Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

PHK Massal Perusahaan Raksasa Digital, Bukti Rapuhnya Kapitalisme


TintaSiyasi.com -- Badai pemutusan hubungan kerja (PHK) kembali melanda perusahaan teknologi di Tanah Air. PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk atau GoTo mengumumkan PHK 1.300 karyawan. Sejumlah perusahaan teknologi dan rintisan lainnya juga ramai-ramai mengurangi karyawan.

Gelombang PHK digital disebabkan oleh tekanan makro ekonomi yang cukup berat pasca ekonomi, mulai dari kenaikan inflasi, trend penyesuaian suku bunga, pelemahan daya beli, dan risiko geopolitik serta model bisnis yang berubah signifikan.

Resesi ekonomi yang tengah melanda dunia dituding menjadi penyebab gelombang PHK massal startup raksasa. Namun, banyak pihak menepis dugaan ini. Pengaruh resesi tentu ada, tetapi bukan sebagai faktor tunggal dan dominan.

Lantas, apa penyebab PHK massal tersebut? Model perusahaan startup merupakan faktor dominan sehingga bisnis ini rapuh dan mudah goyah. Pendanaan perusahaan startup sangat tergantung pada suntikan dana dari investor. Namun, sebelum menyuntikkan investasi, investor akan melihat kinerja perusahaan terlebih dahulu yang tecermin dari pendapatan perusahaan.

Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (CELIOS,) Bhima Yudhistira mengatakan, hampir sebagian besar startup yang lakukan PHK massal disebut sebagai pandemic darling atau perusahaan yang meraup kenaikan Gross Merchandise Value (GMV) selama puncak pandemi 2020-2021. Karena valuasinya tinggi, maka mereka dipersepsikan mudah cari pendanaan baru.

Sekilas, kucuran dana investasi menjadi berkah yang mendorong bertumbuhnya startup.Padahal, investor tidak serta merta memberikan suntikan dana jika tidak melihat prospek income besar yang dapat diraup dari perusahaan-perusahaan kecil. Investor pun tidak akan memberikan modal kecuali kepada startup yang diyakini memiliki potensi besar jangka panjang serta yang dapat mengembalikan dana di atas rata-rata.

Dalam kapitalisme, tidak ada makan siang gratis (no free lunch). Para investor lebih cepat berpikir tentang keuntungan bisnis. Maka yang terjadi saat ekonomi global mengalami keguncangan, para investor pun ramai-ramai menarik modalnya.

Sekelumit fakta itu membuktikan bahwa kapitalisme tak sesuper yang dinarasikan. Sistem ini justru memustahilkan kesejahteraan dan keadilan. Kekayaan hanya berputar pada segelintir orang. Distribusi kekayaan tidak merata. Dalam kapitalisme, kekayaan alam dan aset apapun bisa diperjualbelikan. Alih-alih menjadikannya negara kaya, kapitalisme hanya membuat kaya bagi pemodal dan para investor. Selebihnya rakyat hanya diberi sisa-sisa kekayaan.

Fenomena badai PHK yang dialami startup adalah alarm bagi kita agar segera berlepas dari bayang-bayang asing. Selama ini, investor asing menjadi penentu perkembangan dan kemunduran perusahan startup. Deretan capital ventura asing sudah menggelontorkan dana dan meraup keuntungan besar dari startup Indonesia.

Mereka sudah jauh menjamah aset dan menguasai berbagai informasi penting negeri terkait peluang ekonomi. Sayangnya, ini tidak disadari sebagai sebuah invasi yang akan mengikis kedaulatan ekonomi negara.

Setiap manusia pasti menginginkan kesejahteraan dan keadilan. Di sistem kapitalisme, kesejahteraan rakyat tak diperhitungkan. Mereka hanya peduli manfaat dan keuntungan saja. Tak aneh bila kebijakan negara acap kali jauh dari nilai adil dan sejahtera.

Dengan melihat berbagai fenomena kerusakan kapitalis, ekonomi lesu, dan derivat masalah yang disebabkan kapitalisme, masihkah kita berharap pada sistem yang merusak dan tak manusiawi ini? Kembalilah pada jalan hakiki. Yaitu mengembalikan kehidupan Islam sebagaimana peradabannya yang mendunia dulu. Allah tak mungkin menetapkan aturan tanpa ada kemaslahatan di dalamnya. Sebagaimana kaidah fikih berbunyi, “Di mana ada syariat Islam, di situ ada maslahat”.

Wallahu a'lam bishshawab. []


Oleh: Wakini
Aktivis Muslimah
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments