TintaSiyasi.com -- Kemiskinan adalah permasalahan yang belum terselesaikan di negeri ini. Jumlahnya juga semakin melonjak saat didera pandemic Covid-19 bahkan hingga saat ini.
Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian menuturkan, status Indonesia sebagai satu dari 100 negara termiskin di dunia merupakan dampak dari pandemi Covid-19. Dia berujar pandemi memiliki dampak luar biasa terhadap ketahanan ekonomi setiap negara. Dan Tito menuturkan, kondisi ekonomi yang tidak positif tidak hanya dirasakan oleh Indonesia.
Tito Karnavian optimis Indonesia mampu keluar dari daftar 100 negara termiskin di dunia. Dasar Tito optimis merujuk tingkat inflasi sekaligus pertumbuhan ekonomi Indonesia yang dinilai masih cukup positif. Beliau pun mengatakan, jika dibandingkan dengan beberapa negara yang dikunjungi, mantan Kapolri itu berujar bahwa ekonomi Indonesia lebih baik. Sebab, tingkat inflasi Indonesia tidak lebih tinggi dibandingkan negara lain. Hal ini pula yang menjadi dasar Tito Indonesia mampu bangkit dari ketidakpastian ekonomi di masa depan (Liputan6.com, 3/10/2022).
Sungguh kondisi ini sangat membuat hati kita miris. Mengapa bisa Indonesia masuk kedalam daftar 100 negara termiskin di dunia padahal Indonesia adalah negara kaya dengan berbagai sumber daya alam yang melimpah, baik didalam bumi, di daratan bahkan di laut. Lantas, mampukan negeri kita keluar dari kondisi buruk kemiskinan ini?
Namun, di tengah banyaknya rakyat yang makin sempit hidupnya, segelintir orang justru membeli mobil mewah. Belum lama ini, Range Rover baru resmi meluncur di Indonesia. Kendaraan dibanderol mulai Rp 5,9 miliar dengan status off the road. Meski mahal dan baru diluncurkan, namun stok yang tersedia di Tanah Air sudah nyaris habis (detikoto.com, 27/09/2022).
Benar-benar dua kondisi yang berbanding terbalik terjadi di dalam sistem hidup kapitalisme hari ini. Di satu sisi kita menjumpai keluarga yang sulit mencari uang untuk memenuhi kebutuhan makannya. Namun di sisi lain kita menjumpai orang kaya yang dengan mudah membeli mobil harga miliaran rupiah.
Ketimpangan makin nyata di tengah kehidupan. Inilah buah dari penerapan sistem ekonomi kapitalisme yang menjadikan jurang kemiskinan makin dalam di negeri ini. Bahkan kapitalisme telah sukses mematikan naluri kemanusiaan orang-orang kaya.
Berbeda dengan Islam. Islam dengan syariat yang sempurna memiliki pengaturan sistem ekonomi Islam. Islam juga akan menjaga agar naluri kemanusiaan tetap terjaga melalui berbagai kewajiban syariat yang telah ditetapkan, bahkan menjadikannya sebagai amal kebaikan. Hal ini hanya akan terwujud ketika negara menjaga umatnya terikat dengan hukum syara dan juga menerapkan syariat secara nyata dalam kehidupan. Itulah negara khilafah.
Khilafah akan menerapkan sistem ekonomi syariah yang memiliki sumber-sumber pemasukan yang telah ditetapkan. Khilafah juga akan benar-benar bertanggung jawab terhadap rakyatnya dalam menjamin terpenuhinya kebutuhan dasar mereka secara individu per individu. Sehingga kemiskinan adalah kata yang harus dihindari di dalam sistem Islam. Selain itu, di dalam Islam juga ada kewajiban zakat harta bagi orang-orang kaya yang telah terpenuhi nishab dan haulnya untuk ditunaikan.
Dengan disyariatkannya zakat harta tentunya membuat orang-orang kaya mengeluarkan hartanya untuk menunaikan zakatnya dan akan disalurkan kepada delapan golongan (QS.At-Taubah : 60). Maka, syariat islam jika diterapkan secara sempurna tidak akan mematikan naluri orang-orang kaya dengan kondisi kemiskinan saudara nya karena Allah SWT telah mensyariatkan kewajiban zakat. Selain itu, kondisi ketimpangan ekonomi seperti di dalam kapitalisme hari ini juga tidak akan terjadi. Karena khilafah mempunyai aturan untuk menjadikan rakyatnya hidup sejahtera di dalam naungan Islam.
Maka, jika Indonesia ingin keluar dari jurang kemiskinan, jadikanlah syariat Islam kaffah sebagai aturan di dalam kehidupan kita.
Wallahu a’lam bishshawab. []
Oleh: Pipit Ayu
Sahabat TintaSiyasi
0 Comments