Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Perlu Sistem Khilafah Islamiah Membendung Kapitalisasi Gen Z


TintaSiyasi.com -- Menanggapi kapitalisasi Gen Z dalam Digitalisasi, Youth Care Expert dan Tim Riset IMuNe Zikra Azril, S.E mengatakan, digitalisasi yang dikapitalisasi oleh sistem kapitalisme tidak bisa dihadapi dengan diri, tapi diperlukan sistem khilafah Islamiah untuk membendung informasi.

"Jika digitalisasi dikapitalisasi oleh sistem Kapitalisme tidak bisa dihadapi dengan sendiri atau sejumlah orang tertentu, tapi diperlukan sistem lain yang juga punya kekuatan untuk membendung arus informasi agar sesuai dengan Islam yaitu sistem Khilafah Islamiah," ungkapnya dalam acara "Gen Z & Digitalisasi : Rise Up for Islam or be A Victim," yang disaksikan secara noton bareng interaktif oleh aktivis Back to Muslim Identity Community dan Smart with Islam Meulaboh, di Aula STIKes Medika Seramoe Barat, Ahad (29/10/2022). 

Aktivis Jakarta Yuni, dalam stand up dakwahnya mengatakan bahwa kondisi generasi hari ini sangat berbeda dengan generasi terdahulu yang menjadi para penakluk. 

"Generasi Z saat ini berbeda sekali dengan generasi sebelumnya yang mampu menjadi pejuang dan pembebas imperium besar, seperti Shalahuddin Al-Ayyubi dan Muhammad Al-Fatih," katanya. 

Tak hanya itu, ia menyampaikan, "Pemuda generasi Z cenderung tidak bisa menyelesaikan masalahnya sendiri sehingga belum bisa menjadi pemimpin bagi dirinya sendiri dan tak mungkin pula menjadi pemimpin apalagi pembebas seperti dua tokoh tersebut jika potensinya telah digerus media. Tujuan hidup pun hanya berupa materi dan cuan yang didapat dari media sosial yang terus menggerus pemikiran dengan konten-konten viral tapi amoral. Tak ayal jika yang dijadikan idola adalah orang-orang yang salah bukan saleh, oppa-oppa Korea bukannya Rasulullah teladan sempurna," bebernya. 

Pelajar dari Bogor Nurinaa mengatakan, generasi yang kecanduan gadget akan mudah terkena mental illness.

"Gen Z yang tidak bisa lepas dari gadgetnya dan terus menerus fokus pada sosial media akan menjadi generasi stroberi, generasi yang punya potensi tapi di dalamnya lemah, insecure, baperan, dan mudah kena mental illness," tuturnya.

Narasumber ketiga, Putri R. Angelina, M.Pd.Kons menyampaikan, pentingnya gen Z mengikuti kajian intensif di tengah sistem kapitalis yang rusak. 

"Kecanduan media sosial akan membuat seseorang mudah insecure, mudah mendapatkan ciberbulliying di media, merasa kesepian hingga depresi sehingga perlunya bagi gen Z untuk punya circle positif dan ikut kajian intensif karena di tengah sistem kapitalisme yang begitu rusak, sulit untuk menjadi salih sendiri lantaran hilangnya peran negara untuk menekan kemaksiatan," jelasnya. 

Menyayangkan potensi gen Z yang begitu besar di dunia digital, konten kreator dakwah Sayyidah Nisa mengatakan "Gen Z itu muda, energik, kreatif, adaptif, dan kritis, tapi jika mudah ikut-ikutan dan labil tak akan bisa punya peranan besar di dunia digital." Beliau juga menambahkan, "Gen Z harus bisa menjadi konten kreator dakwah Islam dengan potensinya yang besar itu," ujarnya. 

Lebih lanjut, Zikra Azril menanggapi pertanyaan peserta, mengatakan bahwa tujuan digitalisasi itu haruslah untuk mencari ridha Allah dengan menjadikannya wasilah dakwah. 

"Digitalisasi dalam Islam untuk mencari ridha Allah. Perkembangan teknologi adalah sarana yang mempermudah manusia sehingga dengan teknologi tersebut dijadikan wasilah untuk menuntut ilmu dan berdakwah kreatif dengan menyebarkan nilai-nilai Islam yang rahmatan lil'alamiin," ungkapnya. 

Dilanjutkan oleh Sayyidah Nisa menambahkan, untuk mejadi konten kreator langkah awal yang harus ditempuh adalah dengan mengaji. 

"Langkah awal untuk memulainya adalah ngaji dulu supaya tahu mana yang salah, mana yang benar, lalu upgrade diri dengan skill digital sehingga bisa membuat konten-konten dakwah kreatif, dan jadilah konten kreator yang faedah bukan unfaedah," pesannya. 

Terakhir, Putri Ria Angelina menyebutkan, "Gen Z lahir diantara tahun 1995-2009, sementara alpha generasi yang lahir setelah gen Z. Agar tidak masuk dalam sistem kapitalisasi ini maka harus cari circle positif, kajian intensif, dan terus dekat dengan orang-orang yang positif," pungkasnya. [] Julia/Najwa
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments