TintaSiyasi.com -- Negeriku Indonesia. Gemah ripah loh jinawi. Hijau makmur. Hamparan tumbuhan hijau membentang luas. Negeri Zamrud Khatulistiwa yang mempesona.
Begitulah gambaran negeri indonesia yang kaya raya akan berbagia flora dan fauna. Dari sabang sampai merauke. Anugerah Allah yang sangat menakjubkan.
Akan tetapi berkebalikan dengan fakta yang terjadi. Negeri yang kaya akan flora dan fauna kini sebagian menjadi gersang. Bahkan masyarakatnya kekurangan air. Apakah penyebabnya?
Dilansir dari Unplash.com (22/09/2022), Indonesia termasuk dalam salah satu negara dengan sumber daya air yang melimpah, karena menyimpan 6% potensi air di dunia. Tetapi tahukah Anda bahwa pada tahun 2019 pemerintah sempat memprediksi kekeringan di Indonesia yang akan dialami hampir 28 provinsi ketika musim kemarau tiba.
Berdasarkan riset dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memberikan hasil perkiraan curah hujan di musim kemarau mulai bulan Agustus 2019, 64,94 persen wilayah indonesia akan mengalami curah hujan yang masuk pada kategori rendah yakni di bawah 100 mm/bulan.
Pada musim kemarau tahun 2019, BMKG menyatakan akan terjadi kekeringan panjang akibat beberapa faktor diantaranya fenomena El Nino, kuatnya Muson Australia, dan anomali peningkatan suhu udara akibat perubahan iklim.
Bahkan diprediksi ketersediaan air untuk setiap penduduk di Jawa akan terus menurun hingga 476 meter kubik per tahun pada 2040, dimana awalnya setiap orang memiliki ketersediaan air sebanyak 1.169 meter kubik air per tahun.
Ya Rabb. Mengerikan sekali prediksi fakta yang terjadi di Indonesia. Negeri yang melimpah sumber daya airnya akan mengalami kekeringan.
Dan Allah tidak akan memberikan cobaan atau ujian melainkan karena dosa dosa manusia itu sendiri. Karena tidak mau menerapkan hukum Allah. Dikuasai oleh pihak-pihak kapitalis.
Dampak kekeringan sangat memberatkan maayarakat. Dilansir dari tribunlombok.com (9/9/2022), dampak kekeringan di Lombok Timur, Warga Harus Beli Air Bersih Rp 50 Ribu Per Minggu. Masyarakat nelayan di Dusun Toroh, Kecamatan Keruak, Lombok Timur menerima bantuan air bersih dan sembako dari Polres Lombok Timur. Bantuan diberikan pihak Polres guna membantu masyarakat yang terdampak kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM).
Terkait kegiatan ini, Kasi Humas Iptu Nikolas Oesman mengatakan, bakti sosial ini sebagai wujud kepedulian Polri terhadap masyarakat terdampak kenaikan harga BBM. Bakti sosial Polres Lombok Timur dilakukan pada Jumat 9 September 2022 dengan 3 mobil tangki dikerahkan. Setiap 1 mobil tangki berisi 5.000 liter air bersih.
Dalam hal ini seharusnya pemerintah memberikan bantuan air bersih secara gratis untuk terdampak. Manusia yang seharusnya merawat dan memelihara ciptaan Allah malah merusaknya. Menebang pohon tanpa pilih-pilih untuk industri. Banyak hutan hutan yang disulap menjadi pemukiman dan pabrik. Kebijakan negara dalam mengatasi krisis air harus lebih diperbaiki. Masalahnya kekeringan sering berulang dalam beberapa wilayah.
Dalam kapitalisme yang berkuasa adalah orang orang yang bermodal. Kebijakan liberalisme yaitu kebebasan untuk memiliki sesuatu khususnya dalam penguasaan sumber daya air kebanyakan dikuasai oleh orang orang yang bermodal. Sehingga air yang seharusnya milik rakyat dan untuk kesejahteraan rakyat dikuasai oleh segelintir orang saja.
Hutan yang seharusnya berfungsi untuk menyerap air kini banyak yang dialihfungsikan sebagai industri akibanya sumber mata air menjadi kosong dan menyebabkan kekeringan.
Iklim yang berubah sangat rentan mendatangkan berbagai macam penyakit manusia. Negara wajib menghimbau dan memberikan berbagai fasilitas kesehatan untuk memberikan ketahan tubuh masyarakat. Selain itu memberikan bantuan kebutuhan pangan bagi seluruh rakyat. Karena pada dasarnya seluruh rakyat terkena dampak ekonomi terhadap perubahan iklim ini.
Dalam sistem Islam. Negara wajib membuat beberapa program untuk mengatasi kekeringan. Dari berbagai sebab misalnya kondisi fisiologis wilayah. Sebagai contoh Membangun waduk baru yang ketika hujan bisa untuk menampung air.
Wallahu a'lam bishshawab. []
Oleh: Venni Hartiyah
Sahabat TintaSiyasi
0 Comments