TintaSiyasi.com -- Baru-baru ini pelaporan wanita yang menerobos paspampres menjadi berita heboh selama beberapa hari. Wanita yang disinyalir sebagai anggota Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) itu berhasil ditangkap dan diamankan (Gelora.co, 25/10/2022). Perkembangan kasus tersebut selanjutnya diketahui bahwa perempuan tersebut hanyalah orang biasa yang sangat tidak berpotensi melakukan tindakan teror. Penangkapan terduga teroris juga terjadi lagi di Sumenep, Jawa Timur. Penangkapan itu membawa 3 orang yang selanjutnya dibawa oleh tim densus 88 untuk proses pemeriksaan. Hal tersebut dibenarkan oleh Kapolres Sumenep AKBP Eko Edo Satya. Namun, pihaknya tak dapat menyebutkan ketiga nama terduga teroris itu karena alasan hal tersebut selanjutnya ditangani oleh Humas Mabes Polri dan bukan lagi kapasitasnya (Kompas.com, 28/10/2022).
Jauh dari dua penangkapan sebelumnya, penangkapan terduga teroris juga terjadi di daerah Sampang, Jawa Timur oleh Densus 88 Antiteror Mabes Polri. Terduga merupakan wali kelas salah satu sekolah yang dikenal baik dan santun. Tidak ada kecurigaan bahkan dari anggota keluarga termasuk istri terduga. Istri terduga mengaku bahwa sang suami dikabarkan menghilang selama beberapa hari (Kompas.com, 17/10/2022). Entah bagaimana ceritanya, kasus ini pun seakan lenyap dan tak terbukti dugaannya.
Peristiwa di atas menunjukkan letak kesamaan skenario peristiwa dalam kemunculan isu teroris. Mereka yang dituduh sebagai teroris tak nampak garang dan justru terlihat santun. Penuturan dari saksi, kerabat, ataupun orang sekitar tidak mengindikasikan adanya tindakan mencurigakan. Bahkan, wanita yang diduga teroris berada dalam balutan busana khas kaum Muslim yang taat. Peristiwa semacam ini muncul dalam waktu yang hampir bersamaan seolah ingin membuat publik menoleh sekejap dan melihat sisi-sisi Islam dalam terorisme. Padahal sejatinya ada isu yang lebih besar dan mengancam yang secara nyata membahayakan.
Entah disengaja atau tidak, peristiwa semacam ini disinyalir merupakan rancangan terstruktur pihak tertentu yang sengaja digulirkan untuk memojokkan Islam. Namun nyatanya, isu semacam ini hanya berakhir begitu saja tanpa kejelasan ke manakah muaranya. Makin hari makin marak pemberitaan yang memojokkan, seolah-olah memeluk agama Islam dan menjalankan syariatnya adalah suatu kesalahan. Padahal pada dasarnya, Islam mengajarkan kedamaian.
Teroris dan radikal adalah isu yang kerap dimunculkan. Isu mengenai terorisme, anti-NKRI, kelompok radikal, dan sebagainya menjadi isu gurih yang selalu laris saat disuguhkan di tengah masyarakat. Kelompok-kelompok yang dituju adalah kelompok Islam yang sebenarnya hanya mendakwahkan ajaran mereka. Mirisnya KKB, kelompok terorisme yang secara terang-terangan merusak stabilitas negara hingga memakan korban jiwa tidak diusut secara tegas dan tuntas.
Menjadi suatu persoalan besar mengapa Islam menjadi bulan-bulanan di negara yang mayoritas penduduknya adalah Muslim. Pertanyaan tersebut menjadi semakin berkembang menjadi pertanyaan-pertanyaan lain saat Islam selalu disalahkan, ajarannya dianggap buruk, dan pengikut yang memegang teguh nilai-nilainya selalu dipojokkan dan dipersekusi.
Islam adalah rahmatan lil alamin. Islam datang melalui rasul terakhir yang ditujukan untuk seluruh alam. Kedatangannya diharapkan membawa keberkahan bukan saja bagi pemeluknya namun bagi masyarakat luas. Jika kemudian ada yang bertanya bagaimana bisa hal tersebut terjadi, maka marilah kita sejenak membuka kembali catatan sejarah di masa kekhalifahan.
Karen Amstrong, salah satu penulis non-Muslim yang menceritakan bahwa kaum Yahudi turut menikmati zaman keemasan di Andalusia. Dia mengatakan “Under Islam, the Jews had Enjoyed a golden age in al-Andalus.” Pernyataan Karen menyatakan bahwa kaum Yahudi pun tidak masalah ketika hukum Islam diterapkan oleh daulah. Kaum mereka bahkan merasa diuntungkan. Tidak ada pilih kasih ataupun kaum yang dikucilkan dalam sistem Islam. Semua orang diperlakukan sama, dengan hak dan kewajiban yang sama. Daulah tidak ikut campur pada ranah ibadah orang-orang non-Muslim. Sehingga nyata ada toleransi di sana, tanpa ada kekerasan ataupun terorisme oleh kaum Muslim.
Sesungguhnya Islam adalah agama benar yang diturunkan oleh Allah sebagai tuntunan seluruh umat. Mengkaji Islam secara menyeluruh akan menyebabkan rasa cinta luar biasa, sehingga tak heran bahwa akan muncul fanatik. Namun perlu diketahui bahwa fanatisme yang timbul dari iman atas apa yang diperbolehkan dan dilarang oleh Allah di dalam Islam akan menimbulkan keberkahan hidup. Sikap fanatik ini tidak perlu ditakuti, justru semua umat Muslim harusnya memiliki fanatisme yang tinggi terhadap agama yang dianut.
Stigmatisasi ajaran Islam terutama persoalan tak henti-hentinya digaungkan untuk menjegal perjuangan dakwah Islam. Padahal selama ini kebanyakan orang mendapati kesalahan pemahaman seputar Islam. Sesungguhnya, apa-apa yang diajarkan dalam Islam jika diterapkan dalam kehidupan akan mencipatakan keberkahan dan keridhaan Allah.
Wallahu a'lam bishshawab. []
Oleh: Hima Dewi, S.Si., M.Si.
Aktivis Muslimah
0 Comments