TintaSiyasi.com -- Sampai detik ini stunting di masyarakat kian merajalela, banyak anak-anak yang tidak mendapat gizi sesuai kebutuhan mereka. Menurut World Health Organisazion (WHO) Stunting adalah kondisi ketika pertumbuhan tinggi anak yang tidak sesuai dengan tinggi badan normal usianya akibat kekurangan nutrisi.
Berdasarkan data survey dari Gizi Balita Indonesia pada tahun 2019,Stunting di Indonesia mencapai 27,7%. Artinya, sekitar satu dari empat anak balita (lebih dari delapan juta anak) di Indonesia mengalami stunting.
Stunting sendiri terjadi akibat ekonomi masyarakat yang tidak stabil, angka kemiskinan dan pengangguran yang meningkat, tak dapat dipungkiri bahwa peningkatan terhadap populasi stunting di Indonesia mungkin saja terjadi. Faktor ekonomi keluarga berkaitan erat dengan terjadinya stunting pada anak. Hal ini karena kondisi ekonomi seseorang memengaruhi asupan gizi dan nutrisi yang didapatkannya.
Kebutuhan sandang, pangan, dan papan di Indonesia masih belum merata, banyak masyarakat di pedesaan kecil yang masih banyak membutuhkan rumah, pakaian, air bersih, kesehatan, pendidikan, dan lainnya. Belum lagi harga jual pasar yang membuat masyarakat kesulitan.
Walaupun banyak upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah, namun tak membuahkan hasil. Sejak kemerdekaannya hingga saat ini, masyarakat Indonesia selalu berada di bawah garis kemiskinan.
Lalu apa sebab utamanya? Bisakah masalah stunting dan kemiskinan di negara ini binasa?
Sejatinya dalam penanganan masalah ini tidak dapat diselesaikan di dalam sistem hari ini sebab sistem ekonomi kapitalisme lahir dari lemahnya akal manusia. Yang sama sekali tidak pernah melirik pada syariat Islam yang sudah jelas berasal dari Allah SWT yang paling mengetahui segala hal yang terbaik bagi makhluknya.
Kepemilikan individu mulai dari batu bara, tambang, nikel, emas, yang dimiliki oleh pihak asing dan aseng, membuat Indonesia terasing di negaranya sendiri. Banyak para pihak swasta yang mengelola secara individu yang akibatnya kekayaan pada segelintir orang elite saja.
Mayoritas yang tidak memiliki kekayaan akan tersendat dalam kebutuhan hidup. Inilah penyebab air, listrik, pendidikan dan kesehatan, dan seluruh kebutuhan hidup menjadi sulit diakses oleh warga secara merata.
Banyak program diperuntukkan kemiskinan yang selalu menggandeng swasta, seolah pemerintah hanya penyalur kebijakan agar swasta dan rakyat mendapat manfaat bersama. Padahal aslinya kurang dana, jika menggandeng swasta artinya ada profit di sana. Inilah yang menjadikan segalanya mahal dikarenakan negara malah berbisnis.
Sungguh dalam sistem sekarang ini hanya akan menambah kemiskinan pada rakyat dan manfaat bagi para pengusaha dan penguasa.
Hanya sistem ekonomi Islam solusi nyata dalam menyelesaikan permasalahan ekonomi kapitalisme saat ini sebab dalam Islam sendiri kepemilikan itu terbagi menjadi tiga yaitu individu, umum, dan negara.
Dari individu sendiri boleh memiliki yang berasal dari hasil kerja keras, warisan, pemberian harta dan hadiah. Adapun kepemilikan umum meliputi rumput, air, pembangkit listrik, jalan raya dan barang tambang yang melimpah. Sedangkan kepemilikan negara meliputi ghanimah, harta orang murtad dan lainnya.
Yang jelas semuanya diatur oleh syariat Islam dan jauh dari cara ribawi. Semua hanya bisa dilakukan ketika sistem ekonomi Islam diterapkan dalam bingkai Khilafah Islamiyah.
Dengan demikian akan tercipta masyarakat yang sejahtera, dan tercukupinya kebutuhan gizi anak. Inilah yang nantinya akan menjadi generasi peradaban gemilang yang siap menyongsong tegaknya Islam.
Wallahu a'lam bishshawab. []
Oleh: Eka Ayu Dhia
Aktivis Dakwah Muslimah
0 Comments