Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Ibu Lebih Mulia Disebut Ummun Warobbatul Bait daripada Perempuan Digital Economy

TintaSiyasi.com -- Seperti kita ketahui bahwa tanggal 22 Desember identik sebagai "HARI IBU". Dan tahun ini, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) mengusung tema Perempuan Berdaya Indonesia Maju.

Selain tema utama yang diusung, KPPPA juga menetapkan sub-sub tema untuk mendukung tema utama dimaksud. 

Sub-sub tema tersebut adalah : 
1. Sub Tema 1 Kewirausahaan Perempuan: Mempercepat Kesetaraan, Mempercepat Pemulihan
2. Sub Tema 2 Perempuan dan Digital Economy
3. Sub Tema 3 Perempuan dan Kepemimpinan
4. Sub Tema 4 Perempuan Terlindungi, Perempuan Berdaya

Dengan ditetapkan sub-sub tema tersebut, bertujuan untuk mendukung tema utama dimaksud. Jika kita perhatikan semuanya mengarah kepada pemberdayaan ekonomi. 

Sungguh kemasan yang sangat menarik khususnya bagi ibu rumah tangga. Pasti sebagian ibu-ibu akan tertarik pada program ini, apalagi yang mengalami permasalahan ekonomi dalam rumah tangganya. Sepintas sub-sub tema tersebut terlihat sangat peduli dalam melindungi hak-hak perempuan. Akan tetapi jika kita cermati  lebih dalam, dibalik program "Perempuan Berdaya Indonesia Maju". Pemberdayaan ekonomi kaum Ibu selalu digenjot untuk meningkatkan perekonomian keluarga bahkan negara. Program ini terlihat mengalihkan tugas utama negara dalam memulihkan perekonomian dan menjamin kesejahteraan rakyatnya, justru hal ini membebani rakyat, terutama kaum perempuan. 

Dari sudut pandang yang mana jika program ini dikatakan melindungi perempuan?. Realitanya justru sebaliknya. Sudah jelas bahwa program pemulihan ekonomi setelah pandemi ditujukan pada upaya pemberdayaan ekonomi perempuan, diselaraskan pula isu gender dan perlindungan terhadap perempuan terus digaungkan untuk mendukung program ini.

Pemberdayaan ekonomi kaum ibu sejatinya adalah eksploitasi, karena pemberdayaan ibu seharusnya dikembalikan kepada peran utama ibu sebagai ummun wa robbatul bait,  Madrasatul 'Ula dan ummu al-ajyal (ibu sekaligus manajer rumah tangga, guru utama serta ibu pencetak generasi calon pemimpin masa depan). Bukan malah menjadi roda penggerak perekonomian. 

Inilah buah dari sistem kapitalis, dimana keberhasilan seseorang dipandang dari sisi materi bukan ketaqwaannya kepada Allah SWT. Seolah-olah perempuan yang produktif akan lebih dihargai dan dihormati. Semakin produktif, semakin tinggi nilai nominal cuannya. Perempuan produktif dianggap lebih mulia, lebih tinggi derajatnya. Sedangkan seorang perempuan yang hanya berprofesi sebagai ibu rumah tangga biasa dipandang tidak produktif. 

Padahal, jika perempuan yang sekaligus ibu ini berpaling dari ummu wa robbatul bait, Madrasatul 'Ula dan ummu al-ajyal (ibu sekaligus manajer rumah tangga, guru utama serta ibu pencetak generasi unggul), lalu bagaimanakah nasib keluarga dan generasi nantinya?, dan apakah negara akan bertanggung jawab atas kerusakan generasi bangsa ?.

Nyatanya generasi saat ini semakin rusak, seperti : narkoba, sex bebas, LGBT dan masih banyak lagi kerusakan yang melanda generasi kita. Bisa jadi kerusakan generasi terjadi karena tidak adanya peran ibu sebagai ummu al-ajyal. 

Bukan hanya generasi muda yang rusak, tetapi semakin marak kekerasan dalam rumah tangga, perceraian, terutama kasus cerai gugat terus meningkat. 

Inilah bukti bahwa sistem kapitalis tidak mampu mengatasi kemiskinan dengan mengangkat pemberdayaan perempuan sebagai solusi mensejahterakan rakyat, malah semakin banyak timbul masalah baru yang tidak tersolusi dengan baik. 

Program ini semata hanya sekedar omong kosong pemberdaya perempuan, realitanya menggiring perempuan untuk masuk dalam perangkap ala kapitalis sebagai pemutar roda industri kapitalis sekaligus menjadi target market dengan dalih mengentaskan kemiskinan atau pemulihan ekonomi pasca pandemi.

Program ini tidak lain hanya sebagai alat penstabil kekuasaan para kapital untuk membuat aturan sendiri, semuanya murni diatur oleh manusia dengan memisahkan bahkan menjauhkan dengan aturan Allah sang Khalik. Sehingga masyarakat terbentuk menjadi masyarakat yang sekuler yang menjauhkan dari aturan-aturan agama.

Cara Pencegahan

Kita sebagai muslim yang peduli terhadap perempuan tidak boleh membiarkan, harus dicegah supaya tidak bertambah besar kerusakan yang terjadi. Dengan cara menyeru, mendakwahkan, mengajak untuk bergabung dalam jamah ideologis, memahamkan untuk meninggalkan konsep ala kapitalis yang berkedok pemberdayaan perempuan untuk kembali pada sistem Islam.

Ajaran Islam sendiri menyatakan bahwa pemberdayaan perempuan adalah upaya pencerdasan muslimah hingga mampu berperan menyempurnakan seluruh kewajiban dari Allah SWT, baik di ranah domestik maupun publik. Pemberdayaan perempuan ini didasarkan pada visi menjadi perempuan unggul sebagai ummun warobbatul bait sebagai mitra laki laki demi melahirkan generasi cerdas, takwa, pejuang syariah, dan kesakinahan keluarga.

Pemberdayaan sebagai ibu generasi tentu butuh sistem pendukung yang dibangun oleh negara dalam semua sistem kehidupan. Dengan demikian ibu bisa fokus dalam mengemban tugasnya dan tidak dibebani dengan kewajiban mencari nafkah.

Sungguh posisi ibu dalam Islam lebih mulia dengan sebutan ummun warobbatul bait dari pada ibu sebagai pemberdaya perempuan ataupun dengan sebutan Perempuan Digital Economy.

Hanya dengan kembali pada sistem Islam dan menerapkan sistem Islam dalam kehidupan sehari-hari, maka umat akan hidup sejahtera. Tidak hanya umat Islam yang menikmati kesejahteraan tapi umat selain Islam pun akan menikmati kesejahteraan. Islam akan tegak atas keyakinan bahwa Allah SWT adalah pencipta sekaligus pengatur kehidupan.

Sudah saatnya kita sadar, dan bangkit dengan pemikiran untuk tidak mudah tergerus oleh pengaruh barat dengan ide feminismenya. 

Wallahu a’lam bish shawab.

Oleh: Ning Hari W
Aktivis Muslimah


Baca Juga

Post a Comment

0 Comments