Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Aksi Satu Keluarga Curi Kotak Amal, Bukti lemahnya Iman

TintaSiyasi.com -- Dalam beberapa bulan belakangan ini kita dikejutkan satu peristiwa kriminalitas terjadi dimana ada satu keluarga nekat mencuri kotak amal mesjid di wilayah Kabupaten Malang, Pelaku dengan inisial  RSH (43), sebagai otak pencurian mengaku menggangur selama dua bulan. Sebelumnya, tersangka bekerja menjadi kenek bus. "Motifnya adalah ekonomi," ujar Kapolres Malang AKBP Hendri Umar kepada wartawan di Mapolres Jalan Ahmad Yani, Kepanjen, Kabupaten Malang, Senin (23/11/2020). 

Dalam pemeriksaan, RSH mengaku dulunya bekerja sebagai kenek bus. Pandemi COVID-19 membuat tersangka kehilangan pekerjaan. Karena tak memiliki pekerjaan itulah, tersangka RSH nekat mencuri uang di dalam kotak amal masjid. Parahnya, RSH memaksa istri dan anaknya ikut melancarkan aksi kejahatannya. "Tersangka mengaku putus asa, karena tidak punya pekerjaan. Kemudian mempunyai niat mencuri. Dan memaksa istri dan anaknya untuk ikut. Jika tidak, tidak akan dinafkahi," beber Hendri Umar.

Kejadian pencurian ini tidak hanya terjadi saat ini saja, namun acapkali kita sering mendengar di berbagai pelosok negeri. Ketika di tanya alasan mereka melakukan aksi nekat ini salahsatunya adalah faktor ekonomi yang paling dominan melatarbelakngi aksi ini. Ada yang beralasan karena kepepet hutang, ingin membeli sesuatu namun tidak punya uang, bahkan untuk memberi nafkah keluarga seperti kejadian di atas tadi. Pencurian kotak amal mesjid ini menambah deretan panjang kriminalitas di negeri ini. Lalu yang jadi pertanyaan mengapa aksi pencurian ini mereka lakukan sementara sebagian besar pelakunya adalah seorang muslim, Kemana hilangnya iman mereka?

Konsekuensi Keimanan Seorang Muslim

Beriman mudah diucapkan namun keimanan itu tidak cukup ucapan saja namun allah swt perlu bukti. Sebagai makhluk ciptaan allah swt kita sudah diberikan kesempurnaan sebagai manusia sehingga kita dituntut untuk menunjukan bukti akan diri kita sebagai hamba dengan beriman. Suatu hal yg penting bagi seorang muslim untuk memastikan iman nya, apakah diterima dan dibenarkan oleh Allah Swt. Hendaknya kita mengevaluasi kembali proses keimanan kita. Memastikan pula apakah keimanan kita merupakan iman yang kokoh yang tidak tergoyahkan dengan kilaunya dunia dan tidak menggadaikan keimanan kita. Sebab tidak jarang kita temukan dalam sistem sekuler kapitalistik, begitu mudah seseorang mempertaruhkan keimanannya demi untuk memperoleh harta untuk mencukupi kehidupannya.

Dalam Al-Qur’an, Allah Swt. berfirman,
ءَامَنَ ٱلرَّسُولُ بِمَآ أُنزِلَ إِلَيْهِ مِن رَّبِّهِۦ وَٱلْمُؤْمِنُونَ ۚ كُلٌّ ءَامَنَ بِٱللَّهِ وَمَلَٰئِكَتِهِۦ وَكُتُبِهِۦ وَرُسُلِهِۦ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِّن رُّسُلِهِۦ ۚ وَقَالُوا۟ سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا ۖ غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ ٱلْمَصِيرُ
“Rasul telah beriman kepada Al-Qur’an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan), ‘Kami tidak membeda-bedakan antara seseorang pun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya,’ dan mereka mengatakan, ‘Kami dengar dan kami taat.’ (Mereka berdoa), ‘Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali" (QS al Baqarah: 285)

Salah satu manifestasi keimanan yang benar adalah kesiapan untuk tunduk pada seluruh aturan-aturan Allah tanpa terkecuali. Keimanan seperti ini harus ada pada setiap muslim dan harus terus dipupuk agar tertancap kuat pada dirinya. dengan keimanan seperti inilah, setiap mukmin akan terus diarahkan agar terus berada dalam kehidupan yang lurus dan bersih. Akan hadir pada dirinya kesadaran bahwa Allah Swt. senantiasa bersama dan mengawasinya di mana pun dia berada. 

Jika kita telah beriman kepada Allah SWT, yang memiliki sifat-sifat ketuhanan itu, maka wajib pula bagi kita untuk beriman terhadap apa saja yang dikabarkan oleh-Nya. Baik hal itu dapat dicerna oleh akal maupun tidak, karena itu semua dikabarkan oleh Allah SWT. kita juga wajib beriman kepada hari kebangkitan dan pengumpulan (ba’ats), surga dan neraka, hisab dan siksa, juga beriman akan adanya malaikat, jin dan syaitha, serta apa saja yang telah diterangkan Al-Qur’an dan hadits qath’i.   

Berkaitan dengan keberadaan malaikat seorang muslim wajib meyakini karena telah dkhabarkan dalam Al Qur’an dan As Sunnah yang secara akal sudah dipastikan kebenarannya. Sebagai seorang muslim kita tidak hanya mengatakan beriman kepada malaikat namun kita tidak memanifestasikan keimanan kita dalam perbuatan. Bukti keimanan kita kepada malaikat dapat kita tunjukan dengan selalu berhati-hati dalam berbuat karena ia yakin sang malaikat akan senantiasa mencatat amal baik dan buruknya. Allah swt berfirman 

Artinya : “(yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat Pengawas yang selalu hadir.” (QS. Qaaf: 17-18)

Setiap muslim juga wajib beriman kepada Qadha dan qadar karena merupakan bagian dari rukun iman. Seorang yang tidak percaya kepada Qadha dan qadar, maka imannya cacat bahkan dapat mengeluarkan dirinya dari Islam. Rezeki seseorang adalah adalah keputusan (qadha) allas swt, seorang muslim harus memahami bahwa manusia itu hidup dan beraktivitas dalam dua jenis perbuatan, yaitu Perbuatan yang berada di bawah kontrol manusia, yang timbul karena semata-mata pilihan dan keinginannya sendiri.
Perbuatan yang berada di luar kontrol dan keinginan manusia. Pada bagian ini manusia
berbuat atau terkena perbuatan yang berada di luar kemampuan dan kehendaknya
pada point pertama perbuatan manusia di lakukan atas kehendaknya atau pilihannya, misalnya bekerja, makan, bahkan mencuri sekalipun itu semua karena pilihannya sendiri dan tentu saja manusia akan mendapat balasan yang setimpal dari allah swt atas pilihannya.

Sementara pada point kedua ada kejadian yang terjadi pada manusia namun di luar dari kuasa atau keinginan manusia misalnya seseorang yang di PHK atau kehilangan harta akibat suatu musibah . Pada kejadian seperti ini manusia tidak memiliki andil sedikitpun dan tidak akan dimintai pertanggung jawaban atas keputusan allah swt. Manusia hanya wajib meimaninya dan hanya bisa menerima serta pasrah akan ketetapan allah swt, dan menyadari bahwa segala sesuatu sudah di atur.dan berbaik sangka atas keputusan allah swt ini bahwa segala sesuatu yang sudah di putuskan pasti terbaik untuk manusia.  

Mengajak Umat untuk Kembali

Ketika hari ini kita melihat kehidupan umat Islam jauh dari hukum-hukum Allah, berani melakukan perbuatan yng diharamkan allah swt sungguh itu menunjukkan kualitas keimanan yang jauh dari kata “benar”. Keimanan mayoritas umat Islam hari ini baru sampai di lisan. Innalillahi
Wajar jika hari ini Allah timpakan kehinaan kepada umat Islam dengan keterjajahan dan krisis multidimensi yang tak berkesudahan. Agar manusia yang mengaku beriman segera kembali dan bertobat dengan menjalani ketundukan.
Adalah tugas kita mengajak umat kembali ke jalan yang benar. mendakwahi mereka agar memiliki iman yang lurus dan kukuh agar lahir sikap rela menetapi jalan Islam sebagai satu-satunya pilihan hidup. Hingga Allah Swt. kembali berkenan memberikan hadiah kebangkitan sebagaimana yang dijanjikan: Menjadi pemimpin peradaban.
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ ۗ وَلَوْ آمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ ۚ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik"[]

Oleh: Rima Dewi Kartini, dkkMahasiswa Pascasarjana Magister PAUD Universitas Pancasakti Bekasi
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments