemimpinan suami, inilah cara Islam memuliakan dan melindungi perempuan. Bukan menjadi pencari nafkah dengan berpartisipasi dalam sektor ekonomi.  Islam tidak melarang perempuan bekerja, mereka boleh bekerja semata mengamalkan ilmu untuk kemaslahatan umat. Selama tanggung jawab sebagai istri dan ibu tetap terlaksana dengan baik. Kembali pada khilafah kaum ibu akan mendapatkan kesejahteraan dan kemuliaan.

Inilah salah satu jawaban mengapa pada masa Islam diterapkan dalam kehidupan, mampu melahirkan  generasi - generasi hebat. Pemimpin- pemimpin yang amanah dan bertanggung jawab tentu hal ini perlu dijadikan perhatian bahwa yang terjadi di balik generasi yang hebat dan berkualitas ini, ada sosok ibu tangguh penuh dengan kesabaran dan qonaah,  tak rela meninggalkan anak- anak mereka demi mengejar materi semata, karena sungguh mereka sangat memahami bahwa kebahagiaan yang hakiki adalah mendapatkan ridho allah Swt. Dengan menanamkan keimaman dan ketakwaan kepada anak-anak mereka mengajarkan mereka untuk cinta ilmu dan semangat bekorban demi kemuliaan Islam.

Inilah kesempurnaan sistem Islam jika diterapkan secara kaffah atau menyeluruh akan melindungi segenap umat manusia. Berbeda dengan sistem saat ini kapitalis sekuler demokrasi. Membiarkan para ibu berkeliaran mencari nafkah dan meninggalkan dari pengasuhan terhadap anak- anak mereka. Ini sama halnya dengan membiarkan generasi rusak bukan hanya generasi mudanya saja tetapi semua kalangan, agar semakin jauh dari ketaatan kepada Allah Swt. sebab sesungguhnya mereka takut dengan kebangkitan Islam. Sebab hanya dengan kembalinya sistem Islam dalam kehidupan inilah yang dapat membendung pemikiran musuh Islam untuk mempengaruhi umat manusia.

Wallahua'lam bishowab.

Oleh: Khusnawaroh
Pemerhati Umat
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments