Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Buzzer Menghina Islam, Pantaskah Hanya Minta Maaf?

TintaSiyasi.com -- Istilah buzzer mulai santer terdengar saat dunia maya makin diminati. Ditambah pula saat banyak orang mengaku sebagai buzzer untuk menaikkan elektabilitas seseorang atau menjatuhkan lawan. Tentu buzzer ini bukanlah perseorangan, melainkan sekelompok orang yang terorganisir dengan ide yang dikonsep apik.

Buzzer dianggap sebagai orang yang berpengaruh dalam menggiring opini di media sosial. Maka bukan perkara baru lagi ketika mendengar kata buzzer saat ada kejadian, pastilah akan trending. Hanya saja, ternyata banyak buzzer yang beredar telah mengantongi framing buruk. Masih teringat bagaimana buzzer menggiring opini buruk tentang Islam, merusak citra Islam, bahkan mempersekusi para ulamanya.

Buzzer penghina Islam kini banyak bermunculan bahkan terang-terangan melakukan aksinya untuk menyudutkan ajaran Islam, seakan tak ada tampang bersalah ataupun takut dosa. Terlihat jelas dalam raut wajahnya seperti seorang lawak yang memberi lelucon kepada penontonnya.

Salah satu bentuknya adalah kemunculan komentar tidak beradab pada cuitan Twitter salah seorang Muslimah yang dikenal sebagai anak kiyai Ponpes Lirboyo. Padahal cuitan tersebut membahas tentang ayat Al-Qur’an, yakni kenikmatan laki-laki dan perempuan di surgawi.

Namun ternyata ada saja ulah orang yang tidak menyukainya, kemudian langsung berkata-kata yang tidak senonoh dan menghina Muslimah tersebut. Alhasil, banyak pula yang menimpalinya. Menghujatnya kembali bahkan menuntutnya untuk bertanggung jawab dan meminta maaf secara langsung.

Kabarnya, di tanggal 15 September lalu, si penghina berkunjung langsung ke ponpes Lirboyo untuk meminta maaf. Setidaknya ada 6 kesepakatan yang diputuskan. Selang beberapa waktu, permintaan maaf itu diterima dan tidak jadi dilaporkan kepada pihak berwajib.

Melihat kejadian itu, rasanya umat Islam dibuat terjun ke lubang yang sama. Setelah dihina, dihujat, dijatuhkan marwahnya, namun tetap saja bisa berdamai dengan kata maaf saja dari si pelaku. Tidak adil rasanya jika hanya seperti itu konsekuensi yang harus dilakukan si pelaku. Karena ini bisa berulang dan berulang tanpa memberi efek jera.

Kaum Muslim memang diperintahkan untuk saling memaafkan, tetapi pada perkara-perkara yang memang tidak ada unsur penghinaan terhadap Allah, Rasulullah, serta syariat Islam. Akan tetapi, jika sudah ke ranah akidah, menghina dan merendahkan marwah Islam, maka sanksi tegas harus dijalankan. Bahkan bisa masuk kategori fasik atau murtad.

Dari sini terlihat jelas bahwa ada buzzer yang sedang beraksi dalam menekan kebangkitan Islam hingga membuat mereka tak terkendali. Siapa pun yang berdakwah tentang penerapan syariah Islam selalu dianggap sebagai pemberontak negara dan pengkhianat pahlawan negeri. Bahkan mereka tak tanggung-tanggung untuk mengkerdilkan pribadi yang diserang.

Buzzer yang membenci Islam sudah tak peduli lagi tentang dari kalangan mana dan anak siapa. Semua dibabat habis tanpa mengindahkan adab lagi. Kejadian ini pun bukan sekali dua kali, tetapi banyak kali, terutama yang menyerang marwah wanita.

Wanita dianggap sebagai kalangan kelas bawah yang bisa diperlakukan seenaknya, dianggap lemah dan tak mampu berdikari. Mereka tidak sadar bahwa seorang wanita di dalam Islam sangat dimuliakan dan menjaga kehormatannya adalah suatu kewajiban bagi kaum Muslim.

Oleh karena itu, jika kesadaran memuliakan wanita ini kurang dimiliki oleh umat Islam, maka yang akan terjadi adalah para buzzer akan dengan mudah untuk memecah belah pemikiran kaum Muslim agar tidak membela sesama wanita Muslim. Ditanamkan sifat apatis dan egois hingga kaum Muslim tidak peka dalam kondisi yang terjadi.

Maka dari itu sudah seharusnya umat bersegera bangun menyiapkan diri untuk menjadi para pengemban dakwah yang kuat dan berjiwa muda agar perubahan itu segera terwujud. Kita satukan tujuan yaitu meraih kebangkitan Islam yang hakiki, yakni ketika Islam dimuliakan dan ajarannya diakui sebagai kebenaran serta hukumnya diterapkan dan diyakini sebagai pembawa kemaslahatan. 

Wallahu a’lam bishshawab. []


Oleh: Eliyanti
Aktivis Muslimah Jembrana - Bali
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments