TintaSiyasi.com -- Retno Marsudi mengungkapkan, data dari Freedom House bahkan menyampaikan terjadi kemunduran demokrasi selama 16 tahun berturut-turut. Sementara V-Dem Institute menyebut rata-rata kualitas demokrasi turun ke level 30 tahun yang lalu. Di Asia Pasifik sendiri, diperkirakan 54 persen penduduk hidup di bawah alam demokrasi. Retno Marsudi mengatakan, Sekjen PBB Antonio Guterres juga menyampaikan hal serupa dalam BDF. Menurut Antonio, demokrasi mengalami kemunduran dan seluruh negara perlu bertanggung jawab untuk memperjuangkannya. (Kompas.com, 08/12/2022)
Kepemimpinan demokrasi sudah mulai menampakkan ketidakmampuannya bertahan sebagai sistem kehidupan. Apalagi yang mana kian tahun mulai menurun. Nampak pula pada kondisi kehidupan masyarakat sekarang. Sejak munculnya pandemi covid 19 tatanan kehidupan mulai menunjukkan kemunduran. Hal ini tidak berlepas dari pengaruh sistem kehidupan yakni demokrasi.
Eksistensi Demokrasi Menurun
Sudah bertahun-tahun lamanya Indonesia mengambil demokrasi sebagai sistem tata kelola bernegara dan masyrakat. Kerusakan tatanan kehidupan masyarakat pun mulai menurun. Puncak penurunannya bermulai sejak runtuhnya peradaban agung yang telah terbukti hasilnya selama ratusan tahun yaitu Islam.
Tidak bisa dipisahkan bahwa kerusakan kehidupan saat ini di pengaruhi oleh sistem demokrasi yang sudah diemban dan diterapkan di Indonesia sendiri. Nampak bagaimana kesenjangan di masyarakat terjadi, kehancuran, kekacauan, kriminalitas tinggi, permasalahan ekonomi, korupsi dan persoalan lainya banyak bermunculan. Bukan hanya saat pandemi, melainkan sebelum pandemi pun kerusakan tatanan kehidupan masyarakat Indoneisa memang sudah mulai rusak. Hanya saja, saat pandemi ini muncul kerusakan itu semakin parah. Ditambah perekonomian yang makin susah, pengangguran bertambah, sementara gaya hidup dan budaya konsumtif masyarakat semakin tinggi.
Hal ini mengakibatkan masyarakat mulai kalang kabut untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Menimbulkan berbagai macam kejahatan, misalnya pencurian, pembegalan, dan sebagainya. Kondisi ini sungguh sangat serius, belum lagi kepribadian individu yang tak dibekali dengan kekuatan/dasar kehidupan yang jelas. Sehingga ini menambah kekuatan lahirnya pelaku kriminalitas yang tak peduli hukum lagi. Belum lagi hukuman yang tak memberikan efek jera bagi pelaku kejahatan. Masyarakat jelas harusnya mempertimbangkan lagi jika masih tetap menjadikan demokrasi sebagai problem solving kehidupannya!
Demokrasi Ilusi
Sebab, demokrasi tebukti tak mampu menyelesaikan masalah bagi kehidupan. Sebaliknya, yang ada justru demokrasi menjadi biang masalah bagi kehidupan. Karena demokrasi lahir dari kejeniusan akal manusia yakni dari pandangan sekularisme atau pemisahan agama dari kehidupan. Yang mana menempatkan masalah agama hanya pada saat sajadah di hamparkan atau di mesjid atau di majelis taklim. Sedangkan keseharian manusia berjalan berdasarkan aturan yang telah ditetapkan oleh manusia lainnya. Hal ini tentu akan memicu terjadinya kesenjangan karena aturan yang lahir hanya dari segelintir orang sedangkan semua orang di paksa untuk menjalankan.
Wajar saja saat ini kita nampak banyak kerusakan, tidak ada keadilan. Apalagi berharap keamanan dan pemerataan. Karena kekuasaan hanya berada di tangan segelintir orang, sedangkan masyarakat biasa yang akan paling merasa dampaknya. Semua diatur berdasarkan pesanan pemilik modal, bahkan kritik bagi pemangku kekuasaan untuk bahan muhasabah di cap anti-demokrasi.
Keadilan, keamanan dan kesejahteraan benar-benar hanya akan dikuasai oleh orang berkepentingan dan pemilik modal. Jauh disana masyarakat menjerit karena derita kehidupan yang menimpanya. Selain itu, ibu rumah tangga atau wanita keluar untuk bekerja dengan dalih untuk membantu perekonomian keluarga. Alhasil yang di dapat hanyalah kehinaan saja. Melupakan kodrat utamanya sebagai ummu ajyal dan ummu warobathun bait. Kehilangan kehormatan, bahkan kesuciannya semata hanya demi cuan. Sungguh miris!
Namun masih kah kita mengatakan bahwa demokrasi yang kita pertahankan kelak bisa mengubah keadaan?
Tentu tidak, sebab itu hanya sebuah ilusi! Bak mimpi di siang bolong, demokrasi bukanlah solusi bagi kehidupan manusia.
Hanya Islam Solusi
Satu-satunya solusi hanyalah dengan menerapkan islam secara keseluruhan. Aturan islam bukan berasal dari akal manusia semata. Melainkan pencipta manusia yang lebih tahu tentang makhlukNya. Allah SWT telah menurunkan aturan bagi kehidupan secara lengkap dan terperinci. Melalui utusan Nabi-Nya yakni Muhammad SAW, Beliau menyebarkan dan mengajarkan seluruh perintahNya dan menyampaikan apa-apa dilarangNya. Jika ada persoalan pun dan belum ditemukan pemecahannya maka semua dikembalikan ke dasar hukumnya yakni Al-qur’an dan sunnah, bukan KUHP yang sewaktu-waktu diubah berdasarkan kepentingan individu saja.
Islam sudah mencontohkan bahkan membuktikan keberhasilannya sebagai sebuah peradaban. Bukan hanya menjaga tetapi memberikan kesejahteraan bagi seluruh alam. Sebagaimana dalam Firman-Nya: “Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam.” (QS. Al-Anbiya’: 107)
Salah satu contoh wujud kepemimpinan Islam bukan hanya pemimpinnya yang mahsyur tetapi masyarakatnya pula. Seperti pada masa pemerintahan Khalifah Harun Ar Rasyid. Tidak ada yang tak kenal beliau. Pada masa pemerintahannya tidak ditemukan orang yang miskin, sebab pemerataan distribusi zakat pada yang berhak menerimanya.
Era pemerintahan Harun, yang dilanjutkan oleh Muhammad Al-Amin kemudian Ma'mun Ar-Rasyid, dikenal sebagai masa keemasan Islam (The Golden Age of Islam), di mana saat itu Baghdad menjadi salah satu pusat ilmu pengetahuan dunia. Pada masa pemerintahannya dia :
Mewujudkan keamanan, kedamaian serta kesejahteraan rakyat.
Membangun kota Baghdad yang terletak di antara sungai eufrat dan tigris dengan bangunan-bangunan megah. Membangun tempat-tempat peribadatan. Membangun sarana pendidikan, kesenian, kesehatan, dan perdagangan. Mendirikan Baitul Hikmah, sebagai lembaga penerjemah yang berfungsi sebagai perguruan tinggi, perpustakaan, dan penelitian.
Membangun majelis Al-Muzakarah, yakni lembaga pengkajian masalah-masalah keagamaan yang diselenggarakan di rumah-rumah, masjid-masjid, dan istana.
Khatimah
Ma syaa allah, dengan penerapan syariat Islam secara keseluruhan akan melahirkan kesejahteraan dan keadilan yang merata. Selain itu, melahirkan generasi berjiwa pemimpin yang taat dan takwa kepada Allah SWT. Takut akan siksanya jika menyimpang dalam menjalankan amanah yang dititipkan padaNya. Wallâhu A’lam Bi Ash-shawwâb.
Oleh: Masitah
Tim Pena Ideologis Maros
0 Comments