TintaSiyasi.com -- Sungguh memprihatinkan tragedi kemanusiaan yang terjadi di stadion Kanjuruhan. Banyak korban yang luka-luka bahkan meninggal dunia akibat dari suporter bola yang berdesak-desakan dan terinjak-injak untuk menyelamatkan diri dari semprotan gas air mata yang dilakukan oleh pihak kepolisian.
Pertandingan Arema FC melawan Persebaya Surabaya menimbulkan duka mendalam bagi dunia pesepakbolaan Indonesia. Ratusan Aremania dinyatakan meninggal dunia dan lainnya mengalami luka-luka akibat kejadian ini. (republika.co.id, 02/10/2022)
Adanya tragedi tersebut seharusnya menjadikan masyarakat instropeksi, sebab ini merupakan musibah besar yang menimpa negeri yang mayoritas Muslim. Dimana industrialisasi sepak bola sekaligus bisnis hiburan memakan korban yang banyak.
Tragedi Kanjuruhan nampak jelas sebuah kelalaian peran negara. Hiburan sepak bola yang seharusnya hanya sekedar permainan kini berubah menjadi persaingan dan dan bahan komoditi untuk meraup keuntungan sebesar-besarnya. Sebab hal ini memunculkan pembelaan yang berlebihan terhadap salah satu klub dukungannya berujung protes dan akhirnya aparat menembakkan gas air mata. Padahal tindakan ini merupakan pelanggaran terhadap aturan negara. Sebab gas air mata bisa menyebabkan sakit mata, sesak bahkan hilangnya nyawa manusia.
Adanya suporter bola yang diduga ricuh dan jadi pemicu tembakan gas air mata serta tindakan represif oleh aparat harus dilakukan evaluasi menyeluruh. Sekaligus penyelenggara dan asosiasi sepak bola juga wajib dievaluasi atas unsur kealpaan yang terjadi.
Banyaknya korban yang meninggal, kita tak boleh tutup mata dan mengabaikannya begitu saja. Tragedi Kanjuruhan harus ada yang bertanggung jawab dan diterapkan hukum yang tegas bagi pelaku yang terlibat. Agar ada rasa keadilan bagi keluarga yang ditinggalkan oleh para korban. Negara bertanggung jawab menyediakan hiburan yang aman dan nyaman bagi rakyatnya.
Dalam sistem Islam hiburan, olahraga dan permainan merupakan hal mubah termasuk sepak bola. Namun yang perlu diperhatikan kemubahan ini jangan sampai melalaikan tujuan hidup hakiki seorang hamba. Islam melarang fanatisme golongan sebab berpotensi besar merusak persatuan umat. Oleh karena itu, potensi umat harus diarahkan pada hal yang lebih produktif untuk ukhuwah, persatuan dan kebangkitan peradaban.
Maka peran negara sangat dibutuhkan untuk mengatur hiburan yang ada di tengah-tengah masyarakat agar tercipta rasa aman dan nyaman serta tidak terjadi pelanggaran hukum syara. Selain itu aparat harus berfungsi sebagaimana mestinya yaitu memberikan perlindungan kepada masyarakat.
Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadis sahih yang berbunyi: “Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Sudah saatnya umat menyerahkan amanah kepemimpinan pada yang layak menerimanya. Tidak lain pada mereka yang siap menjalankan syariat Islam atas landasan iman. Sebab hanya dalam sistem Islam, umat akan memperoleh pengurusan dan penjagaan harkat, martabat, bahkan nyawa sehingga bahagia dunia dan akhirat bukan hanya sekedar ilusi semata.
Wallahualam bissawab
Oleh Ana Dia Friska
Aktivis Muslimah
0 Comments