TintaSiyasi.com -- Pemuda hari ini adalah pemimpin masa depan. Kalimat ini diambil dari pepatah Arab yang menyebutkan bahwa “syabbaanul yaum rijaalul ghadd” yang artinya pemuda hari ini adalah pemimpin masa depan.
Bagaimana dengan kondisi pemuda hari ini?
Tidak bisa dipungkiri, kita melihatnya sangat miris. Ada rasa kecewa dan sedih kenapa begini.
Baik pemuda secara umum, maupun pemuda muslim khususnya, saat ini mengalami krisis identitas. Banyak dari pemuda yang kehilangan jati diri mereka. Bahkan kerusakan demi kerusakan menghampiri dunia remaja saat ini.
Mulai dari bermunculannya generasi alay, generasi strawbery, pembulian, kekerasan, tawuran, pembunuhan, narkoba, LGBT yang makin marak, pergaulan bebas yang menyebabkan hamil di luar nikah, aborsi, terkena HIV hingga mental illness.
Baru-baru ini dikabarkan dari SuaraSoreang.Com bahwa ratusan siswa SMP dan SMA di Ponorogo Jawa Timur hamil diluar nikah, kejadian ini membuat para pelajar harus menikah di bawah umur (SuaraSoreang.com, 12 Januari 2023).
Dikarenakan hal itu, pada awal januari ada 7 pemohon untuk meminta dispensasi nikah, rata-rata pelajar berumur di bawah 19 tahun. Para pelajar ini sudah hamil bahkan ada yang sudah melahirkan dan terpaksa harus menikah di bawah umur.
Padahal dalam UU NO 16 Tahun 2019 tentang pernikahan minimal usia menikah adalah 19 tahun, jika usia kurang harus mendapatkan putusan dispensasi nikah dari Pengadilan Agama.
Jumlah permohonan dispensasi pernikahan di Ponorogo pada tahun 2021 sebanyak 266 pemohon, 2022 sebanyak 191 pemohon dan 2023 di minggu pertama ada 7 pemohon (SuaraSoreang.com, 12 Januari 2023).
Hal itu sudah cukup menggambarkan tentang kondisi generasi saat ini yang sungguh memprihatinkan. Kenapa hal ini bisa terjadi, bahkan semakin hari semakin menjadi-jadi kasus demi kasus yang terjadi di kalangan para pemuda?
Benar, hal ini tidak luput dari peran sistem yang dipakai saat ini. Ya, paham yang memisahkan aturan antara agama dengan kehidupan (sekularisme) dan paham yang menjunjung tinggi kebebasan tanpa peduli halal dan haram (liberalisme).
Selama kapitalisme sekuler liberal ini masih bercokol, maka sangat susah bahkan bisa dikatakan mustahil bagi kita untuk membenahi para pemuda dan mengembalikannya sebagaimana yang diharapkan seperti dalam pepatah yang di atas (pemuda hari ini adalah pemimpin masa depan).
Kenapa demikian? Karena kalau kita mengharapkan sebagaimana sosok pemuda pada masa Rasulullah SAW dan para sahabat, itu yang diperlukan minimal ada tiga hal. Yang pertama memang harus ada individu-individu yang bertakwa. Kedua, harus ada kontrol masyarakat yang paham dengan hakikat ketakwaan. Dan yang ketiga, harus ada peran sistem yang bisa mengatur agar individu-individu tersebut bisa bertakwa. Dan pengaturan dari sistem pemerintahan ini adalah hal yang sangat urgen.
Sistem inilah yang nanti akan memunculkan para pemuda sekaya Abdurrahman bin 'Auf, sehebat Salman Al Farisi, secerdas Muhammad Al Fatih dan masih banyak lagi ilmuan sekaligus cendekiawan Muslim yang terkenal pada masa kejayaan Islam. Mereka tidak hanya kaya, hebat, cerdas yang berorientasi pada dunia namun yang terpenting mereka adalah sosok pemuda bertakwa. Maka kiprah merekapun sungguh sangat banyak terlihat dan diabadikan dalam buku-buku sejarah umat Islam.
Sungguh hati ini sangat merindu saat Islam menjadi satu-satunya sistem/aturan yang diterapkan di segala lini kehidupan. Dan itu hanya ada pada Daulah Khilafah Islamiyah.
Inilah yang harus diperjuangkan para pemuda. Mereka tidak hanya dituntut sekedar belajar untuk mengejar nilai akademis saja, tapi juga harus berani mengkaji Islam kaffah dan mendakwahkannya serta memperjuangkannya. Itulah an-najmu asy-syabab (pemuda bintang). Dan kiprah mereka sangat diperlukan hari ini untuk kebangkitan Islam yang telah Allah janjikan.
Wallahu a'lam. []
Oleh: Radhiatur Rasyidah, S.Pd.I
Pemerhati Keluarga dan Generasi
0 Comments