TintaSiyais.com -- Tragedi kematian masal yang merenggut ratusan nyawa terjadi diawal dan penghujung Oktober 2022. Kematian masal itu terjadi di Stadion Kanjuruhan pada tanggal 1 oktober 2022, dimana sebanyak 135 orang tewas setelah menyaksikan pertandingan sepak bola antara Arema FC melawan Persebaya.
Peristiwa ini bermula pada saat para penonton masuk ke lapangan karena klub yang didukungnya yakni Arema FC kalah oleh Persebaya.
Kemudian aparat kepolisian menembakkan gas air mata yang akhirnya memicu kepanikan penonton, mereka berusaha keluar dari stadion, berdesak-desakan dan mengakibatkan banyak penonton yang kehabisan nafas, lemas dan akhirnya meninggal dunia di tempat. Ada juga korban lainnya yang terjatuh dan terinjak oleh penonton.
Tragedi yang kedua terjadi pada Sabtu malam 29 Oktober 2022 saat digelar perayaan Halloween pertama di Korea Selatan sejak batasan kerumunan dan aturan masker wajah yang diberlakukan oleh pandemi COVID dicabut. Kerumunan pada perayaan tersebut menyebabkan sebanyak 100.000 orang berdesakan. Hal itu menyumbat jalan-jalan sempit di distrik tersebut. Akibatnya, Ratusan orang mengalami sesak napas dan berujung pada gagal jantung.
Korban tewas akibat tragedi Perayaan Halloween di kawasan Itaewon, Korea Selatan bertambah menjadi 155 orang. "Satu kematian lagi dikonfirmasi. Jumlah korban tewas dari tragedi itu menjadi 155," kata Pejabat di Markas Besar Penanggulangan Bencana dan Keselamatan Pusat, dikutip Korea Herald Senin (31/10).
Kedua tragedi tersebut sama sama mengerikan, dan menjadi keprihatinan pada masyarakat. Namun sayangnya sikap penguasa di Negeri ini dalam menyikapi dua tragedi kematian masal tersebut membuat masyarakat Indonesia kecewa. Bagaimana tidak? Ketika tragedi di Korea Selatan, penguasa menyampaikan Bela sungkawa atas tragedi maut itu dengan mengatakan "Indonesia bersama rakyat Korea Selatan"
Tidak sebanding dengan sikap penguasa ketika tragedi kematian masal di Stadion Kanjuruhan. Penguasa justru saling berlepas tangan dari tanggung jawab atas tragedi itu,bahkan tidak ada pernyataan "Pemerintah bersama korban Kanjuruhan" padahal sudah jelas yang menjadi korbannya adalah rakyat nya sendiri.
Masyarakat sangat menyayangkan dan menilai Penguasa lebih prihatin dan lebih peduli kepada rakyat Korea Selatan dibandingkan terhadap rakyat sendiri. Mirisnya lagi pemerintah juga membiarkan masyarakat Indonesia ikut dalam merayakan halloween, padahal perayaan itu adalah budaya asing yang tidak sesuai dengan budaya masyarakat di Indonesia apalagi mayoritas penduduknya adalah muslim. Bahkan bisa dikatakan tidak memberi manfaat terhadap pembangunan karakter pemuda masa depan.
Realitanya sekarang ini banyak remaja yang melakukan perilaku menyimpang yang tidak sesuai dengan norma-norma di Indonesia khususnya norma agama, disebabkan masuknya budaya asing tanpa filterisasi dari negara. Ini menunjukan penguasa abai terhadap generasi muda di negeri ini.
Hal tersebut tidak lepas dari sistem kepemimpinan saat ini yakni sekulerisme kapitalisme. Sistem ini tidak mempedulikan tolak ukur agama dalam sebuah amal perbuatan, tujuan hidupnya hanya sebatas kesenangan materi saja tanpa melihat halal-haram, baik buruknya setiap perbuatan. Jika penguasa masih saja abai terhadap generasi pemuda dinegeri ini maka bisa dipastikan generasi mendatang adalah generasi yang rusak kepribadianya
Sangat berbeda dengan sistem Islam dimana penguasa bertanggung jawab atas pembentukan kepribadian generasi. Islam melindungi generasi dari pemikiran,budaya, dan semua hal dari asing yang membahayakan aqidah mereka. Segala media yang merusak akhlak dan agama akan dilarang untuk tayang.
Pendidikan dalam Islam juga menghasilkan kepribadian islam yaitu pola pikir dan pola sikap terikat dengan syariat Islam. Sehingga generasi muda tidak akan mudah terpengaruh dengan pemikiran maupun budaya asing. Maka, hanya sistem Islamlah yang mampu menjadikan generasi masa depan yang mulia
Oleh : Ema (Ummu Qonita)
Aktivis Muslimah
0 Comments