Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Maraknya Kasus Bullying, Apa Solusinya?

Tintasiyasi.com -- Beberapa bulan lalu seorang pelajar di Garut yang masih duduk di bangku SMP dikeroyok oleh dua teman sekelasnya hingga pingsan. Awal mula kasus bullying ini terjadi ketika mereka saling bercanda dengan saling mengejek namun berujung dengan baku hantam (detik.com).

Bullying atau perundungan merupakan sebuah tindakan, baik secara fisik seperti memukul, menampar, menendang ataupun secara verbal seperti mengejek, dan menghina yang dilakukan oleh seseorang atau sekolompok orang kepada orang yang levelnya dianggap lebih rendah. Mirisnya kasus ini masih selalu terjadi dan terjadi lagi. Bullying bisa terjadi dimana saja, dan sangat disayangkan jika ini terjadi di lingkungan sekolah.

Pada tahun 2021 KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia) mencatat aduan masyarakat terkait kasus perlindungan khusus anak mencapai 1.982 kasus. Kasus paling banyak berupa kasus kekerasan fisik atau psikis. Kebanyakan juga ada yang tidak melapor karena khawatir bullying yang dilakukan pelaku akan semakin parah. Menurut UNESCO di tahun 2018, sebanyak satu per tiga orang di dunia pernah mengalami bullying. Bahkan kasus ini menjadi salah satu isu global yang masih dicari solusinya.

Sebenarnya kalau kita lihat, penyebab dari seseorang itu bisa melakukan bullying kepada orang lain, bisa karena berbagai faktor. Bisa dari tontontan film yang mereka lihat, lalu mereka jadikan tuntunan. Sehingga jika ada seseorang yang tidak disukai atau levelnya dianggap lebih rendah, mereka akan mudah berperilaku sesuka hati. Hal ini juga bisa dari lingkungan sekitar mereka, mereka yang hidup dilingkungan yang melakukan bullying, bisa jadi tindakannya akan sama.

Inilah hasil dari penerapan sistem sekuler kapitalisme, yang memisahkan agama dengan kehidupan dan meletakkan agama hanya pada ibadah ritual saja. mereka akan tumbuh tanpa bekal agama atau kurangnya pemahaman agama sejak dini. Pendidikan saat ini lebih ditekankan agar mencetak lulusan yang dapat bersaing di duna kerja. Pendidikan saat ini justru fokus mengejar kepuasan materi dan bersikap apatis serta mudah menyakiti orang lain agar egonya terpuaskan. Miris, inilah salah satu hasil dari pendidikan sekuler.

Lain halnya dengan pendidikan dalam Islam. Pendidikan dalam Islam akan membentuk generasi yang berkepribadian Islam. Setiap individu akan dididik untuk selalu menghormati orang lain dan menyayangi satu sama lain. Sejak dini, akan dididik untuk tumbuh menjalani hidup dengan misi penciptaan manusia yaitu mencari rida Allah. Mereka akan dipahamkan dengan tujuan hidupnya yaitu beribadah kepada Allah.

Jadi mereka akan paham bahwa semua aktivitas yang dilakukan, semata-mata hanya untuk mencari ridaNya. Mereka akan menjalani hidup dengan berhati-hati dan akan mengutamakan syariat dari pada egonya. Mereka akan mengisi waktunya dengan amal shaleh dan menjauhi maksiat, saling membantu, saling mengingatkan dan menasehati, sehingga perilaku bullying tidak akan terjadi.

Dari segi tontonan di dalam sistem Islam, media akan menayangkan tayangan yang mengedukasi dan layak untuk ditonton. Media akan menghapus tontonan yang mengandung adegan kekerasan. Media akan fokus untuk memberikan konten-konten yang bermanfaat untuk mendidik generasi agar semakin taat dan menjauhi maksiat. Selain itu, media juga akan memberikan tayangan untuk membentuk masyarakat yang Islami. Masyarakat tidak akan bersikap apatis dan akan melakukan kontrol sosial, sehingga kasus bullying tidak akan terjadi.

Wallahu'alam bi showab

Oleh: Ummu Nida
Aktivis Muslimah




Baca Juga

Post a Comment

0 Comments