Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Forum R20, Akankah Mewujudkan Perdamaian Dunia?

TintaSiyasi.com -- Pada tanggal 2-3 Nopember 2022 lalu telah diadakan forum R20 (Religion 20) di Nusa Dua, Bali. Forum tersebut merupakan bagian dari Presidensial G20. Forum R20 diinisiasi oleh Nahdlatul Ulama (NU) dan Liga Muslim Dunia/ Muslim World League (MWL). Forum tersebut dihadiri oleh lebih dari 400 undangan dari dalam dan luar negeri. Mereka adalah para pemimpin agama, sekte, dan aliran kepercayaan dari berbagai negara.

Dalam sambutannya, Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf menyatakan bahwa Forum R20 merupakan bentuk inisiatif dan kepedulian yang tulus dari semua pemeluk agama terkait masa depan umat manusia. Sekjen Liga Muslim Dunia Syekh Muhammad Al Issa juga mengatakan, begitu banyak masalah di dunia ini yang dilatarbelakangi oleh agama. Oleh karena itu, sudah sepatutnya untuk bersama-sama membangun perdamaian. 

Forum R20 dipandang sebagai terobosan baru dalam mewujudkan perdamaian dunia. Selama ini agama dipandang sebagai sumber konflik. Oleh karena itu, dipandang perlu adanya dialog antar agama guna merumuskan komunike bersama, yaitu kesepakatan untuk mengakhiri politisasi agama demi kepentingan politik dan kekuasaan. Dengan kata lain, seluruh agama harus menanggalkan politik identitas (antaranews.com).

Seruan Forum R20 yang menyatakan bahwa agama adalah sumber solusi dan bukan masalah, sebenarnya kontradiktif dengan kebijakan pemerintah sendiri, yakni proyek deradikalisasi untuk memerangi terorisme dan radikalisme. Realitanya, narasi radikalisme lebih banyak menyasar kelompok Islam yang ingin menerapkan syariat Islam kaffah. Label radikal bahkan disematkan pada para aktivis dakwah. Al Qur'an dan buku-buku jihad atau khilafah selalu diidentikkan dengan terorisme. Seolah-olah sumber terorisme dan radikalisme adalah Islam.
Dibangunlah narasi, agar tidak menjadi radikal, umat Islam harus lebih toleran dan menerima perbedaan agama dan budaya. Kaum muslim di Nusantara pun didorong kembali pada jati diri bangsa Indonesia yang toleran terhadap kemajemukan. Muncul istilah-istilah yang menyelaraskan Islam dengan kearifan lokal, seperti Islam Nusantara, Islam moderat, dan sejenisnya. Label intoleran dan anti Pancasila pun bersanding dengan isu terorisme dan radikalisme, dan dianggap mengancam NKRI. Pada akhirnya, semua bermuara pada satu hal, yaitu moderasi beragama. 

Semua tuduhan itu sebenarnya bermula dari paradigma yang menilai posisi dan peran agama tidak lebih dari sekadar ibadah ritual. Agama tidak boleh turut campur mengatur urusan masyarakat dan negara. Inilah akar masalahnya, yaitu sistem sekularisme yang memisahkan agama dari kehidupan.

Hal ini sangat bertentangan dengan Islam. Ruang lingkup Islam tidak hanya pada ibadah saja, tetapi Islam memiliki paket lengkap dalam mengatur urusan individu, masyarakat, dan negara. Dari pemikiran mendasar atau akidah Islam, lahirlah aturan-aturan cabang yaitu sistem ekonomi, politik, pemerintah, sosial, peradilan, dan sanksi hukum. Dengan kata lain, Islam memenuhi semua cakupan sebagai sebuah ideologi, yaitu falsafah hidup yang memiliki sistem/aturan untuk diterapkan.

Dari sini jelas, Forum R20 sejatinya merupakan agenda Barat dalam proyek moderasi beragama. Dengan proyek ini, Barat akan lebih leluasa menyasar kekuatan Islam, terutama politik Islam. Hal ini dilakukan untuk mengubah cara pandang dan sikap individu atau kelompok, sehingga dapat menerima nilai-nilai Barat. Akibatnya, umat yang telah teracuni pemikiran Barat akan semakin menjauh dari Islam, dan semakin jauh pula dari kebangkitan peradaban Islam.  

Walhasil, tidak ada faedahnya forum R20 ini bagi umat Islam dan perdamaian dunia. Umat Islam hanya akan dipaksa untuk melakukan reaktualisasi tafsir ajaran agamanya. Tentunya reaktualisasi Islam yang mengikuti pola pikir negara Barat, yakni Islam harus lahir dari wajah yang humanis. Islam diposisikan menjadi ajaran moral dan spiritual dan dikerdilkan dari panggung politik dan ideologi. Inilah esensi dari moderasi beragama yang sesungguhnya.

Untuk itulah, sangat penting bagi umat Islam memiliki kesadaran politik. Umat Islam harus tanggap terhadap pertarungan ideologi dan konstelasi politik dunia, serta menyadari bahwa musuh terbesarnya adalah ideologi Barat yang merusak yaitu kapitalisme-sekulerisme.
Umat Islam juga harus menyadari bahwa dirinya terlibat dalam pertarungan ideologi. Hanya dengan ideologi Islamlah umat ini akan menjadi umat terbaik. Islam adalah agama yang sempurna dan merupakan ideologi yang memiliki fikrah (pemikiran/ide dasar) dan thariqah (metode) dalam menerapkan fikrah.

Selain itu dalam menyelesaikan seluruh permasalahan hidup manusia, Islam memiliki konsep dan segala penerapannya. Bukankah syariat Islam diturunkan sebagai rahmat bagi semesta alam? Artinya, penerapan aturan Islam akan membawa kebaikan bagi seluruh umat manusia.

Maka, Umat Islam kini mempunyai tanggung jawab besar untuk menyerukan Islam ke seluruh dunia, serta mencegah kemungkaran, berupa penjajahan yang dilakukan oleh negara-negara imperialis Barat. Singkat kata, umat Islam adalah umat pembebas manusia dari berbagai bentuk kezaliman manusia lainnya.

Solusi yang hakiki bagi terwujudnya perdamaian dunia bukanlah berbagai tawaran solusi yang disodorkan oleh negara-negara imperialis, tetapi hanya Islam sajalah yang mampu mewujudkan perdamaian dunia. Dalam lintasan sejarah, kekhilafahan Islam terbukti mampu mewujudkan persaudaraan dan perdamaian dunia dalam rentang waktu hingga 13 abad. Kegemilangan ini tidak akan pernah bisa tertandingi oleh peradaban manapun. 

Di samping itu, masyarakat dalam naungan Islam sangatlah prural dan beragam. Namun, mereka disatukan dalam payung hukum Islam, dan dapat hidup berdampingan dengan damai. Karena itulah, hanya Islamlah satu-satunya yang layak dan akan mampu mewujudkan perdamaian dunia. Allahu a'lam bishshowab.

Oleh: Fera (Ummu Fersa)
Pemerhati Kebijakan Publik
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments