Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Stigmatisasi Ajaran Islam dan Khilafah oleh Negara Terus Terjadi, Sampai Kapan?

TintaSiyasi.com -- Pemerintah seolah tidak pernah berhenti memberikan stigmatisasi Islam dan khilafah sebagai ajaran yang radikal dan penyebab dari gerakan terorisme.

Terbukti dari kasus yang terjadi beberapa waktu lalu, di mana seorang perempuan yang berpakaian layaknya seorang Muslimah dengan menggunakan niqab (cadar) ditangkap Polisi Lalu Lintas dan anggota Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) karena mencoba menerobos masuk ke area Istana Merdeka, Selasa (25/10/2022).

Direktur Lalu Lintas Polda Metro Jaya Kombes Latif Usman mengatakan, pelaku ditangkap saat melancarkan aksi menodongkan pistol ke arah anggota Paspampres yang sedang berjaga di pintu masuk Istana Merdeka. Polda Metro Jaya menelusuri kemungkinan perempuan yang menodongkan pistol dan mencoba menerobos ke Istana Merdeka terafiliasi jaringan terorisme (Kompas.com, 25 Oktober 2022).

Aksi yang dilakukan oleh wanita ini seolah terskenario dengan baik oleh seorang sutradara di belakangnya. Bagaimana tidak, setelah ditelusuri sosok wanita yang menerobos Istana Negara ini memiliki identitas yang berbeda dengan hasil penyelidikan sementara. Pemilik identitas asli yang foto dan data dirinya di sebarkan diaplikasi WhatsApp sebagai pelaku penerobosan angkat bicara. Artinya, identitas yang diberikan oleh pelaku penerobos adalah palsu sehingga mengorbankan seorang guru (pemilik identitas asli) yang tidak tahu menahu mengenai aksi ini.
 
Seringnya buntut dari kejadian seperti ini yang menjadi sasaran adalah Islam, karena memang banyak “pelaku pesanan” yang menggunakan simbol-simbol Islam dalam melancarkan aksinya. Namun, jika kekerasan dilakukan oleh pihak lain seperti pendeta, bahkan KKB (Kelompok Kriminal Bersenjata) yang mengakibatkan banyak korban tewas sekalipun, tidak pernah disebut sebagai terorisme.

Contoh lainnya adalah kejadian bulan Juni lalu di gedung tua di Jalan Asia Afrika, Kota Bandung, yang mana polisi menemukan bahan peledak, senjata api, dan peluru aktif. Namun Saat disinggung terkait penemuan barang tersebut berhubungan dengan teroris atau tidak, pihak berwajib hanya mengatakan mereka akan melakukan pendalaman lebih detail lagi dan sampai sekarang belum ada hubungannya dengan aksi teroris.

Padahal, penemuan senjata api di Bandung dan penerobosan wanita di Istana Negara sama-sama dilatar belakangi dengan senjata api. Namun, mengapa mendapat perlakuan yang berbeda?

Di balik kejadian ini terlihat jelas bahwa ada pihak-pihak yang memiliki visi misi tersendiri. Stigmatisasi ajaran Islam dan khilafah terus terjadi dan sudah tersusun secara rapi, membuat umat Muslim alergi dan trauma akan agamanya sendiri, bahkan banyak yang menganggap mengenal Islam lebih dekat adalah tindakan yang radikal.

Siapa saja dapat disasar dengan tuduhan keji ini, meski tak pernah jelas latar belakangnya, demikian juga penanganan kasusnya.

Penistaan terhadap ajaran Islam, di antaranya khilafah, otomatis merupakan penistaan terhadap syariah Islam. Tindakan ini disebut istikhfaf bi al-ahkam al-syar’iyyah (penghinaan terhadap hukum-hukum syariah Islam). Istikhfaf bisa dilakukan melalui ucapan, perbuatan atau keyakinan.

Allah SWT Berfirman : Katakanlah, “Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kalian selalu mengolok-olok?” Tak usahlah kalian meminta maaf karena kalian telah kafir sesudah beriman.” (TQS at-Taubah [9]: 65-66).

Keberadaan khilafah di tengah umat sangatlah vital. Tanpa khilafah kemuliaan Islam dan umatnya juga tercabik. Tak ada yang melindungi dan membela. Imam an-Nawawi dalam salah satu kitabnya mengatakan, “Sudah menjadi keharusan bagi umat adanya seorang imam (khalifah) yang menegakkan agama, menolong sunnah, menolong orang-orang yang dizalimi, memenuhi hak-hak dan menempatkan hak-hak pada tempatnya.” (An-Nawawi, Rawdhah ath-Thalibin wa ‘Umdah al-Muftîn, 3/433) (Buletinkaffah.com, 28 Oktober 2022).

Bukankah terbukti hari ini, ketika kaum Muslim hidup bukan dalam naungan khilafah, hasilnya adalah penderitaan? Sumber daya alam dijarah oleh kaum penjajah. Negeri dijerat utang yang mencekik. Para penguasa terus menaikkan pajak dan mengurangi subsidi demi membayar utang dan bunga utang yang terus membengkak.

Alhasil, sebagai seorang Muslim hendaknya kita jangan mudah tersuasana atau terframing dengan isu-isu yang memojokkan Islam, karna sejatinya akar persoalan kita pada hari ini adalah ketiadaan penerapan syariah Islam oleh khilafah. Lalu mengapa umat malah mencari jawaban pada sistem selain Islam? []


Oleh: Marissa Oktavioni
Sahabat TintaSiyasi
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments