Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Resesi Seks Melanda Korsel, Keluarga Muslim Harus Waspada


TintaSiyasi.com -- Menyusul China, Jepang, dan Amerika Serikat yang mengalami resesi seks, kini Korea Selatan juga dihantui fenomena yang sama. Jika istilah resesi biasa digunakan untuk masalah ekonomi, kini istilah ini juga dipakai untuk menurunnya gairah seseorang untuk berhubungan seks, menikah, dan memiliki anak, dikenal dengan resesi seks.

Dilansir dari detik.com (27/11/2022), pertama kalinya populasi 'menyusut' di Korea Selatan per 2021 dan diprediksi akan terus menurun, dari 52 juta menjadi 38 juta di 2070. Bahkan, disebutkan, pada tahun lalu, angka kesuburan Korsel menjadi yang terendah di dunia yakni 0,81. 

Pemerintah setempat akhirnya melakukan berbagai upaya guna mendorong populasi manusia tetap terjaga. Pemerintah akan memberikan bantuan berupa uang tunai, tunjangan biaya kelahiran, pengobatan, hingga kemudahan pinjaman demi mengatasi 'resesi seks' terjadi lebih lanjut.


Fenomena Berbahaya, Keluarga Muslim Harus Waspada

Fenomena ini tentu adalah fenomena yang sangat berbahaya, bahkan bisa mengancam eksistensi manusia. Terlebih, bagi keluarga Muslim, dapat mengancam lahirnya generasi yang akan meneruskan estafet perjuangan dan kepemimpinan. Maka dari itu, keluarga Muslim harus waspada terhadap fenomena ini.

Rasulullah SAW menganjurkan umatnya menikah dan memiliki banyak anak, bahkan Rasulullah SAW akan sangat bangga ketika pada akhir zaman nanti kaumnya berjumlah banyak.

Dituturkan dari Anas bin Malik berkata, “Rasulullah SAW memerintahkan untuk menikah dan melarang keras untuk membujang dan bersabda, ‘Nikahilah wanita yang sangat penyayang dan yang mudah mempunyai anak banyak, karena aku akan berbangga dengan kalian dihadapan para Nabi pada hari kiamat.’” (HR .Ibnu Hibban).

Tentunya mempunyai banyak anak, harus disertai dengan pendidikan Islam, adab, akhlak, dan sebagainya, sebagaimana tujuan, strategi, kurikulum dalam Islam guna menyokong mereka mengambil kembali gelarnya menjadi umat terbaik. 


Buah Sekularisme

Di negeri-negeri yang menganut kapitalisme akan senantiasa menjadikan sekularisme sebagai asasnya, yakni pemisahan agama dengan kehidupan. Mereka tidak akan mau diatur dan mengikuti anjuran agama. Atas nama kebebasan dan hak asasi manusia mereka bisa melakukan apapun yang dimau, bebas beragama, berpendapat, berperilaku, dan bebas dalam kepemilikan, tidak peduli meski harus menerobos aturan agama sekali pun. 

Asas kebebasan yang lahir dari sistem ini pada akhirnya melahirkan berbagai permasalahan baru, munculnya berbagai macam pemikiran juga tingkah laku yang tidak sesuai dengan fitrah manusia. Termasuk di dalamnya adalah fenomena tidak ingin menikah ataupun memiliki anak. Mereka menganggap memiliki pasangan, anak, akan menambah beban hidup, menghilangkan kenyamanan dan sebagainya. 

Lebih lanjut dalam sistem rusak dan merusak ini, perbuatan maksiat atau yang menyimpang dianggap lumrah selama tidak mengganggu kepentingan orang lain. Jika selama ini mempunyai banyak anak dianggap menambah beban negara, resesi seks ini bak senjata makan tuan yang membuat negara kelimpungan.

Upaya dari negara yang telah mengalami fenomena ini ternyata juga hanya untuk tujuan materi. Mereka memiliki ketakutan roda perekonomian tidak bisa berputar karena akan terjadi penurunan permintaan membeli properti, barang-barang, dan pengeluaran lainnya. Materi dan manfaat menjadi tujuan bagi individu dan negara yang mengadopsi sistem ini.


Islam Solusi Tuntas Atasi Resesi Seks

Allah menganugerahi manusia dengan naluri (gharizah), yang apabila tidak terpenuhi akan mengantarkan pada kegelisahan. Gharizah itu yaitu gharizah baqa' (naluri mempertahankan diri), gharizah tadayyun ( naluri mengagungkan sesuatu), dan gharizah nau' (naluri melestarikan jenis). 

Islam hadir dengan serangkaian aturan untuk memenuhi naluri ini. Islam sebagai agama yang benar memberikan solusi yang menenangkan hati dan memuaskan akal. Islam hadir tidak untuk menghapus naluri yang ada, melainkan mengarahkan agar tenang dan tentram menjalani kehidupan.

Termasuk di dalamnya menyukai lawan jenis, menikah dan mempunyai anak adalah bagian dari gharizah nau', yang fitrah pada diri manusia. Dengan naluri yang Allah beri ini, manusia dapat melestarikan jenisnya/keturunan. Naluri ini harus berjalan pada norma agama. Ketika manusia memiliki rasa suka kepada lawan jenis, Islam mengajarkan untuk memenuhinya dengan cara yang mulia, yakni melalui jalan pernikahan. Dan dengan tegas melarang memenuhinya dengan cara-cara yang diharamkan dan tidak bertanggung jawab seperti berzina ataupun berselingkuh.

Islam juga melarang manusia untuk hidup membujang, juga termasuk perbuatan terlarang jika seorang istri enggan melayani suaminya. Islam bahkan mengharamkan bentuk penyimpangan seksual seperti LGBT dan akan menghukum pelakunya dengan tegas.

Islam memandang resesi seks ini bukan hanya sekadar karena masalah ekonomi. Selama di situ melanggar syariat Islam, sekali pun menguntungkan secara ekonomi ataupun lainnya, negara yang berideologi Islam tidak akan pernah mengambilnya.

Negara harus menanamkan akidah yang kuat kepada rakyatnya agar senantiasa menyandarkan hidupnya pada syariat Islam dan bisa menjalani sesuai fitrahnya. Negara juga harus memaksimalkan segala potensi sumber daya alam dengan sistem ekonomi Islam, agar tidak ada lagi manusia yang takut berkeluarga atau memiliki banyak anak karena masalah ekonomi. Kebutuhan pokok publik seperti pendidikan, kesehatan dan keamanan akan dipenuhi negara dengan cuma-cuma dan berkualitas.

Negara juga harus menerapkan sistem pendidikan Islam agar tercetak generasi tangguh pemimpin masa depan. Selain itu, negara juga harus memberlakukan sistem sanksi dalam Islam agar tidak ada lagi orang yang bisa seenaknya berbuat maksiat atau melakukan penyimpangan tanpa tindakan.

Inilah solusi tuntas mengatasi resesi seks. Dengan penerapan Islam secara kaffah oleh negara akan mengantarkan manusia kepada kebahagiaan dunia dan akhirat. Terbukti, hanya aturan Sang Pencipta yang mampu memberikan ketenangan, kesejahteraan, keberkahan, dan sebagainya, sedangkan aturan manusia hanya mampu memberikan kegelisahan, ketidakadilan, kezaliman, dan sebagainya.

Wallahu a'lam bishshawab. []


Oleh: Vivi Nurwida
Aktivis Muslimah
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments