Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Kerusuhan Papua Tanpa Solusi, Bukti Sisi Gelap Kapitalisasi

TintaSiyasi.com -- Hingga hari ini, konfilk berujung kerusuhan masih terus terjadi di tanah kaya Papua. Bahkan baru-baru ini seorang prajurit TNI bernisial Serka IDW mengalami luka tembak oleh kelompok kriminal bersenjata (KKB) papua, pimpinan Numbuk Telenggeng. Saat peristiwa terjadi, aparat TNI sedang melaksanakan patroli gabungan di Gereja Golgota Gome, Ilaga, Papua Tengah pada Minggu, 13 November 2022. Serka IDW yang mengalami luka tembak pada bagian paha kanan, saat ini dalam kondisi sadar.

Sehari sebelum itu, dikutip dari tvonenews.com, 12/11/2022, tepatnya pada Sabtu (2/11), kerusuhan juga terjadi di wilayah Ikebo Kabupaten Dogiyai, Papua. Kejadian bermula dari meninggalnya seorang anak berusia 6 tahun usai ditabrak oleh sopir pendatang saat memundurkan truknya. Sang sopir tidak menyadari jika ada seorang anak di belakangnya yang akhirnya terlindas hingga tewas.

Kecelakaan tersebut membuat warga marah dan menyerang perkotaan. Amarah massa pun berbuntut aksi pembakaran 1 unit rumah, 2 kendaraan truk, dan 6 kantor pemerintahaan. Massa juga sempat mendatangi polres dan hendak melakukan penyerangan karena supir truk diamankan polisi. Bahkan sebelumnya supir truk tersebut sudah sempat dibacok oleh massa.

Tentunya pemerintah sangat menyadari keadaan di Papua yang begitu mudahnya terjadi kasus kekerasan dan konfilk senjata. Oleh karena itu, dalam sebuah pertemuan pemerintah telah berjanji akan lebih menggunakan pendekatan humanis terhadap penanganan masalah-masalah yang terjadi di Papua. Direktur Jendral Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham), Mualimin Abdi, mengatakan pemerintah akan terus melakukan sejumlah evaluasi terhadap kegiatan militer di Papua.

Mualimin menyatakan bahwa saat ini salah satu fokus permasalahan yang dihadapi oleh pemerintah di Papua adalah adanya kelompok bersenjata. Ia menyebut potensi timbulnya konfilk kekerasan antara pasukan militer Indonesia dengan kelompok bersenjata sulit untuk dihindari.

Kerusuhan di Papua yang berulang mulai dari konfilk antara penduduk asli dan pendatang, hingga kerusuhan oleh KKB akan terus terjadi selama akar masalahnya tidak pernah diselesaikan oleh pemerintah pusat. Sebab, ada banyak faktor yang memicu konfilk terjadi di Papua seperti adanya ketimpangan kesejahteraan, keamanan, keadilan, dan sebagainya.

Oleh karena itu, pemerintah sudah seharusnya berkomitmen untuk menyelesaikan akar masalahnya terlebih dahulu, tidak hanya fokus pada satu atau dua masalah saja seperti hanya ekonomi dan pembangunan. Sebab, hingga hari ini pun kesejahteraan rakyat Papua belum juga terwujud. Pada Maret 2022 lalu saja, menurut Badan Pusat Statiskik (BPS), Papua masih menjadi provinsi dengan tingkat kemiskinan tertinggi mencapai 26,56 persen di Indonesia.

Jika kita melihat dari kekayaan alam yang melimpah di bumi Papua seharusnya mampu membuat rakyat Papua hidup dengan sejahtera. Mereka berhak atas keadilan dan kehormatan, penegakan hukum, serta kehidupan keagamaan atas diri mereka. Mereka juga dapat mengecap hidup aman dan damai secara berdampingan. Pertanyaannya, dapatkah hal tersebut terwujud dalam sistem hari ini?

Dalam naungan sistem kapitalisme hari ini, segala hal yang dilakukan berlandaskan pada materi dan keuntungnan. Mirisnya, kerusuhan seolah terus dipelihara, karena menjadi salah satu sumber keuntungan bagi pihak-pihak lainnya, baik dalam hal kekuasaan maupun ekonomi. Alhasil, inilah sisi gelap dari penerapan sistem kapitalisme-demokrasi yang selama ini kita emban. Negara terbukti gagal menjamin keamanan dan kesejahteraan bagi warga serta gagal dalam mempersatukan warga negaranya hingga memicu konfilk. 

Hal ini tentu berbeda jika dalam naungan Islam. Sistem Islam yang berasaskan akidah Islam justru menjadi satu-satunya cahaya di tengah gelapnya keadaan masyarakat saat ini. Sebab, sistem ini tegak di atas paham yang sesuai dengan fitrah dan akal manusia. Sehingga dipastikan akan mampu mengantarkan manusia pada kemuliaan dan kesejahteraan yang dicarinya.

Terbukti, sistem ini pernah tegak selama belasan abad lamanya. Menandakan bahwa Islam memang mampu memenuhi kebutuhan umat dengan luas wilayah meliputi dua pertiga dunia. Sejarah mencatat, pada masa itu Islam berhasil menyatukan suku, ras, budaya, bahkan agama. Alhasil, dari persatuan tersebut terciptalah kesejahteraan dan keamanan yang luar biasa.

Sistem Islam justru akan menentang dan menyelapkan kerakusan rezim kapitalis neoliberal yang hari ini sedang menghancurkan Papua hingga dunia. Sebab, paradigma Islam memandang bahwa seluruh kekayaan alam yang melimpah adalah milik umat yang menjadi kewajiban negara untuk mengurusnya semata-mata demi kepentingan umat.

Islam bahkan memandang semua investasi asing yang legal dalam sistem kapitalisme justru merupakan jalan penjajahan yang sudah pasti diharamkan. Mirisnya, penderitaan yang Papua alami hari ini justru diawali dengan dibukanya pintu investasi dengan dalih pembiayaan pembangunan.

Sistem Islam juga menetapkan bahwa seluruh rakyat, siapa pun mereka, apapun ras dan agamanya, berhak menikmati keadilan dan kesejahteraan yang setara dan wajib diwujudkan oleh negara. Bahkan sepanjang mereka tunduk pada aturan negara di luar urusan agama dan ibadah, mereka berhak dilindungi sebagaimana kaum muslimin yang menjadi warga negara.

Tanpa pandang bulu, Islam menetapkan haram bagi siapa pun yang melanggar kehormatan seseorang, harta, dan nyawa warganya baik muslim maupun nonmuslim. Bahkan sanksi Islam pun berhak dijatuhkan bagi kaum muslim yang mencederai hak-hak manusia termasuk juga kepada nonmuslim.

Dalam penerapan sistem Islam niscaya tidak akan ada diskriminasi terhadap hukum, maka keamanan serta kesejahteraan sudah dapat dipastikan akan terwujud. Sebab, negara adalah pengatur dan penjamin kebutuhan rakyatnya. Wallahualam bissawab.


Oleh: Fajrina Laeli, S.M.
Aktivis Muslimah
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments