TintaSiyasi.com -- Masalah kemanusiaan mulai dari kekerasan pada lingkup terkecil hingga masalah kemanusiaan terbesar yakni kehilangan nyawa lebih dari 100 orang pada tragedi kanjuruhan juga terjadi dan menimbulkan trauma yang sangat lumayan di masyarakat terutama yang menjadi saksi mata saat itu dan korban selamat dari tragedi tersebut. Walau begitu permasalahan kecil ataupun besar yang sudah melukai orang apalagi menghilangkan nyawa orang lain adalah kejahatan.
Sejak awal perbincangan, selebriti yang menjadi korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) ini, pada akhirnya mengakui sudah berdamai. Tetapi, ternyata jika kita kaji lagi kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) ini di kota Yogya saja pada tahun 2022, tercatat 156 kasus dan 24 diantaranya sampai ke persidangan (jogjatribunnews.com, 02/10/2022).
Tragedi kemanusiaan yang menewaskan 131 orang yang terjadi di Stadion Kanjuruhan juga masih menyisakan pilu yang teramat dalam. Tidak sedikit pelajar, anak-anak dan ibu-ibu yang menjadi korban. Bahkan korban luka-luka, terancam cacat dan ada juga yang masih dirawat hingga detik ini masih terus ditangani (news.detik.com, 10/02/2022).
Maka semua hal yang terjadi, siapakah yang bertanggung jawab? Apa semua itu adalah urusan masing-masing dan tergantung kasusnya? Atau kita yang ada di rumah hanya bisa berdoa dan berjaga serta bersyukur karena itu bukan diri kita atau keluarga, serta sanak saudara yang tertimpa hal-hal yang demikian.
Maka kita diminta untuk mengambil banyak pelajaran dan berempati dengan segala kejadian yang ada, baik sedih serta duka yang sudah terjadi kita tidak bisa untuk menghindar bahwa semua itu sudah terjadi dan menjadi qadha atau ketetapan Allah SWT. Namun, betuk masih ada yang bis akita usahakan sebelum semuanya fatal.
Usaha Manusia
Manusia diberikan akal untuk senantiasa berusaha walau lelah, karena dunia memang tempatnya menyiapkan bekal untuk kehidupan yang abadi kelak. Manusia ada untuk belajar, mengambil pelajaran dan senantiasa menjadi makhluk yang terus berubah ke arah yang lebih baik. Maka dengan adanya hal-hal yang menyakitkan yang menjadi masalah bagi manusia, maka kita ambil pelajaran.
Jika kekerasan yang terjadi ada pada rumah tangga maka yang harus dibahas adalah kesiapan dalam membina rumah tangga, rasa saling percaya dan megembalikan bahwa yang paling berkuasa di antara dua insan yang berumah tangga adalah pencipta yakni Allah SWT. Jika sudah berumah tangga maka hanya bisa belajar dan belajar untuk kembali menjadi hamba yang saling mengingatkan pasangan bahwa dunia ini fana, dan membangun rumah tangga adalah car akita untuk selamat dari kefanaan dunia. Maka membangun rumah tangga karena Allah akan membuat pasangan merasa cukup satu dengan yang lain, tidak ada faktor selingkuh karena merasa cukup dengan pasangan yang sekarang adalah takdir yang membuat ia senantiasa belajar, tidak merasa kurang karena ekonomi tersebab sang suami yang menjadi pemimpin memahami tanggung jawab serta istri juga memahami perannya tanpa merendahkan satu sama lain, semua harusnya sudah tuntas sebelum menikah. Namun jika dirasa kurang, maka setelah menikah pun adalah fase untuk senantiasa belajar.
Lalu bagaimana dengan tragedi kanjuruhan? Ini yang pilu, walau fanatisme akan sesuatu atau berlebihan dengan sesuatu yang fana harus dikurangi dan tidak berlebihan, namun penggunaan gas air mata untuk menenangkan orang-orang yang sedang berlindung juga adalah kesalahan. Gas air mata ini yang menjadi penyebab utama, hal ini temuan baru bagi tim penyidik walau berbagai sisi menyebutkan ada juga yang menyebutkan jika supporter tidak turun menemui tim, maka kerusuhan ini tidak akan terjadi.
Tetapi, hal ini juga yang harus dipahami manusia dengan akalnya. Karena jika akal tidak digunakan dengan jernih, kekerasan dan kerusuhan yang terjadi adalah nafsu yang menguasai seolah apa yang diperbuat adalah tindakan yang paling benar dan solusi untuk kedamaian bersama. Namun siapa sangka, kenyataannya tidak begitu. Tidak ada yang lebih mengetahui selain Pencipta manusia, yaitu Allah karena Allah juga memberikan aturan agar segala sesuatu tidak berjalan abnormal seperti yang terjadi saat ini.
Islam memberikan ketenangan dan rasa aman saat dunia seolah kacau dengan kondisi manusia yang merasa ia lebih tau dengan apa yang menjadi keputusannya. Islam sudah sangat lengkap memberikan aturan agar manusia menjalankan kehidupannya untuk berpikir terlebih dahulu sebelum berbuat. Manusia diberikan akal untuk berpikir dan tidak menjadikan nafsunya menguasai dirinya. Hanya saja sangat sedikit yang bersabar dan mengambil pelajaran.
Maka sebetulnya KDRT ataupun kekerasan yang tidak sesuai prosedur hingga menggunakan gas air mata untuk menenangkan kerumunan sebetulnya adalah segala perbuatan yang tidak dipikir dulu segala dampak jangka panjangnya. Dan minimnya kita untuk belajar bahwa Islam solusi terbaik dari setiap permasalahan manusia yang timbul, maka jangan jadikan segala hal yang seolah Islam yang menjadi salah. Seperti KDRT yang seolah perempuan lemah karena kepemimpinan ada pada laki-laki maka hal ini pun adalah konsep yang baru cangkangnya saja, Islam mengaturnya sesuai porsi masing-masing dengan pelajaran yang ada dari akar hingga daunnya tidak sekedar satu sisi saja. Maka kita coba berikan ketenangan pada diri kita dengan belajar Islam yang bisa memberikan ketenangan hidup seutuhnya pada diri kita, bukan menjadi jiwa-jiwa yang gampang tersulut dengan emosi.
“Dia memberikan hikmah kepada siapa yang Dia kehendaki. Barangsiapa diberi hikmah, sesungguhnya dia telah diberi kebaikan yang banyak. Dan tidak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang mempunyai akal sehat.” (Terjemah Surat Al-Baqarah ayat 269).
Wallahu a'lam bishshawab. []
Oleh: Yauma Bunga Yusyananda
Anggota Ksatria Aksara Kota Bandung
0 Comments