TintaSiyasi.com -- Kita kembali mengelus dada perihal yang terjadi di negeri ini. Masih ingat dalam pikiran kita bagaimana tragedi Hallowen Itaewon yang banyak merenggut korban jiwa. Duka begitu mendalam pasti akan terasa.
Kini, di negeri ini kasus yang hampir sama kembali terjadi. Namun dengan balutan yang berbeda, acara konser musik. Konser berdendang bergoyang yang diadakan oleh event organizer Emvrio Production selama tiga hari (28-30 Oktober 2022) hanya berlangsung dua hari saja. Konser musik yang mengundang sejumlah artis tanah air ini diadakan di Istora Senayan Jakarta Pusat. Setidaknya ada sekitar 27 orang pingsan pada hari pertama konser. Di hari kedua lebih banyak lagi karena adanya kericuhan yang terjadi. penonton yang berada di luar ingin memasuki Istora, sehingga terjadi desak-desakan. (tribunnews.com, 03/11/2022)
Fakta di atas adalah gambaran riil yang terjadi di masyarakat saat ini. Mereka masih terlena dengan balutan hiburan yang tersaji saat ini. Sebut saja konser musik, menjadi andalan untuk menghibur diri. Entah berapa harga yang tersaji pada tiket, terkadang pada sebagain orang tak menjadi masalah berarti. Yang penting bawaan hati senang dan mampu menuruti keinginan diri.
Amat wajar jika masyarakat saat ini berpikir demikian. Karena sistem yang diterapkan saat ini memfasilitasi atau bahkan menawarkan dengan nuansa yang gemerlap dan apik. Idola-idola tanah air sengaja diturunkan guna menarik hati para pecinta atau fans mereka. Ya, begitulah adanya konsep hiburan di sistem kapitalis saat ini. Bagi mereka, yang penting adalah mencari keuntungan yang banyak, agar mampu mengumpulkan pundi-pundi rupiah. Tak peduli masalah yang mungkin menghadang di depan. Yang terpenting adalah mereka mampu menggelar acara yang sudah di jadwalkan.
Miris memang, jika kita melihat fakta di atas. Pandemi belum seutuhnya pergi dari kehidupan manusia, malah orang banyak yang berkumpul sampai puluhan ribu hanya untuk menyaksikan konser musik. Belum lagi dampak yang makin dirasa saat ini adalah kemiskinan yang masih terus ada. Akankah kita peduli terhadap saudara kita yang masih kekurangan? Jangankan mau makan enak, sudah bisa makan tiga kali sehari saja mereka sudah bersyukur. Karena saat ini keadaan masih belum stabil, kondisi masih belum bisa pulih seperti sedia kala.
Itulah watak sesungguhnya dari sistem kapitalis, dimana manfaat dan materi menjadi sesuatu yang utama serta dicari. Seluruh aktivitas yang dijalankan akan selalu merujuk padanya. Hingga akhirnya kita melihat tak sedikit dari masyarakat di negeri ini yang selalu ingin bersenang-senang, mencari hiburan, menghabiskan uang, dan lain sebagainya. Itulah hasil didikan dari sistem yang saat ini diterapkan. Tak bisa membedakan mana yang menjadi suatu kebutuhan dan keinginan, karena kedua sama dan wajib dipenuhi. Itu melanda pada seluruh kalangan masyarakat, tak hanya pada generasi muda saja.
Sangat berbeda jauh ketika Islam diterapkan dalam kehidupan di dunia ini. Standar baku yang harus diambil adalah akidah Islam. Seluruh aktivitas manusia harus mengacu pada hal tersebut, tidak pada yang lain. Dari sini maka akan tampak perbedaan yang nyata, dimana ketika Islam diterapkan keimanan menjadi sesuatu yang wajib menjadi sentralnya. Mampu membedakan segala sesuatu berdasarkan pada Islam semata. Benar salah, halal haram menjadi begitu jelas karena mengacu pada Islam tadi. Begitu pula dengan persoalan yang berkaitan dengan keinginan dan kebutuhan. Dua hal ini menjadi jelas dan terang karena adanya pondasi keimanan. Setiap diri muslim akan berpikir secara jernih dan mendalam terkait kedua hal tersebut, mana yang merupakan keinginan yang bersumber dari adanya dorongan naluri manusia. Dan mana yang termasuk pada kebutuhan. Dengan begitu, maka perbedaan di antara keduanya begitu jelas. Artinya, seorang muslim ketika bertindak atau melakukan sesuatu tentu dipikirkan secara matang dan melihat konsep kebutuhan dan keinginan tadi. Sehingga mereka selalu berada pada jalan yang sesuai.
Termasuk pula pada ranah mencari hiburan. Tidak seperti saat ini yang harus bersama teman pergi ke bar, cafe, nonton konser ataupun bioskop, dan lain sebagainya. Seorang muslim akan mengerti hiburan apa yang mestinya ia ambil dan lakukan. Karena mencari hiburan ini boleh saja, asalkan menuntun kita untuk menambah kokoh pada sisi keimanan. Sehingga bisa kita melakukan hal-hal yang sederhana namun syarat akan mempertebal keimanan kita. Misalnya, rihlah ke persawahan dekat rumah, pergi ke taman, berkunjung ke saudara kita yang lain, ataupun kita bisa mentadabburi Al Qur’an. Itulah yang mungkin bisa dilakukan oleh seorang muslim ketika ia mencari hiburan. Ataupun sesederhana ketika ia berjalan kemudian menemukan berbagai macam hewan, kemudian dia memikirkan begitu MAha Besar dan Kuasanya Allah menciptakan itu semua. Hal tersebut juga sudah masuk dalam hiburan menurut kaca mata muslim. Jadi tidak mesti harus pergi ke suatu lokasi tertentu.
Jika kita kembali ke belakang, kala Islam diterapkan dalam sebuah institusi Daulah Islam maka kita dapati bahwa saat itu seluruh kaum muslim akan berlomba untuk menjadi pembela dan penjaga Islam terpercaya. Baik itu orang tua, generasi muda, ataupun anak-anak. Semua ingin menjadi hamba yang seutuhnya, mendapatkan rida dari Allah. Serta ingin menjadi seorang manusia yang bermanfaat bagi manusisa yang lain.
Semua itu terbentuk tak lain karena sistem Islam mampu mencetak manusia yang mempunyai tingkat keimanan yang luar biasa. Mampu memecahkan pertanyaan untuk apa manusia hidup di dunia ini? Berikut terkait juga ingin berkarya demi kemajuan Islam. Pantas saja banyak sekali para penemu yang berasal dari kalangan muslim. Apalagi generasi muda pada saat itu, benar-benar menjadi duta-duta penyebar Islam kepada yang lainnya. Sungguh, begitu luar biasanya kala itu.
Termasuk pula peranan negara dan masyarakat yang luar biasa. Negara benar-benar menerapkan syariat Islam secara sempurna dan menyeluruh. Sehingga aturan Islam dipakai dalam kehidupan manusia, segala lini kehidupan diatur pula. Negara juga menyuguhkan dan menfasilitasi kepada seluruh muslim untuk belajar. Sebut saja perpustakaan banyak didirikan agar semua dapat belajar serta membaca buku di sana. Dan dukungan masyarakat begitu luar biasa. Mereka selalu menajalankan amar makruf nahi mungkar kepada seluruh kaum muslim. Sehingga seluruh aktivitas yang berjalan tentunya hanya bersandarkan pada Islam semata.
Demikilanlah pola yang tersaji kala Islam diterapkan dalam kehidupan manusia. Sekali lagi, semua akan berlomba untuk mempersembahkan yang terbaik untuk Allah Swt., Rasulullah saw., Islam, dan kaum muslim. Dengan begitu mereka sibuk akan memperbaiki diri serta memoles diri dengan cara menjalankan seluruh perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Artinya menjalankan syariat Islam secara menyeluruh pula. Jadi rasanya akan jauh berbeda dengan saat ini yang memikirkan terkait dengan kesenangan duniawi semata. Mereka amat disiplin dalam hal merencanakan segala sesuatu hingga tak ada kesempatan untuk mencari hiburan yang melenakan diri mereka dari penghambaan sesungguhnya. Alhasil, berpikir untuk masalah dunia dan akhirat hanya akan ada (tersaji) ketika kita taat kepada pemilik jagad raya ini, yaitu Allah. Semoga kita selalu berada pada jalan yang diridai-Nya. Aamiin ya Rabbal'alamin
Wallahualam.
Oleh: Mulyaningsih
Pemerhati Generasi
0 Comments