Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Halloween dan Kanjuruhan, Buah dari Penerapan Sistem Sekuler


TintaSiyasi.com -- Presiden Joko Widodo menyampaikan belasungkawa atas tragedi Halloween yang menewaskan 149 orang di Itaewon, Korea Selatan, Sabtu (29/10/2022) malam waktu setempat. Hal itu disampaikan Kepala Negara dalam bahasa inggris melalui di akun Twitter-nya, Minggu (30/10/2022).

"Deeply saddened to learn about the tragic stampede in Seoul. My deepest condolences to those who lost their loved ones. Indonesia mourns with the people of South Korea and wishes those injured a speedy recovery," tulis Jokowi.

Jokowi menyatakan bahwa Indonesia bersama rakyat Korea Selatan sangat berduka. Ia pun berharap korban yang terluka bisa segera pulih. Begitu besar terlihat kepedulian presiden kita terhadap kejadian yang terjadi ini.

Tragedi Halloween yang banyak menewaskan ratusan nyawa ini, mengingatkan kita pada tragedi yang hampir serupa yang terjadi di tanah air kita, yakni tragedi Kanjuruhan yang juga memakan korban yang cukup besar.

Tapi, ada satu hal yang menarik perhatian kita, pada tragedi Haloween di Korea Selatan ini. Tragedi ini jelas membuat kita prihatin dan juga berduka, sayang dirasanya kalau harus bertarung nyawa hanya karena sekadar perayaan dan kesenangan semata. Namun di sisi lain, kita juga prihatin dengan kepedulian penguasa yang rasanya lebih besar ke rakyat negara lain dibandingkan terhadap nasib rakyat sendiri, misalnya pada tragedi Kanjuruhan. Pasalnya menurut data yang dapatkan, adakah presiden kita, Bapak Joko Widodo membuat statement yang serupa? Sebagaimana pernyataan “pemerintah bersama korban kanjuruhan”. Seperti yang dikutip di laman twitter terkait dengan peristiwa Halloween ini.

Perayaan Halloween seharusnya tidak boleh ada di negara kita, negara kita memiliki identitas tersendiri dengan ciri khas keagamaan dan kebudayaannya. Padahal kita tau bersama bahwa perayaan tersebut adalah budaya asing, yang sama sekali bukan berasal dari kebudayaan bangsa kita, bahkan tidak sesuai dengan budaya Indonesia dan terlebih lagi bisa dikatakan tidak memberi manfaat terhadap pembangunan karakter pemuda masa depan.

Sebagai seorang Mukmin, kita dilarang keras untuk merayakan dan ikut serta dalam perayaan tersebut. Jika perayaan Halloween itu sendiri di izinkan ada, dan terselenggara di negara kita, maka ini akan makin menambah sulitnya dalam upaya pembinaan karakter pemuda, yang notabenenya pemuda-pemuda inilah yang nanti akan membangun peradaban bangsa pada masa yang akan datang.

Islam adalah agama yang sempurna lagi paripurna. Islam adalah agama yang hak, yang telah mengatur seluruh urusan dari perkara yang kecil sampai perkara yang besar sekali pun. 

Negara dalam sistem Islam benar-benar menyadari bahwa pendidikan karakter adalah sebuah investasi masa depan. Negara wajib mengatur segala aspek yang berkenaan dengan sistem pendidikan yang diterapkan. Bukan hanya persoalan yang berkaitan dengan kurikulum, akreditasi sekolah/PT, metode pengajaran, dan bahan-bahan ajarnya, tetapi juga mengupayakan agar pendidikan dapat diperoleh rakyat secara mudah dan murah.

Rasulullah SAW bersabda:

إنَّمَا الْإِمَامُ جُنَّةٌ يُقَاتَلُ مِنْ وَرَائِهِ وَيُتَّقَى بِهِ، فَإِنْ أَمَرَ بِتَقْوَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ وَعَدَلَ كَانَ لَهُ بِذَلِكَ أَجْرٌ، وَإِنْ يَأْمُرْ بِغَيْرِهِ كَانَ عَلَيْهِ مِنْهُ

Sesungguhnya al-imam (khalifah) itu (laksana) perisai, dimana (orang-orang) akan berperang di belakangnya (mendukung) dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaan)nya. Jika seorang imam (Khalifah) memerintahkan supaya takwa kepada Allah ’azza wajalla dan berlaku adil, maka dia (khalifah) mendapatkan pahala karenanya, dan jika dia memerintahkan selain itu, maka ia akan mendapatkan siksa” (HR. Al-Bukhari, Muslim, An-Nasa’i, Abu Dawud, Ahmad).

Sebagai “junnah" negara harusnya mendukung segala bentuk kebaikan bagi terbentuknya karakter yang baik bagi setiap generasi dan menjauhkan generasi dari apapu segala sesuatu yang dapat merusak karakter anak bangsa. Sehingga perayaan Halloween ini harus ditolak bahkan ditiadakan.

Wallâhu a’lam bishshawâb. []


Oleh: Ropika Sapriani
Aktivis Muslimah
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments